Monday, May 28, 2018

KEBERAGAMAAN & PERILAKU TERHADAP LIYAN

"Jika kamu ingin tahu bagaimana seseorang beragama, jangan hanya kamu lihat bagaimana ia shalat dan puasa. Tetapi lihatlah juga bagaimana ia memperlakukan orang lain." (Imam Ja'far As Shadiq, 702-765)
Keberagamaan seseorang merupakan refleksi dari kapasitasnya melaksanakan ajaran agama baik dalam kehidupan pribadi maupun kemasyarakatan. Karenanya, semakin dalam dan luas keberagamaannya, seseorang akan semakin menempatkan dimensi spiritual ketimbang dimensi "agama" yang lahiriah.

Salah satu bukti dari kedalaman spiritual tersebut adalah bagimana perilaku seorang yang mengklaim beragama terhadap pihak lain, baik yang seagama maupun yang tidak. Bahkan terhadap mereka yang mengklaim tidak beragama sekalipun. Sikap dan laku yang bajik terhadap liyan menjadi bukti terpenting apakah keberagamaan seseorang telah diperkuat dengan spiritualitas. Sehingga apa yang merupakan kepentingan atau hasrat untuk meraih kemuliaaan secara pribadi di depan Tuhan, terefleksikan dengan apa yang dilakukannya dalam kenyataan kehidupan.

Dewasa ini yang terjadi justry sebaliknya. Keberagamaan dimanifestasikan dengan penonjolan pribadi dan kepentingannya, namun melupakan dimensi spiritualitas berupa perilaku terhadap liyan. Karenanya terjadilah formalisme keagamaan yang berlebihan dan kecenderungan intoleransi bahkan kekerasan terhadap yang dianggap tak seagama, bahka seagama tetapi berbeda pemahaman dan tafsir atas ajaran-ajaran.
Implikasinya adalah sebuah fenomena keberagamaan yang tampak di luar sangat massif dan berkembang, namun kehilangan dimensi spiritualitas. Keberagamaan lantas tereduksi menjadi ritualitas yang rigid, namun tak memiliki implikasi positif bagi kehidupan kemanusiaan. Yang lebih mengenaskan lagi apabila keberagamaan seperti itu menafikan etika tanggungjawab bagi kehidupan bersama.
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS