Wednesday, December 25, 2013

MENUNGGU NATAL DIRAYAKAN (LAGI) DENGAN KHUSYUK DI INDONESIA



 Photo: "Malam kudus/sunyi senyap/bintangpun gemerlap..." 

Begitulah potongan lagu Natal yg sejak kecil saya dengar.. Ketika masih di kampung, lagu itu dinyanyikan di gereja kecil agak jauh di ujung perbatasan desa. Kami, anak-2 pesantren, yg hanya menonton misa dari kejauhan, mendengar sayup-2 lagu sendu dan khusyuk itu diperdengarkan.  Lagu yg pernah dipopulerkan oleh Grup Band the Mercy's itu, tentu saja, masih sering saya dengar sampai sekarang. Hanya saja, ada ironi dalam makna, ketika dikontekstualkan dalam kehidupan bangsa Indonesia saat ini. Masihkah kesunyian malam Natal itu karena kekudusan dan kekhusyukan ummat Kristiani dalam menyambut hari lahir Sang Juru Selamat? Ataukah karena alasan keamanan yang kini makin kerap dikumandangkan oleh aparat? Pertanyaan yang lebih serius lagi, apakah peribadatan keagamaan yang harus dijaga ribuan aparat keamanan plus ormas-2 di seluruh Indonesia itu, benar-2 bisa dilakukan secara khusyuk? Saya pribadi, terus terang, sangat prihatin ketika kondisi semacam ini oleh banyak pihak, termasuk Pemerintah, dianggap sebagai sebuah kenyataan yang "wajar" dan/atau bahkan dianggap masalah rutin, dan karenanya selalu didukung oleh anggaran triliunan oleh Pemerintah! Bagi saya, dalam sebuah negara yang demokratis dan Konstitusinya melindungi hak asasi warganegara utk menjalankan keyakinannya, kondisi seperti yang dihadapi ummat Kristiani ini justru menjadi bukti sebaliknya. Ini adalah kondisi kehidupan bernegara yang tidak normal, alias sakit. Walhasil, boleh jadi malam-2 Natal di Republik ini masih "sunyi senyap" ditingkahi bintang yg gemerlap. Tetapi jangan-2 hal itu bukan karena kekhusyukan, melainkan karena ada kekhawatiran gangguan keamanan thd mereka! Semoga bukan demikian adanya...

"Malam kudus/sunyi senyap/bintangpun gemerlap..."

Begitulah potongan lagu Natal yg sejak kecil saya dengar.. Ketika masih di kampung, lagu itu dinyanyikan di gereja kecil agak jauh di ujung perbatasan desa. Kami, anak-2 pesantren, yg hanya menonton misa dari kejauhan, mendengar sayup-2 lagu sendu dan khusyuk itu diperdengarkan.  Lagu yg pernah dipopulerkan oleh Grup Band the Mercy's itu, tentu saja, masih sering saya dengar sampai sekarang. Hanya saja, ada ironi dalam makna, ketika dikontekstualkan dalam kehidupan bangsa Indonesia saat ini. Masihkah kesunyian malam Natal itu karena kekudusan dan kekhusyukan ummat Kristiani dalam menyambut hari lahir Sang Juru Selamat? Ataukah karena alasan keamanan yang kini makin kerap dikumandangkan oleh aparat? Pertanyaan yang lebih serius lagi, apakah peribadatan keagamaan yang harus dijaga ribuan aparat keamanan plus ormas-2 di seluruh Indonesia itu, benar-2 bisa dilakukan secara khusyuk? Saya pribadi, terus terang, sangat prihatin ketika kondisi semacam ini oleh banyak pihak, termasuk Pemerintah, dianggap sebagai sebuah kenyataan yang "wajar" dan/atau bahkan dianggap masalah rutin, dan karenanya selalu didukung oleh anggaran triliunan oleh Pemerintah! Bagi saya, dalam sebuah negara yang demokratis dan Konstitusinya melindungi hak asasi warganegara utk menjalankan keyakinannya, kondisi seperti yang dihadapi ummat Kristiani ini justru menjadi bukti sebaliknya. Ini adalah kondisi kehidupan bernegara yang tidak normal, alias sakit. Walhasil, boleh jadi malam-2 Natal di Republik ini masih "sunyi senyap" ditingkahi bintang yg gemerlap. Tetapi jangan-2 hal itu bukan karena kekhusyukan, melainkan karena ada kekhawatiran gangguan keamanan thd mereka! Semoga bukan demikian adanya...(MAS Hikam)
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS