Oleh Muhammad AS Hikam
President University
Kunjungan kenegaraan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinedjad, ke Libanon, beberapa hari yang lalu, merupakan sebuah pertanda semakin kokohnya pengaruh negeri para Mullah itu dalam percaturan politik di kawasan. Iran, yang saat ini merupakasn kekuatan dominan dan memiliki pengaruh kuat di sektor-sektor keamanan dan energi strategis, tampak semakin memperluas "kekuatan lunak" atau soft powernya di negara-negara Timur Tengah. Penyambutan luar biasa yang diberikan kepada Presiden Ahmadinedjad (konon tak kurang dari 750.000 orang di Beirut dan beberapa kota lain) selain menunjukkan popularitasnya di kalangan penduduk Syi'ah di Libanon, juga menjadi indikator politik bahwa peringatan-peringatan yang sering dilontarkan oleh AS dan Israel sama sekali tidak digubris baik oleh Pemerintah maupun rakyat Libanon.
Bahkan kita jika mengikuti pandangan penulis di situs www.raceforiran.com, maka kunjungan Presiden Ahmadinedjad ini bisa jadi akan semakin mempersulit upaya AS dan sekutu-sekutunya, terutama Israel, untuk "mengasingkan" Iran dari rakyat negara-negara Arab dengan isu nuklir dan kedekatannya terhadap kelompok-kelompok para militer seperi Hezbollah (Libanon) dan Hamas (Palestina). Bahkan sebaliknya, Teheran akan semakin mampu menjadikan dirinya sebagai rujukan utama dalam percaturan politik dan keamanan di kawasan karena kemampuannya untuk memberikan dukungan riil terhadap mereka yang melakukan perlawanan terhadap hegemoni AS khususnya yang dilakukan melalui Israel.
Pergeseran kekuatan di Timur Tengah dengan munculnya Teheran sebagai blok perlwawanan (axis of resistance) vis-s-vis hegemoni Barat dan Israel, memang masih butuh waktu untuk benar-benar menunjukkan hasil yang konkret. Namun, dengan keberhasilan kunjungan Presiden Iran (yang kedua setelah Presiden Khatami ke Libanon pada 2003) tersebut, selangkah demi selangkah Teheran bakal mampu mewujudkan cita-citanya sebagai pusat gravitasi politik di kawasan sehingga negara-negara adidaya seperti AS, Rusia, dan EU benar-benar harus memperhitungkannya. Bukan saja karena Iran telah menunjukkan kemampuannya untuk mandiri di bidang persenjataan startegis, tetapi juga kemampuannya menjalin kemitraan strategis dengan kekuatan ekonomi dunia yang baru, yaitu Cina dan negara-negara industri baru seperti Brazilia dan Argentina serta negara-negara di Amerika Latin lainnya.
Kiprah Presiden Ahmadinedjad memang layak diperhatikan, termasuk oleh Indonesia yang sejatinya memiliki kepentingan untuk memperkuat tali persahabatan dengan Iran. Bagaimanapun juga Indonesia sebagai negara mayoritas berpenduduk Islam Sunni akan dipandang sebagai mitra dialog yang penting bagi aliran teologis Islam kedua terbesar di dunia itu. Demikian pula posisi strategis Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara tentunya akan memiliki arti penting bagi Iran secara geopolitik dan geostrategis di masa-masa yng akan datang. Tinggal bagaimana Pemerintah Indonesia menangkap tanda-tanda zaman ini agar ia tak ketinggalan dibanding dengan negara jiran seperti Malaysia yang tampaknya juga sudah mendekati Teheran secara serius.
Monday, October 18, 2010
Home »
» IRAN SEBAGAI KEKUATAN KEAMANAN BARU DI TIMUR TENGAH
0 comments:
Post a Comment