Tuesday, September 14, 2010

IDUL FITRI TANPA HATINURANI

Oleh Muhammad AS Hikam 
President University















"Tahukah kamu, siapakah orang yang mendustakan agama?
Itulah orang-orang yang menghardik anak-anak yatim
Dan menolak memberi makan orang-orang miskin
Maka celakalah orang-orang yang shalat yang lalai terhadapnya
Hanya karena ingin memamerkan diri (riya')
Serta enggan memberikan bantuan."


(QS 107: 1-7).


Lebaran Idul Fitri 1431H yang sangat diagungkan oleh ummat Islam dan seluruh bangsa Indonesia, menurut pendapat saya, telah tercemari oleh ulah Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan (AH), dengan proyek kartu lebarannya yang menelan Rp 2, 5 miliar. Bukan saja ulah tersebut sangat menyinggung rasa keadilan rakyat miskin di Jabar, khususnya, dan rakyat Indonesia pada umumnya, tetapi juga berpotensi melanggar etika good governance and government, serta dapat menimbulkan antipati terhadap proses Reformasi dan demokratisasi. Tambahan pula, proyek kartu lebaran yang menggunakan uang negara itu juga menunjukkan arogansi dan sikap tidak sensitif terhadap para penganut agama lain (baca-non Muslim) yang secara khusus tidak merayakan lebaran. Menjadi sebuah teka-teki yang menarik untuk ditebak, misalnya, spakah AH nanti juga akan membuat kartu-kartu Natal dan Tahun baru yang juga atas biaya APBD dengan besaran yang setara? Bagaimana dengan kartu perayaan Imlek, Nyepi, dsb?

AH bisa saja mengatakan bahwa ia telah mengeluarkan anggaran besar untuk memberantas kemiskinan. Bahkan mengatakan bahwa biaya kartu lebaran yang luarbiasa itu konon belum apa-apanya dibanding dengan subsidi untuk kaum dhu'afa (http://www.detiknews.com/read/2010/09/09/182818/1438613/10/). Namun argumen seperti itu sangat tidak relevan untuk dikemukakan dan semakin menampilkan kebodoihan dan arogansinya. Semua orang tahu bahwa semua anggaran itu keluar dari Negara yang harus dipergunakan untuk kepentingan bersama. Tetapi dalam hal kasus kartu lebaran tersebut yang paling diuntungkan adalah diri pribadinya, sehingga lebih mirip sebuah kampanye untuk pemilihan kembali dirinya dalam Pilkada nanti. AH menurut saya telah terjebak kepada narsisme dan megalomania kekuasaan dan sangat bertolak belakang dengan gembar-gembor parpol yang mengusungnya, PKS, yang konon merepresentasikan ajaran Islam.

Setahu saya, ajaran Islam yang mulia sangat mengedepankan akhlaqul karimah yang isinya termasuk bersikap lemah lembut dan tidak arogan serta menonjolkan diri. AH sangat jauh dari "uswatun khasanah" (contoh mulia) Nabi besar Muhammad saw, ataupun sahabatnya, Sayyidina Umar Ibn Khattab yang hidup sederhana, kendati beliau-beliau tersebut sangat sukses dan membawa perubahan luar biasa dalam kehidupan ummat manusia. Kalau kita mau jujur mempertimbangkan, AH masih belum layak disebut Gubernur Jabar yang sukses melabihi para pendahulunya. Namun hal itu tidak menghentikannya untuk menciptakan kultus individu yang memuakkan siapa saja yang berhatinurani!

Seharusnya, bulan Ramadhan dan Idul Fitri digunakan oleh para pemimpin untuk menampilkan diri menjadi contoh dan tauladan kepada rakyat. Bagi m,ereka yang beragama Islam tentunya bagaimana mereka dapat menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan: amanah (terpercaya), sidiq (jujur), tabligh (menyampaikan pesan), dan fatonah (cerdas). Itulah sifat-sifat kepemimpinan profetik (kenabian) yang diajarkan oleh Islam. Sayangnya, yang dipertunjukkan AH adalah kebalikan dari semua prinsip kepemimpinan tersebut, sehingga sejatinya rakyat Jabar khususnya dan Indonesia umumnya tidak layak mengganggapnya sebagai seorang pemimpin.

Idul Fitri di Indonesia tahun ini, benar-benar terasa menyesakkan dan gelap karena digelayuti mendung tebal berupa ulah para pemimpin yang telah mengecewakan rakyat dan menyelewengkan amanat mereka. Tanpa merasa malu, para pemimpin itu memanipulasi ajaran dan tradisi yang sangat baik seperti lebaran itu, tradisi yang mengajarkan kesantunan dan perhatian kepada mereka yang terpinggirkan (mustad'afin). Semoga Allah swt memberikan balasan yang setimpal terhadap manusia-manusia yang mencederai perintahNya untuk bertindak adil dan bersikap santun terhadap mereka yang masih belum mampu. Khusus untuk Gubernur Jabar, saya kira dia perlu membaca dan menghayati kembali makna Surah Al-Ma'un yang saya kutip di awal tulisan ini.


Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS