Thursday, July 21, 2011

IBU ANI YUDHOYONO DAN PAK DJOKO SUYANTO BISA MENYELAMATKAN PD DARI KONFLIK ELITENYA

Gonjang-ganjing yang melanda PD saat ini bisa jadi malah membawa keberuntungan apabila elit parpol tersebut mampu melakukan terobosan kreatif dan innovatif. Misalnya, melalui Rakornas partai, mereka melakukan evaluasi dan bebersih diri agar dapat mempercepat konsoilidasi internal elite untuk menyambut Pemilu Presiden dan Legislatif 2014.

PD saat ini dihadapkan pada masalah konflik internal yang cukup serius, yaitu pertarungan kubu-kubu di DPP memperebutkan posisi Pak SBY yang tidak lagi akan menjadi capres pada 2014. Kubu Anas Urbaningrum (AU) yang kini sedang berkuasa harus menghadapi keroyokan kubu-kubu Marzukie Ali (MA) dan Andi Mallarangeng, belum lagi sub-faksi yang ada di DPR dan rongrongan para free riders yang selalu akan ada dalam setiap partai. AU dkk saat ini sedang babak belur, terpojok, dan belum menemukan cara bagaimana menepis dan (apalagi) membalas serangan lawan-lawannya yang seolah tanpa henti dan tanpa ampun itu. 

Lebih repot lagi, Nazaruddin yang selama ini menjadi salah satu pemasok gizi untuk kubu AU, kini malah mbalelo dari Singapura (atau negara lain) dan menghamburkan peluru ke arahnya. Alih-alih Anas mampu membikin solusi membungkam Nazar, kini malah setiap hari makin tambah saja informasi tak sedap seputar dirinya dan kelompoknya. Nazar seolah tidak lagi peduli bahwa omongan-omongannya bisa menjerat dirinya sendiri kalau dia pulang kampung. Nazar tampaknya kini lebih memilih strategi Kamikaze dan "tiji-tibeh" ketimbang menggunakan strategi hukum seperti Gayus (yg mungkin justru mengisnpirasi kenapa Nazar tidak ikuti).

Walhasil, AU saat ini mirip seekor domba yang siap dikorbankan di altar penyembelihan Rakornas atau KLB. Upayanya menggunakan media dan pengamat untuk membuat citranya kelihatan baik (sepertio melalui tulisan kawannya Eep Saefulloh Fatah di Majalah Tempo beberapa hari lalu), tampaknya gagal total.  Taktik hit and run dari Nazar dan keletoyan aparat hukum Indonesia untuk menggusur Nazar dari persembunyiannya di gua Tora-Bora makin menambah kesulitan Anas. Mirip Osama bin Laden yang sebelum mati sering mengirim video berisi pidatonya kepada jaringan TV Al-Jazeera, kini Nazar juga melakukan hal yang mirip melalui Metro TV dan TV One. Dan Anas serta elite PD lain hanya bisa mengelak melalui omongan dan statemen-2 yang sama sekali tidak sepadan untuk membuat Nazar terdesak!


Saya kira Pak SBY dan elite PD yang masih belum kecipratan noda darah pertarungan para elite dari kubu-kubu tsb harus berusaha menyelamatkan kapal besar yg oleh ini. Caranya bisa saja dengan menon-aktIfkan Anas sementara sebagai Ketum DPP PD (sampai badai berlalu) dan menyerahkannnya kepada tokoh lain yang relatif punya wibawa dan bersih. Ada dua orang yang pas di sini yaitu Pak Djoko Suyanto, mantan Panglima TNI dan kini Menko Polhukam, serta Ibu Ani Ydhoyono. Keduanya sangat luas pengalamannya dan punya keberanian serta ketegasan bertindak membersihkan DPP PD. Keduanya bahkan punya kapasitas menjadi RI-1 dan RI-2. Kendati bolak-balik Pak SBY menolak spekulasi bahwa Ibu Ani (dan semua keluarga besar Cikeas) punya ambisi menjadi Presiden atau Wapres, tetapi yang namanya politik selalu terbuka. Bahkan jika kepentingan keutuhan PD yang sudah menjadi aset nasional dimasukkan dalam perhitungan, saya kira Pak SBY juga perlu mempertimbangkannya. Bukankah beliau sangat mendambakan proses reformasi dan demokratisasi tidak terhenti ketika beliau tidak lagi menjadi Presiden?


Mungkin akan banyak pihak yang mencoba menghalangi munculnya duet Ibu  Ani dan Pak Djoko dan bisa jadi memang kedua beliau sama sekali tidak berminat untuk turun tangan melakukan resolusi konflik partai yg sangat berpotensi mengganggu stabilitas politik nasional tersebut. Namun tidak ada salahnya jika kedua beliau memikirkan implikasi dari konflik elite tsb bagi keberlanjutan upaya reformasi dan demokratisasi yang selama beberapa tahun terakhir telah dirintis dan diperjuangkan habis-habisan oleh anak bangsa. Sebab apabila konflik PD itu menular kepartai lain, niscaya sangat serius akibatnya bagi keberlanjutan reformasi dan kemungkinan kembalinya kekuatan otoriter di Republik ini.


 Terpulang kepada elit PD juga apakah mereka akan terus berkelahi dalam Rakornas ataukan menjadikannya sebagi forum mencari terobosan kreatif, inovatif dan , tentu saja, produktif bagi bangsa dan negara ini.
Share:

2 comments:

  1. sepakat dengan pernyataan bung hikam, sebenarnya ini peluang untuk memanajemen konflik yang terjadi di PD.
    Mungkin ini sudah masuk dalam strategi manajemen konflik PD untuk mengangkat AU, layaknya strategi artis dalam mengangkat reputasinya. :D

    ReplyDelete
  2. hilang satu tumbuh seribu.
    kalau benar, kenapa takut.
    transparansi saja solusinya.
    kecurangan jangan ditutupi dg kecurangan.

    ReplyDelete

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS