Thursday, January 22, 2015

MEMBONGKAR MITOS "AGAMA SEBAGAI SUMBER KEKERASAN"

Simak wawancara Karen Armstrong (KA), penulis prolifik dari Inggris tentang masalah-masalah agama dan sejarah perkembangan masyarakat dan politik ini. Mantan biarawati tsb menolak tegas mitos yang dipercaya oleh masyarakat modern dan sekuler, terutama di Barat, bahwa agama-agama bertanggungjawab sebagai sumber utama kekerasan dan kekejian sepanjang peradaban manusia, sejak masa Babilonia sampai ISIS. Dalam buku beliau yg terakhir, "Fields of Blood: Religion anda the History of Violence" (Palagan-2 Darah: Agama dan Sejarah Kekerasan, 2014), KA menolak mitos tsb dan menunjukkan bahwa dalam sejarah agama-agama dan peradaban, sejatinya tidak ada ajaran agama apapun yg memberikan dukungan bagi kekerasan. Namun agama-2 dijadikan tameng atau bahkan topeng bagi syahwat politik kekuasaan bukan saja oleh para penguasa, tetapi juga kelompok agamawan, sehingga menjadi pengabsah gagasan dan aksi kekerasan yang paling berdarah yg pernah diperbuah oleh manusia!. (http://www.nytimes.com/2014/12/14/books/review/fields-of-blood-by-karen-armstrong.html?_r=0).

Dalam wawancara yg ditautkan di bawah ini KA sekali lagi menyoroti kesalah-pahaman (paham yg salah?) tsb. Beliau, misalnya, menyatakan "Terrorism has nothing to do with Muhammad, any more than the Crusades had anything to do with Jesus. There is nothing in the Islam that is more violent than Christianity." (Terorisme tidak ada kaitan dg Muhammad, sama halnya Perang Salib tidak ada kaitannya dengan Yesus. Tidak ada kekejaman dalam Islam yg melebihi kekejaman dalam Kekristenan.")  Bagi KA, politiklah yang seharusnya dijadikan sebagai sang terdakwa utama dalam kekacauan dan kekejaman ummat manusia sepanjang sejarah dengan mengatasnamakan agama dan ajaran-ajarannya.

Manusia modern, sejak akhir abad 16, mencoba mengatasi politisasi agama dg gagasan (filsafat), paradigma, dan praktik sekularisme, sehingga urusan agama dan urusan politik diletakkan secara terpisah. Namun, masih menurut AK, sekularisme dan sistem politik yg dibangun di atasnya juga melahirkan berbagai kekejaman terhadap kemanusian yg tak kalah mengerikan sejak masa Pencerahan sampai kini, seperti munculnya ideologi dan rezim-2 totaliter, fasis, dan otoriter di seluruh belahan bumi. Sekulerisme, dengan lain perkataan, tidak imun dari kekerasan karena pada hakikatnya kekuasaan yang korup masih dapat merasuki dan bahkan menjadi bagian integral dari ideologi dan sistem politik yg berbasis sekularisme. (https://www.scribd.com/doc/245914328/The-Myth-of-Religious-Violence-Karen-Armstrong).

Dari wawancara KA ini, saya mengambil pemahaman penting. Yakni agama-agama menjadi rentan thd segala rupa penjonruan dan penkambing-hitaman ketika kekerasan massif, sistematism dan terstruktur dilakukan atas namanya. Terlebih jika kaum agamawan berkolusi dengan penguasa tanpa kontrol publik, termasuk oleh para cendekiawan dan agamawan yg berada di luar jejaring kekuasaan. Muncul dan maraknya ideologi serta organisasi teror yg mengatasnamakan kesucian ajaran agama pd awal abad ke 21 ini tdk bisa lepas dari politik global, regional, dan nasional. Jika kesenjangan antara Utara Selatan, eksploitasi negara-2 kuat thd negara-2 lemah, gap antara egara kaya dan miskin yg tak kunjung terjembatani, dll masih tak mengalami perubahan fundamental, maka gagasan dan aksi kekerasan (baik atas nama agama meupun sekulerisme) pun akan tetap marak. Pemahaman agama yg mendukung kekerasan akan selalu ada, namun hanya dalam konteks struktural tertentu ia mampu muncul ke permukaan dan hegemonik serta menjadi sumber kerusakan manusia dan kehidupan. 


Simak tautan ini:

http://www.nieuwwij.nl/english/karen-armstrong-nothing-islam-violent-christianity/
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS