Wednesday, July 15, 2015

MAUKAH INDONESIA BELAJAR DARI PENGALAMAN IRAN?

Setelah lebih dari 20 bulan melakukan perundingan antara negara-negara adidaya (AS, Inggris, Rusia, Perancis, Tiongkok, dan Jerman) dengan Republik Islam Iran mengenai program PLTN yang dikembangkan oleh pihak yang disebut terakhir itu, akhirnya terbuhullah kesepakatan yang bersejarah. Kedua belah pihak menandatangani persetujuan di Wina yang pada pokoknya pihak negara adidaya (5+1) tidak menghalangi pembangunan PLTN Iran dan sebaliknya, Iran akan mematuhi berbagai pembatasan sehingga negara tersebut tidak akan menjadi negara yang memiliki kekuatan persenjataan nuklir. Bonus dari persetujuan tsb adalah dicabutnya berbagai sanksi ekonomi yang selama ini dijatuhkan kepada negeri para Mullah tersebut. Selain itu tentu saja Iran secara tidak langsung mendapat pengakuan sebagai kekuatan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

Tentu saja selalu ada pihak yang tidak mau menerima kesepakatan Wina. Yang utama dan terutama adalah Israel yang tetap ngotot bahwa persetujuan thd program nukli Iran tsb sangat membahayakan keseimbangan kekuatan geopolitik kawasan dan khususnya menjadi ancaman eksistensial bagi negara Yahudi tsb. Pihak yang tidak sepakat termasuk juga sebagian politisi di AS, khususnya anggota Konggres dan Senat yang beraliran konservatif dan pro-Israel Merka akan menolak kesepakatan Wina tsb karena dianggap akan membahayakan kepentingan AS dan Israel di Timteng. Yang terakhir, pihak yg menolak atau setidaknya kritis thd kesepakatan tsb adalah negara-2 Arab yang selama ini antagonistik thd Teheran, seperti Kerajaan Arab Saudi, Emirat Arab, Kuwait, Qatar, dan termasuk juga Mesir.

Keberhasilan Iran memperjuangkan kepentingan nasional di bawah tekanan kekuatan-2 adidaya dan negara-2 satelit mereka, merupakan bukti nyata bagaimana ketahanan dan kepercayaan diri suatu bangsa, serta keteguhan para pemimpinnya adalah modal besar dan utama bagi kemajuan, kebormatan, dan kedaulatan negara tsb.  Iran mengalami berbagai tekanan, boikot, embargo, sanksi dari berbagai negara adidaya selama beberapa dasawarsa. Alih-2 semua itu bisa menggoyahkan bangsa dan negara tsb, justru malah membuat mereka semakin kokoh dan teguh dalam berjuang. Bukan saja Iran bergeming di bawah segala embargo tsb, tetapi juga kini menjadi kekuatan regional yang paling diperhitungkan dalam berbagai bidang termasuk Iptek, industri, dan perdagangan>

Indonesia, kendati memiliki sistem politik yang berbeda dan masyarakat yang lebih heterogen dari Iran, semestinya bisa belajar dari pengalaman negeri sahabatnya itu. Soliditas bangsa, keteguhan para pemimpin, dan kepercayaan rakyat terhadap para penyelenggara negara semestinya ditumbuh-kembangkan di negeri ini seperti yang dilakukan Iran. Hanya dengan jalan ini, maka Indonesia yg berdaulat, damai, maju, adil, dan makmur akan menjadi kenyataan. Jika tren negeri ini masih tetap seperti sekarang, saya khawatir dalam tempo dua dekade yang aka datang Republik ini akan semakin terpuruk dalam pergaulan antar-bangsa.


Simak tautan ini:

http://edition.cnn.com/2015/07/14/politics/iran-nuclear-deal/
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS