Monday, October 18, 2010

MENEBAK-NEBAK KOCOK ULANG MENTERI KIB II

Oleh Muhammad AS Hikam
President University


Usulan Lily Wahid (LW) soal penggantian Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II cukup menarik untuk dikomentari. Kendati saya masih memosisikan diri sebagai orang yang tidak melihat adanya signifikansi reshuffle, namun tampaknya realitas politik berbicara lain. Saya melihat kian santernya wacana kocok ulang di lingkaran istana dan petinggi parpol gajah (PD, PG, PKS dan bahkan, ya, PDIP) menunjukkan probabilitas terjadinya penggantian sebagian anggota Kabinet ini sudah di atas 90% akan terjadi. Terlepas dari prediksi saya bahwa hal itu tidak akan membawa perbaikan yang lebih nyata (karena yang berubah bukan sistem manajemen pemerintahan), tetapi kenyataan tersebut harus diterima dan sedapat mungkin dicari manfaatnya. Sekecil apapun!

Dengan dilatarbelakangi semangat itulah saya ingin mengomentari usulan LW tentang figur-figur Menteri yang menurut beliau layak dan, bahkan, harus diganti. Mungkin orang bisa sinis terhadap LH karena dari 6 orang Menetri yang beliau singgung, ada dua yang berasal dari PKB dan yang kebetulan sedang bergeskan dengan beliau: Muhaimin Iskandar (MI) dan Helmi Faisal (HF), masing-masing Menakertrans dan Meneg PDT. menteri-menteri selebihnya adalah yang sudah sering diwacanakan di publik sebagai yang akan tergusur: Menlu, ESDM, Menhub, dan Mensesneg.

Bagi saya LW tentu memiliki cara memandang dan menilai sehingga sampai kapada kesimpulan tsb. terus terang, saya sepakat dengan beliau bahwa MI dan HF mestinya diganti. Demikian pula Menteri-menteri Perhubungan dan ESDM. Kalau untuk Menlu, bagi saya mungkin layak dievaluasi secara mendalam dan diberikan kesempatan untuk tetap melanjutkan tugas, namun beliau harus mengefektifkan Wamenlu bukan sebagai palang pintu administrasi tetapi juga dalam kiprah diplomasi.

Menakertrans dan Meneg PDT bagi saya memang tidak memiliki kemampuan untuk mengemban tugas yang sangat strategis tersebut karena memang keduanya tidak memiliki kemampuan yang bisa diandalkan kecuali sebagai petinggi partai. Menakertrans misalnya tidak mampu untuk menciptakan perbaikan sistem khususnya untuk menata kinerja para pekerja migran (TKI) dan malahan telah dilaporkan kepada KPK karena ada tuduhan terlibat penunjukan langsung dalam urusan asuransi TKI. Meneg PDT, selain membuat iklan besar-besaran dan membuat acara-acara seremonial, saya tidak terlalu melihat apa yang telah dilakukannya. Hampir mirip dengan Meneg PDT mulai dari Syaifullah Yusuf dan Lukman Edi, HF hanyalah semacam " hadiah buat partai" saja, bukan benar-benar orang yang punya takaran dan kualitas Menteri. Sayangnya, karena posisi MI sebagai Ketum DPP PKB, rasanya hampir mustahil Pak SBY akan melengserkannya.

Menganai Menhub dan ESDM, saya kira saya juga sepakat dengan LW bahwa kehadiran mereka di KIB II lebih merugikan daripada kalau diganti. Menhub tampaknya merupakan semacam kebijakan "affirmatif action" dari Presiden agar ada wakil dari Tanah Papua, sebuah tindakan yang bijak namun salah tempat. Sementara Menteri ESDM tampaknya tidak memiliki chemistry yang cukup kuat dengan Presiden sebagaimana Pak Purnomo Yusgiantoro sebelumnya. Walhasil kedua menetri strategis tersebut bukannya memberi nilai tambah kepada KIB II, namun malah menambahi beban.

Pak Sudi Silalahi (SS), saya hampir haqqul yakin tidak akan tergeser dari KIB II. Barangkali posisi beliau bisa berubah tetapi itupun sangat tipis karena Pak SS adalah salah satu jangkar dan inner circle yang terkuat di istana. Pak SBY akan kehilangan orang terpercaya dan yang paling dapat memahami kemauan beliau, dan bahkan tempat untuk mendiskusikan persoalan-persoalan paling krusial. Jadi dalam soal Pak SS ini, saya bertolak belakang dengan LW.

Anehnya LW tidak memasukkan Menkumham dan Menkominfo di dalam daftar kocok ulangnya. Padahal sudah sejak awal kedua Menteri dari PAN dan PKS itu sudah menjadi bulan-bulanan kritik dari publik, khususnya para pendukung penegakan hukum dan kebebasan informasi. Bahkan partai-partai lainpun telah merasakan bagaimana beratnya kedua kementerian itu dalam menjalankan tugas karena sarat dengan kontroversi. Saya lebih cenderung memasukkan kedua menteri Patrialis Akbar (PA) dan Tifatul Sembiring (TS) dalam kategori kandidat kuat untuk digusur dari KIB II.

Pada akhirnya memang ramai-ramai reshuffle Kabinet ini hanya akan menjadi semacam ritual yang memuaskan sebagian kecil pihak, yang akan kebagian jatah dari pergantian itu. Setelah itu, life goes on, dan mulai awal tahun depan akan ada ribut-ribut lagi... Sebab, yang diobati hanyalah simptom dan bukan akar dari penyakit. Ibarat penyakit kanker, yang diberikan hanyalah painkiller (pengurang rasa sakit) belaka. Padahal seharusnya yang amat diperlukan adalah chemoteraphy...
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS