Wednesday, November 10, 2010

PRESIDEN OBAMA BERTANDANG, MBAK MEGA PUN MAU DIUNDANG ISTANA

Oleh Muhammad AS Hikam
President University


Bisa jadi lawatan Presiden Obama ke Indonesia yang super singkat ini punya arti tersendiri untuk Pak SBY. Bukan karena akhirnya orang nomor satu di AS itu jadi datang setelah dua kali ditunda. Bukan pula karena Pak SBY dan Presiden Obama menandatangani Comprehensive Strategic Partnership  (CSP) yang monumental bagi kedua negara. Bukan juga karena Obama untuk pertamakalinya setelah pindah dari Menteng Dalam puluhan tahun lalu akhirnya bisa melihat Jakarta yang berubah total. Semua itu jelas penting dan terkait dengan negeri ini maupun kedua pemimpin negara. Tetapi yang punya arti pribadi tersendiri bagi Pak SBY adalah, kedatangan mBak Megawati Soekarnoputri (MS) ke Istana tadi malam, dalam acara resepsi jamuan makan malam kenegaraan (State dinner party).

Seluruh rakyat Indonesia, terutama mereka yang meminati politik, tahu belaka bahwa sesudah tidak menjadi Presiden pada 2004, MS tidak pernah lagi datang ke Istana, khususnya pada Upacara Kenegaraan memperingati detik-detik Proklamasi 17 Agustus. Para politisi, media, pengamat politik (profesional atau amatir), tokoh ormas dan publik bisa dikatakan sepakat bahwa sikap mantan Presiden ke 5 tersebut terjadi karena ada perseteruan diam-diam antara beliau dengan Pak SBY sebelum Pemilu 2004. Maka, menjadi sebuah acara "rutin" bagi media dan politisi sejak Pak SBY menjadi Presiden ke 6 untuk menebak-nebak apakah MS akan menghadiri undangan Upacara 17 Agustusan di Istana. Samapai tahun ini, ternyata selalu tidak dengan berbagai alasan yang juga sudah klise untuk diulang di sini.

Kebekuan komunikasi ini bukan tidak diupayakan untuk bisa mencair. Tak kurang dari Pak Taufik Kiemas, yang di samping merupakan suami MS juga pentolan PDIP dan salah satu politisi terhandal di Republik ini, yang secara sangat serius mencoba melakukan "reapproachment" antar keduanya. Bahkan Pak TK, begitu panggilan akrab beliau, meriskir dirinya dianggap sebagai faktor yang mengganggu keutuhan Partainya karena ke "adrengan" beliau agar Petinggo-petinggi PDIP dan PD itu dapat berkomunikasi, syukur-syukur membuhulkan sebuah kerja sama politik. Sebagai seorang politisi pragmatis par-excellence, Pak TK sangat memahami betapa ruginya PDIP dengan komunikasi yang kurang harmonis tersebut. Sayangnya, selama hampir enam tahun  MS tetap bergeming sampai ketika peringatan Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni 2010, beliau berkenan datang ke Gedung DPR/MPR untuk menghadirinya dan sempat bersalaman dengan Presiden SBY.!

Para pengamat umumnya mengatakan bahwa MS akhirnya mau bertemu dengan Presiden SBY karena kondisi internal PDIP yang sudah semakin carut marut dari segi kemampuan finansial dan keutuhan organisasi. Kekalahan berturut-turut PDIP dalam dua Pilpres dan munculnya koalisi antara PD dan parpol-parpol pendukung, proses pidana dengan tuduhan korupsi yang membuat beberapa pentolan PDIP di DPR/DPRD masuk bui atau sedang diperiksa KPK dan Kejakgung, telah semakin memperlemah parpol berlambang Banteng bermoncong putih itu. Perseteruan antara kubu MS dan kubu Pak TK, sama sekali tak menolong bagi upaya konsolidasi,  mobilisasi, dan pemberdayaan partai. Munculnya sang Puteri Mahkota Puan Maharani untuk menjadi figur penerus memang memberi harapan, tetapi terlalu berat jika harus menyelesaikan problem serius yang dihadapi PDIP.

Dan kemudian Presiden Obama pun bertandang ke Jakarta. Seperti pucuk dicinta ulam tiba, event akbar ini pun tak dilewatkan untuk menjaga momentum 1 Juni di Senayan oleh pihak PDIP dan PD. Terlepas apakah nanti akan ada implikasi terhadap kocok ulang Kabinet bagi masuknya PDIP di KIB II, kehadiran MS di Istana tadi malam merupakan sebuah peristiwa politik sangat penting bagi Pak SBY. Kini jalan makin lempang bagi sebuah proses komunikasi politik antara kedua pemimpin tersebut yang membuat perseteruan diam-diam itu berujung dengan sebuah "happy-ending." Pak SBY akan tampil sebagai sosok politisi yang berhasil merangkul kembali sang lawan dengan sangat elegan dan disaksikan tidak kurang oleh Presiden AS dan pemirsa Televisi di seluruh Indonesia dan dunia! Sebuah kepiawaian politik yang tak tertandingi di Republik ini dari seorang Presiden yang mampu menjinakkan lawan bukan dengan kekerasan atau stigma politik, tetapi dengan sebuah kehormatan jamuan kenegaraan dengan pemimpin negara adidaya!

Jika masih ada keraguan terhadap Presiden SBY dalam soal komunikasi politik tingkat tinggi, maka lebih baik keraguan itu di simpan baik-baik di lemari. Sebab sejak tadi malam, Presiden SBY sudah membuktikan diri sebagai kampiun resolusi konflik dan menggondol seluruh pujian dan penghargaan yang layak diberikan karena keberhasilan beliau menyelesaikan persoalan yang sangat berdampak penting bagi sejarah politik negeri ini. Pak SBY kini dengan sangat elegan tampil sebagai bukan saja Presiden era Reformasi yang terpilih dengan mutlak, tetapi beliau pun akan meninggalkan legacy sebagi "konsiliator" yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Akan halnya MS, pertanyaan dari pengamat dan publik tetap akan menggantung. Apakah beliau sedang memberi teladan yang baik bagi rakyat dengan kehadiran di Istana semalam? Kontroversi telah mulai muncul . Reaksi para fesbookers dan pembaca dotcom umumnya masih negatif, demikian pula para pengamat politik dan bukan tak mungkin para politisi yang berseberangan dengan PDIP pun miring pandangannya. Tapi itulah resiko sebuah langkah politik. Memang beda antara apa yang diperoleh Pak SBY dan MS dari peristiwa semalam, dan MS harus melakukan langkah-langkah lanjutan yang dapat dipakai untuk menepis keraguan publik. Sebagai bukti bahwa MS tidak mementingkan Presiden Obama ketimbang acara nasional yang sangat terhormat, seyogyanya beliau tak lagi absen dalam Upacara 17 Agustus di Istana. PDIP juga perlu melakukan langkah-langkah politik yang tegas jika tetap akan memosisikan sebagai oposisi di Parelemen. Atau jika memutuskan bergabung, partai itu juga perlu memberikan argumen yang masuk akal bagi publik dan konstituennya.

Kedatangan Presiden Obama, ternyata membawa berkat bagi politik Indonesia. Setidaknya, Pak SBY kini tak perlu lagi repot-repot melakukan manuver untuk melunakkan hati seorang mBak Mega. Well done and congrats, Pak SBY!. Oh, by the way, thanks to you too, President Obama!
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS