Sunday, May 21, 2017

INSIDEN "GARUDAKU KAFIR" DI UNDIP: TAK PERLU OVERACTING!


Munculnya poster bertuliskan "Garudaku Kafir" di beberapa titik di kawasan kampus Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang, merupakan insiden yang perlu dicermati, diwaspadai, dan dicegah agar tidak berkembang menjadi 'bola liar' politik. Namun tidak perlu overacting. Yang saya maksud adalah, tak perlu "grusa-grusu" menuding kelompok ini dan/atau itu sebagai pelaku atau otak inteletual dari provokasi tsb. Apalagi jika benar bahwa sudah diketahui bahwa pembuat poster-2 itu tidak punya maksud jahat, walaupun tetap harus diusut tuntas.

Memang sangat gampang utk menuding pihak-pihak tertentu, dengan hanya membaca tulisan tsb. Kata "kafir", misalnya dengan sangat convenience bisa ditafsirkan untuk menuduh mereka-mereka yang sering menggunakan ujaran 'takfiri' dan/ atau kelompok Islamis jihadis, dan sejenisnya. Tetapi jika kita mau berfikir agak lebih dalam sedikit, rasanya tidak masuk akal jika kelompok-2 tsb begiti bodoh memancing kemarahan publik dengan cara sevulgar itu. Malah sebaliknya, terbuka kemungkinan juga ada pihak lain yg memanfaatkan kondisi dan situasi saat ini untuk mengadu domba dengan memojokkan salah satu pihak.

Lokasi UNDIP juga menarik utk dicermati, sebab kampus itu belum dikenal sebagai markas gerakan radikal seperti HTI apalagi kelompok-2 pengguna kekerasan seperti JI, JAD, dan para pendukung ISIS misalnya. Beda umpamanya dengan kampus IPB atau UI yg sudah lama dikenal sebagai kampus-kampus yang menjadi pusat-pusat rekrutmen dan kaderisasi HTI. Bisa saja pengaruh parpol Islam seperti PKS cukup kuat di kampus-2 seperti UNDIP, namun organisasi politik ini jelas tidak memiliki agenda politik radikal sebagaimana kelompok-kelompok yang saya sebut sebelumnya.

Jika reaksi aparat dan masyarakat overacting, justru pihak-pihak yg ingin memancing di air keruh itu akan senang dan bukan tidak mungkin akan melakukan aksi provokasi yg sama di kampus-kampus besar lainnya. Upaya yang proporsional adalah meminta pihak-pihak yang memiliki otoritas kampus dan seluruh civitas academicanya utk tetap awas atau alert. Termasuk membuat kebijakan yang tegas terhadap penyalah-gunaan mimbar akademis di kampus, misalnya, sehingga tidak menjadi pintu masuk radikalisme dan radikalisasi.

Terkait kasus poster "Garudaku Kafir" yang muncul di Undip di atas, jika ternyata hanyalah cara promosi diskusi yang bertujuan penguatan nasionalisme dan kebangsaan dalam rangka hari kebangkitan nasional, hal itu tidak perlu lagi diperpanjang mengingat yang bersangkutan tidak ada niat untuk melecehkan lambang negara. Karena itu, saya menghimbau agar proses di kepolisian sebaiknya dihentikan saja setelah semua keterangan diperoleh. Akan lebih bijaksana jika selanjutnya diserahkan kepada pihak Universitas Diponegoro agar dilakukan pembinaan terhadap mereka yang terlibat.

Tindakan tsb akan lebih positif dan produktif dibandingkan dengan menghukum. Sekaligus ini menjadi pelajaran (lesson learnt) bahwa tujuan baik yang dilakukan dengan cara yang tidak baik bisa memunculkan respon negatif pada mereka yang tidak memahami konteks persoalan.

Simak tautan ini:

Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS