Monday, November 8, 2010

PRESIDEN OBAMA KE JAKARTA: SEKEDAR PELIPUR LARA ?

Oleh Muhammad AS Hikam
President University


Kali ini President Obama hampir pasti datang ke Indonesia, setelah dua kali meng "cancel"nya. Namun harapan bahwa Preiden AS yang pernah mengenyam sekolah dasar di Jakarta akan benar-benar mengunjungi Indonesia sebagaimana rencana awal, tampaknya sudah pasti tak akan terpenuhi. Orang nomor satu di negeri Paman Sam itu hanya sekedar "mampir", dan bukan berkunjung dalam arti biasa. Ya, beliau mampir selama 24 jam dalam perjalanan dari India menuju ke Korsel dalam kerangka muhibah untuk keliling Asia dan menghadiri Konferensi negara-negara G-20 di Seoul.

Kecewa? Barangkali sebagian publik Indonesia ada yang merasa kecewa, khususnya yang sudah berharap akan bisa menyaksikan si anak Menteng berkeliling di kampung yang ikut membesarkannya dulu, termasuk menengok SD Asisi tempat beliau mengenyam pendidikan selam empat tahun. Bagi kebanyakan publik Indonesia, barangkali tidak ada rasa kecewa yang mendalam karena sudah terlalu banyak masalah yang sedang merundung mereka. Terutama rakyat yang masih harus harap-harap cemas menunggu kabar tentang keberadaan dan kondisi anggota keluarga mereka di Jogja, di P. Mentawai, dan juga di Wasior, Papua Barat. Rakyat umumnya juga tidak melihat mampirnya Presiden Obama akan memberikan dampak langsung bagi kehidupan mereka sehingga akan berubah menjadi lebih baik. Bahkan, karena kabar kedatangan Presiden yang pernah dibesarkan di Indonesia itu selalu berakhir tidak jelas, maka ketika beliau benar-benar hadir pun lantas serasa menjadi sebuah anti-klimaks!

Bagi elite penguasa Indonesia yang sangat gemar bermandi citra, mampirnya Obama di Jakarta sehari semalam ini pun hanya sedikit bisa membuat mereka bungah. Sebab, kalau ada yang rada serius menganalisa mampirnya Presiden kulit hitam pertama di AS itu, para elite Jakarta mestinya harusnya kecewa. Karena persinggahan Presiden Obama ini hanyalah semacam "pelipur lara" belaka dan sejatinya bisa dibaca bahwa posisi Indonesia di mata negara adidaya itu masih belum terlampau penting ketimbang, katakanlah, posisi Pakistan, Afghanistan, atau negara-negara di Timteng. Memang di Jakarta ini Presiden Obama dan Presiden SBY akan menandatangani sebuah dokumen kerja sama yang bernama Comprehensive Strategic Partnership (CSP) atau Kemitraan Strategis Menyeluruh. Toh semua orang juga tahu  bahwa dokumen seperti itu akan sangat tergantung kepada pelaksanaannya di lapangan. Kendati CSP itu akan berisikan berbagai kerjasama diberbagai bidang penting (pendidikan, kesehatan, lingkungan, perubahan iklim, dll), masih diperlukan perwujudannya di tahun-tahun mendatang dan belum tentu kalau Obama atau Pak SBY sudah tidak menjadi Presiden akan terus berlanjut dengan semangat dan isi yang sama.

Jujur saja, Indonesia masih perlu membuktikan kepada dunia, dan termasuk kepada AS, bahwa negeri ini  mampu menjadi pemain penting dalam tata geopolitik global yang baru paska Perang Dingin. RI sebagai negara yang mampu menjadi pemimpin atau representatif kaum Muslimin yang moderat, misalnya, tampaknya masih tetap dalam posisi yang belum beranjak dari kategori "potensial", dan belum "aktual." Bahwa ketika Presiden Obama bicara kepada Dunia Islam  tidak dilakukan di Indonesia tetapi di Kairo, Mesir, itu sudah cukup menjadi indikasi penting bagaimana posisi negeri yang berpenduduk Islam terbesar di dunia ini dipandang dari kacamata strategis global AS. Demikian pula, RI yang harusnya bisa menjadi pemimpin di Asia Tenggara dan pemain penting di APEC, ternyata kian hari kian terdesak oleh negara-negara jiran seperti Singapura, Malaysia dan kalau lebih ke Timur, Korsel dan Cina.

AS barangkali mulai menengok ke kawasan ASEAN ketika menyaksikan bahwa pengaruh Cina sebagai negara adidaya ekonomi dan militer harus dibendung. Di sini, lagi-lagi RI "berpotensi" untuk memainkan kartu geopolitik penting, karena Cina pun sangat membutuhkan hubungan baik dengan ASEAN, dan khususnya Indonesia. AS jelas tak hanya bisa mengandalkan sekutu tradisionalnya seperti Australia, atau sekutu strategisnya di Asia, seperti Jepang. ASEAN yang juga merupakan pasar yang sangat besar bagi AS, Eropa, Jepang dan Cina akan mirip seorang gadis cantik yang dilirik semua "perjaka". Tinggal bagaimana ASEAN menata diri dan dalam hal ini diperlukan kepemimpinan yang cukup berwibawa. Sayangnya, setelah bubarnya rezim Orba, RI masih belum mampu untuk tampil sebagai pemimpin riil di ASEAN, kendati secara formalitas masih dianggap seperti itu oleh anggota-anggota persekutuan kawasan tersebut!

Jika benar analisa di atas, mampirnya Obama bisa dipakai sebagai penjajagan kepada Indonesia agar berperan sebagai negara yang menjadi partner penting dalam rangka strategi global membendung pengaruh Cina. Namun hal ini tidak mudah dilakukan karena mood di Indonesia tidak terlalu kondusif untuk mendukung strategi demikian. Bukan saja karena kondisi riil dalam negeri negeri ini yang masih rentan, tetapi juga bisa dianggap berlawanan dengan doktrin bebas dan aktif yang merupakan amanat Konstitusi dalam polugri. Apalagi mengingat rekam jejak polugri AS paska Bush yang masih di tanggapi negatif oleh ummat Islam dunia, termasuk di Indonesia. AS hanya akan dapat berharap bahwa kerjasama di bidang penanggulangan terorisme dengan Indonesia dan pembukaan kembali program pelatihan untuk TNI akan dilanjutkan. Ditambah program-program terkait dengan pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, investasi, dan pembangunan infrastruktur yang bisa dibicarakan.

AS terang sangat berkepentingan agar Indonesia dan negara-negara kawasan akan membuka pasar dan investasi untuk membantu negara adidaya tersebut memulihkan diri dari krisis ekonomi. Lagi-lagi, hal ini akan sangat ditentukan oleh kapasitas Pemerintah Indonesia mewujudkan kerjasama tersebut ditengah-tengah berbagai gonjang-ganjing politik yang sedang terjadi saat ini. Walhasil, penjajagan Presiden Obama mungkin baru akan menghasilkan asumsi-asumsi dasar atau peta jalan yang kiranya bisa dipakai di waktu-waktu yang akan datang menunggu kondisi yang lebih baik di negeri ini. Itulah sebabnya, kunjungan yang sebenarnya dari Presiden Obama adalah ketika beliau berada di India kemaren dan Korsel nanti karena di kedua negara tersebut komitmen-komitmen riil untuk bersinergi lebih bisa diwujudkan.

Sebagai warganegara yang baik, tentu saja saya ingin menyampaikan "SELAMAT DATANG BAPAK PRESIDEN BARACK HUSSEIN OBAMA DI INDONESIA." Semoga saja persinggahan beliau kali ini bisa menjadi "pelipur lara" dan "tombo kangen" dan akan disusul nanti dengan suatu kunjungan kenegaraan yang benar-benar dapat membuahkan hasil yang bermakna bagi kedua negara dan kedua bangsa.
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS