Thursday, June 4, 2020

KRISIS KEPEMIMPINAN PRESIDEN TRUMP?




Hari-hari ini, Presiden AS ke 45, Donald J. Trump, tampaknya sedang alami ujian berat: Ancaman krisis legitimasi bagi kepemimpinannya. Salah satu indikatornya adalah fakta bahwa para tokoh top dari kalangan militer & sipil, yang pernah dekat dengannya, kini rame-rame mengritik dan menjauhi. Sebut saja salah satunya, misalnya, mantan Menhan, Jenderal James 'Mad Dog' Mattis, yg konon melontarkan kritik keras kpd sang POTUS (President of the United States of America) terkait langkah keras dan militeristiknya menghadapi protes massal pasca- pembunuhan George Floyd di Minneapolis.

Simak pernyataan Jenderal Mattis:

"Ketika saya menjadi tentara, sekitar 50 tahun lalu, saya bersumpah untuk mendukung dan membela Konstitusi. Saya tak pernah bermimpi bahwa para prajurit yang mengambil sumpah yg sama itu, dalam keadaan apapun, akan diperintahkan untuk melawan hak konstitusional para warganegara - terlebih lagi mereka diminta ikut berfoto yang mengerikan untuk sang Panglima Tertinggi terpilih itu bersama para pimpinan militer di sampingnya.

Kita mesti menolak setiap pikiran yang menganggap kota-kota sebagai "palagan perang", atau memerintahkan para prajurit untuk "mendominasi". Di negeri ini, kita harus menggunakan milter kita hanya jika diminta, dalam kejadian yang sangat jarang, oleh Gubernur negara-negara bagian. Militerisasi atas respon kita, sbeagaimana kita saksikan di Washington, DC, menciptakan konflik -sebuah konflik semu- antara militer dan masyarakat sipil.

Ia akan menggerus landasan moral yang menjamin adanya kepercayaan antara para prajurit perempuan dan laki-laki dengan masyarakat dan yang mereka disumpah untuk melindunginya, dan yang mereka sendiri merupakan bagiannya. Menjaga keteraturan publik adalah urusan sipil negara bagian dan para pemimpin yang sangat paham tentang para anggota komunitas dan bertanggung jawab kepada mereka."

Mattis menambahkan juga:

"Donald Trump adalah Presiden yang pertama dalam hidup saya yang tak berusaha menyatukan rakyat Amerika, bahkan tak pernah berpura-pura untuk mencobanya. Ia justru ingin memecah-belah kita.

Kita sedang menyaksikan konsekuensi-konsekuensi dari tiga tahun usahanya (memecah belah) yang sengaja. Kita sedang menyaksikan konsekuensi-konsekuesnsi dari tiga tahun tanpa kepemimpinan yang dewasa. Kita bisa bersatu TANPA kepemmpinannya, dengan menggunakan kekuatan yang inheren ada dalam masyarakat."

Sebuah pertanda kurang baik buat sang POTUS untuk Pilpres 2020 pada bulan November nanti.

Simak tautan ini:

Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS