Friday, May 1, 2015

SENGKARUT PENANGKAPAN NOVEL BASWEDAN OLEH POLRI

Belum juga sebulan Jenderal (Pol.) Badrodin Haiti (BH) menduduki jabatan orang nomor satu di Polri, dan belum tampak akan adanya peredaan ketegangan antara lembaganya dengan KPK, kini sudah muncul isu baru: penangkapan Novel Baswedan (NB), salah seorang penyidik andalan KPK. Memang masalah kegeraman Polri thd mantan anggotanya ini bukan cerita baru. Episode Cicak vs Buaya II, salah satu sebabnya adalah kiprah NB yang melakukan penyidikan terhadap tersangka kasus korupsi yang melibatkan Irjen Pol Djoko Susilo (DS). Upaya Polri, pada saat itu, utk menangkap NB terhenti karena intervensi Presiden SBY. Namun tampaknya hal itu bukan berarti Polri sudah mengubur kapak perangnya. Dengan latar belakang konflik KPK vs Polri seputar masalah Wakapolri Budi Gunawan (BG), spekulasi pun muncul bahwa aksi penangkapan NB ini adalah bagian lanjutan dari kisah lama.

Langkah Polri ini bisa diperkirakan akan memberantakkan upaya perbaikan relasinya dg KPK. Bahkan, potensi kian terpuruknya kepercayaan publik thd Polri juga sudah diperkirakan. Polri yang kini sedang melakukan pemulihan citra pasca pemilihan Kapolri yang baru, di samping melakukan perubahan-2 dalam kelembagaan dan organisasi, beresiko akan menghadapi kesulitan dg kasus penangkapan ini. Saya kira publik yang umumnya bersimpati kepada NB, karena integritasnya dalam tugas, dan mendukung KPK dlm konfliknya dg Polri, sebentar lagi akan bereaksi terhadap Polri. Apalagi jika upaya pimpinan KPK dan para tokoh masyarakat sipil gagal meyakinkan pimpinan Polri agar melepaskan NB dari tahanan. Implikasinya, kepemimpinan BH yang cuma pendek, akan makin sulit utk melakukan konsolidasi dan memenuhi janji utk memulihkan kepercayaan publik.

Bagi BH sendiri, kasus penangkapan NB bisa jadi merupakan tes apakah kepemimpinannya di Polri cukup efektif dan mendapat dukungan jajaran elit Trunojoyo itu. Jika tidak, spekulasi tentang adanya 'matahari kembar' di korps baju cokelat itupun seolah akan mendapat pembenaran. Bagaimanapun juga, publik sangat paham bahwa saat ini pengaruh Wakapolri dan dukungan thdnya sangat besar. Belum lagi jika dikaitkan dengan dukungan dari elite politik, baik Istana, parpol pendukung, maupun fraksi-2 di Parlemen. Jika BH terkesan tidak bisa menemukan solusi dan/ atau gagal mengontrol kegaduhan yg muncul akibat kasus ini, maka ia akan diposisikan sebagai 'lame duck' Kapolri!

Saya kira Istana pun tidak bisa tinggal diam karena kasus penangkapan NB ini berpotensi menjadi bola liar yang mengganggu konsolidasi Presiden Jokowi (PJ) pasca pemilihan Kapolri. PJ mesti bertindak cepat dg mempertemukan Kapolri dan jajaran pimpinan KPK agar masalah ini tidak semakin menggelinding dan out of control. Apalagi, PJ adalah boss dari Kapolri yang tentunya ikut terkena imbas manakala lembaga penegak hukum ini menjadi wahana pertarungan politik elit. Sedangkan pimpinan KPK yg baru, Taufiequrrachman Ruki (TR), yang notabene adalah pensiunan Jenderal Polri), juga mesti proaktif. Aapalagi publik masih mencatat janjinya akan melindungi para petugas KPK dan mempertahankan marwah lembaga antirasuah tsb. (http://www.rmol.co/read/2015/05/01/200991/Janji-Ruki-dan-Indriyanto-Pasang-Badan-untuk-Novel-Baswedan-Mulai-Ditagih-)


Simak tautan ini:

http://nasional.kompas.com/read/2015/05/01/07485711/Kapolri.Harus.Jelaskan.Alasan.Penangkapan.Novel.Baswedan
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS