Sunday, March 13, 2016

KENAPA JOHAN BUDI KINI RAME-2 DIKRITIK?

Johan Budi (JB), juru bicara Presiden Jokowi (PJ) mendadak menjadi target kritik dan 'penjonruan' di media dan medsos beberapa waktu terakhir ini? Bukankah orang kelahiran Mojokerto 49 tahun lalu itu termasuk salah satau "Pendekar" yang malang melintang di dunia persilatan negeri ini, khususnya dalam memberantasan kaum 'lioklim' (Rimba Hijau atawa penjahat) yg berwujud para koruptor saat aktif di KPK? Dalam memori publik di negeri ini, nama JB berendeng dengan nama-2 kondang seperti Abraham Samad (AS), Bambang Wijoyanto (BW), dan Novel Baswedan (NB) sebelum, pada saat, dan setelah operasi pelemahan KPK yg dilancarkan oleh gabungan kekuatan politik dan aparat hukum. Bahkan JB punya rekam jejak yg khas: sebagai jubir KPK, beliau nyaris tiap hari nongol di media cetak, radio, TV, dan medsos dan dikenal sebagai tokoh yg sangat 'cool' dalam menghadapi pertanyaan, kritik, komentar nyinyir, dll thd KPK dan kiprahnya.

Tak heran pula ketika PJ mengangkat JB sebagai jubir Istana, setelah beliau tak ikut dipilih oleh DPR sebagai pimpinan KPK, publik pun menganggap JB mendapat tugas yg sangat pas. Saya termasuk orang yg sangat senang dan bersyukur dengan penunjukan PJ karena jelas akan membantu beliau mengelola sistem komunikasi publik di Istana yg masih cukup memprihatinkan itu. Dan benar saja, dlm tempo tak terlalu lama keberadaan JB dapat dirasakan sebagai hal yg positif. Ini karena JB mampu menerjemahkan kehendak PJ dlm komunikasi publik, sehingga sang boss pun bisa konsentrasi kepada hal-hal yg memang menjadi porsi Presiden.

Tentu saja tidak ada tugas tanpa resiko. JB tampaknya juga menjadi semacam klilip bagi sementara orang dan pihak yg tak lagi mudah menciptakan huru-hara, dengan memanipulasi informasi yang kemudian akan diarahkan kepada PJ. Soal kegaduhan para Menteri, misalnya. Peran JB sangat efektif utk meredakan ketegangan dan kegaduhan. Dan inilah yg bikin sementara pengamat dan media massa yg kepentingannya terganggu lantas marah-marah lalu menuduh JB dengan segala macam label klise seperti 'humas neoliberal' atau 'manipulator kehendak Presiden' dll. Inilah resiko yg JB sendiri juga sudah siap. Sebab seurang jubir juga berperan bukan saja sebagai corong Istana tetapi membentengi sang boss dari upaya-2 menciptakan kegaduhan, baik dari dalam maupun dari luar.

JB memang membuat pihak-2 yg selama ini bis seenaknya mendapat akses informasi ke Istana menjadi tersaring, dan mungkin terkendali serta malah tertutup. Dan ini membuatnya menjadi sasaran tembak!

Bravo Bung Johan Budi!

Simak tautan ini:

1.http://politik.rmol.co/read/2016/03/09/238780/Waspada,-Johan-Budi-Humas-Neolib-Di-Istana-Trisakti

2. http://politik.rmol.co/read/2016/03/13/239281/Disayangkan,-Johan-Budi-Manipulasi-Kehendak-Presiden 
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS