Tuesday, July 21, 2015

PENDEKATAN CERDAS ALA KAPOLDA DKI, TITO KARNAVIAN

Arahan Kapolda DKI Jaya, Irjen Pol Tito Karnavian (TK), agar ormas 'memberikan penjelasan secara cerdas ke massanya terkait insiden (Tolikara)...' saya rasa sangat baik dan tepat. Demikian pula, sinyalemen Pangdam V Jaya, Agus Sutomo (AS), bahwa masyarakat agar 'menyikapi insiden di Tolikara, Papua, dengan sikap yang cerdas, bijak, dan arif, serta mengedepankan kekeluargaan.' Kedua pernyataan tsb sangat baik, karena DKI merupakan barometer stabilitas politik nasional di samping menjadi tempat tokoh-tokoh dan pimpinan ormas-ormas besar, media massa nasional, serta organisasi masyarakat sipil lainnya yang memiliki pegaruh sampai di akar rumput. Kendati insiden shalat Ied itu terjadi di tempat yang sangat jauh dari ibukota, tetapi reaksi yang muncul diibukota akan punya resonansi balik yang jauh lebih kuat dan luas jangkauannya. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/07/21/16471171/Pangdam.Jaya.Soal.Tolikara.Kita.Bertanggung.Jawab.Padamkan.Sumbu.Api?utm_campaign=related_left&utm_medium=bp&utm_source=news)

Kapolda DKI, yang juga mantan Kapolda di Papua selama dua tahun itu, tentunya memiliki bukan saja pengetahuan yang mendalam, tetapi juga pengalaman yg luas terkait permasalahan kamtibmas di wilayah paling timur Indonesia itu. TK menulis sebuah buku memoar penugasannya di bumi Cendrawasih yang isinya sangat komprehensif mengenai peta jalan (road map) permasalahan kamtibmas dan pemecahannya di Papua. Beliau mengedepankan strategi komunikasi publik secara langsung dan penyelesaian masalah menggunakan pendekatan kekuatan cerdas (smart power), termasuk ketika berhadapan dengan kelompok-2 anti NKRI yang sering menggunakan kekerasan bersenjata. Smart power merupakan gabungan antara gakkum dengan pendekatan budaya dan komunikasi langsung dg publik di wilayah. Dengan pendekatan tersebut yang ditopang oleh reputasi pribadi TK yang bersih dan tegas, maka solusi-2 utk masalah di Papua tak lagi hanya keamanan, politik, dan kesejahteraan belaka, tetapi juga budaya dan komunikasi publik.

Dalam menyikapi dan mengupayakan solusi kasus-2 bernuansa SARA, memang sangat relevan utk menggugah para pemimpin ormas di Jakarta dan kota-kota besar di negeri ini agar mengedepankan pendekatan yang cerdas (smart) itu. Kecerdasan ini bukan saja dalam penalaran tetapi juga dlm hal memenangkan pikiran dan hati rakyat (winning the people's heart and mind). Ini bisa lebih efektif ketimbang melulu menggunakan pendekatan penegakan hukum formal belaka, sebagaimana yg amat banyak disuarakan di ruang publik. Sebab, kendati di atas permukaan insiden seperti di Tolikara tsb bernuansa pelanggaran hukum dan HAM, tetapi kiranya perlu dilihat aspek-2 terkait, antara lain psikologi masyarakat, budaya lokal, dan persoalan struktural di Papua. Itulah sebabnya, pengkondisian ormas yang ada di DKI agar mereka juga membantu memberikan pencerahan kepada massa pendukungnya menjadi sangat penting. Massa ormas-2 tsb belum tentu memahami kompleksitas masalah yg ada di lapangan dan sering hanya mengikuti dari media dan apa yg dikemukakan oleh para pemimpin. Jika para pemimpin mereka hanya melihat persoalan dari satu dimensi saja, mk respon yg muncul secara kolektif pun cenderung sama.

Pendekatan publik melalui komunikasi dan keterlibatan langsung dg publik yg diambil mantan Komandan Densus 88  itu sejatinya juga sama dengan yg selama ini dilakukan Presiden Jokowi (PJ) utk menyelesaikan berbagai perosalan strategis. Sekiranya para pejabat negara dlm Pemerintahan, Legislatif, dan juga para tokoh masyarakat itu juga sama, niscaya penyelesaian insiden Tolikara dan sejenisnya akan lebih fokus, mendalam, dan terpadu serta yang lebih penting menghindari kekerasan dan dendam. Bravo Pak Tito dan Pak Agus!!  


Simak tautan ini:

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/07/21/16340471/Kapolda.Metro.Imbau.Ormas.Beri.Penjelasan.Cerdas.soal.Insiden.Tolikara?utm_campaign=related_left&utm_medium=bp&utm_source=news
 
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS