Monday, July 9, 2012

KANG MOESLIM ABDURRAHMAN YANG SAYA KENAL

(Kika) Kang Moeslim, saya, mBak Sita Supomo, dan MasBudi Kuncoro di Kampus Universitas Wisconsin, Madison, AS, sekitar 1995
Kang Moeslim Abdurrahman (MA) almarhum, bagi saya, adalah sosok multi-talenta. Ia bukan saja seorang penulis, peneliti, aktivis LSM, dosen, politisi, tetapi juga seorang yang penuh humor dan canda. Sebelum saya mengenal almarhum secara face-to-face,  secara intelektual saya sudah diperkenalkan oleh almaghfurlah Gus Dur GD) beberapa tahun sebelumnya. Sering dalam obrolan di PBNU atau dalam perjalanan kluyuran bersama almaghfurlah dan Pak Ghofar Rahman (mantan Sekjen PBNU dan aktivis LSM juga), nama MA muncul dengan kekocakannya yang brilian. Bahwa MA adalah seorang intelektual Islam yang berlatarbelakang Muhammadiyah, tidak menjadi masalah bagi GD(seperti juga intelektual dengan latar belakang lain). Maka sebelum saya bertemu Kang Moeslim di kampus Cornell University Ithaca, NY pada 1994 (kalau tak keliru), maka saya sudah mengagumi dan menjadikannya sebagai salah satu figur intelektual yang harus saya timba kawruh dan pengalamannya.


Dan memang tidak keliru. Bersama almaghfurlah GD, alm. Cak Noercholish Majid, alm Romo Mangunwijaya, alm Aswab Mahasin, Pak Djohan Effendi, Pak Chabib Chirzin dan beberapa nama cendekiawan dan aktivis senior lain, saya kira alm MA adalah salah satu "hero" dalam kehidupan kevcendekiawanan saya. Kendati saya tak selalu sependapat dengan pandangan dan langkah-langkah politik alm., toh tak menghalangi saya untuk selalu berusaha mengikuti perkembangan pemikiran MA sampai detik terakhir. Saya bertemu terakhir dengan alm saat Pak Hendroprijono mengadakan pesta Ultah dan peluncuran buku awal Mei 2012 yang lalu di Hotel Dharmawangsa. Waktu itu saya lihat beliau masih seperti biasa: ceria dan penuh canda dengan tampilan khasnya yang sangat sederhana untuk ukuran seorang cendekiawan kaliber internasional itu.


Kang Moeslim adalah figur cendekiawan hibrid, seperti juga Gus Dur almaghfurlah. Kang MA tidak merasa terlalu silau sebagai seorang doktor lulusan salah satu Universitas terkemuka di AS, yakni University of Illinois at Urbana-Champaign. Sosok Kang Moselim selalu mengingatkan saya kepada sosok Asghar Ali Engineer, cendekiawan Muslim dari India yg sangat sederhana, kocak, dan brilliant, yang juga karib dari almaghfurlah GD. Buat Kang Moeslim tidak ada hal yang tidak bisa dibahas secara mendalam dan non-konvensional. Mirip almarhum Ahmad Wahib yang juga karib Pak Djohan Effendi, Kang Moeslim tak segan atau menghindar dari kontroversi kendatipun harus beresiko terhadap kehidupannya. Jarang seorang cendekiawan yang guyonnnya agak "kurang ajar" di hadapan GD dan rasanya almaghfurlah pun selalu ngakak  bila di sekitarnya ada MA..


Kang Moeslim adalah cendekiawaqn Muslim avant garde, yang pikirannya tak mau dihalangi batas-batas aliran dan benua. Seorang jebolan pesantren kampung tetapi juga mampu bicara dalam seluruh fora dunia tentang masalah-masalah keislaman yang terjait dengan kemiskinan, kesalehan beragama, dan trensformasi umat beragama termasuk Islam. Ia memang asli Muhammadiyah, tetapi dengan NU sangat dekat karena beliau share dengan terobosan yang diupayakan GD almaghfurlah. Kang Moselim juga mengakrabi para kampiun cendekiawan seperti Romo Mangun alm., dan Bu Gedong dari Bali karena kesamaan obsesi mereka dengan pendidikan dan menyantuni kaum miskin. Sama dengan alm GD,  alm. Ibu Gedong dan alm Romo Mangun, Kang MA juga sangat mengagumi Paolo Freire yang model pendidikannya berupa membebaskan kaum miskin dari jebakan struktural dan model pendidikan elietis yang memantapakan struktur penindasan atas nama ilmu pengetahuan!


Saya sangat berhutang budi kepada Kang Moeslim karena kecermatannya dalam mengupas masalah dan kesederhanaan dalam hidup. Saya kehilangan salah satu figur cendekiawan setelah GD yang mampu membongkar urusan yang kompleks menjadi cukup sederhana tanpa pretensi keilmuan yang ndakik-ndakik.  Kang Moeslim yang saya kenal adalah seorang cendekiawan yang membumi, dan seorang yang membumi dengan tuntunan kecendekiaan. Kang Moeslim, saya teramat kehilangan anda. Selamat jalan Kang, salam hormat saya untuk almaghfurlah GD. Insya Allah anda berdua akan bertemu dan guyon lagi dalam keabadian...

Jakarta 9 Juli 2012


Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS