Sunday, October 18, 2015

KEKERASAN SEPAK BOLA DAN PROGRAM BELA NEGARA

Sepintas lalu, kampanye bela negara dengan menggunakan momentum sepak bola dan kerusuhan serta kekerasan yang ada di dalamnya, kelihatan menarik. Politisi Partai Gerindra, Martin Hutabarat (MH), mengatakan bahwa fenomena kekerasan yang terjadi jelang pertandingan final Piala Presiden 2015 menunjukkan urgensi program Bela Negara (BN) yg akhir-akhir ini dikumandangkan oleh Pemerintah,m cq. Kemenhan. MH mengatakan bahwa "program bela negara harus bisa menumbuhkan rasa cinta pada Tanah Air, hormat pada sesama anak bangsa, ikut menjaga keamanan dan menjunjung tinggi sportivitas."

Persoalannya adalah apakah benar bahwa kekerasan sepakbola bisa menjadi indikator penting agar program BN dilaksanakan? Hemat saya, kekerasan, vandalisme, hooliganisme dalam olah raga, khususnya sepak bola, di Indonesia adalah tindakan kriminal massal yang sudah sangat lama terjadi di negeri ini dan sampai sekarang belum bisa diatasi oleh aparat. Aksi itu berawal dari sentimen pendukung/supporter klub sepakbola dan kedaerahan, serta merupakan salah satu alasan pelampiasan kekecewaan dan frustrasi para pelakunya. Namun aksi-aksi mob (kerumunan) tsb menjadi marak karena tidak diselesaikan secara tegas dengan hukum, tetapi malah seakan "dipelihara". Misalnya disanjung-sanjung oleh pihak-pihak tertentu sehingga aksi kriminalitas tsb menjadi semacam 'kebanggaan', solidaritas, identitas kedaerahan tersendiri. Dalam kasus 'bonek' Surabaya, misalnya, ada kesan kuat bahwa aksi-aksi kekerasan para bonek tsb bukannya dianggap kriminalitas yg harus ditumpas habis, tetapi malah diterima sebagai "kenyataan sosial" dan oleh sebagian orang dibangga-banggakan.

Hemat saya, fenomena bonek dan kekerasan yang dilakukan oleh para supporter sepakbola di Indonesia sangat jauh kaitannya dengan BN. Yang disebut terakhir ini adalah sebuah wacana dan praksis yang mesti dipahami secara lebih mendalam dan tidak perlu dikait-2kan dengan feomena yang jelas merupakan persoalan sosiologis dan psikologis seperti perbonekan tsb. Ketidakjelasan dalam memberikan pemahaman dan konsepsi ttg BN akhirnya akan membuat rancu dan memancing polemik berkepanjangan. Ini sama saja dengan wacana Revolusi Mental (RM), yang juga cenderung tidak jelas tetapi bisa dipakai untuk omong apa saja. Bahkan soal bonek dan kekerasan sepakbola itu sendiripun bisa dikaitkan dg perlunya RM. Lalu pertanyaannya adalah, BN dan RM dan segala macam wacana itu maksudnya apa dalam kehidupan kongkrit masyarakat? Apakah cuma menjadi jargon dan slogan kosong yg nanti menghambur-2kan uang negara?
 
Simak tautan ini:
 
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS