Monday, April 22, 2013

PDIP RESMI MENGIRIM SURAT PROTES KEPADA PANGLIMA TNI

PDIP resmi meminta pelaku bentrokan TNI ditindak (Koran Tempo, 22/4/13, hal A-7). Sekjen partai berlambang Banteng bermoncong putih itu, Tjahjo Kumolo (TK) malah lebih keras: ia akan menulis surat protes kpd Panglima TNI (Kompas, 22/4/ 13, hal. 1). Pasalnya, kantor PDIP adlh lambang dan kehormatan partai. Tak pelak, insiden pom bensin di Lenteng Agung itu pun kini diasosiasikan dg peristiwa kekerasan Cebongan dan Oku, Kendati secara fisik dan kronologis serta sifat kekerasan sama sekali tak sama antara kasus-2 tsb, toh ada "intertekstualitas" di antara ketiganya, yakni kultur kekerasan dari alat negara, khusunya oknum-2 TNI. Lebih jauh, kejadian di Lenteng Agung tsb tampaknya juga memiliki makna politik buat PDIP. Parpol ini adlah partai oposisi yg sangat kritis thd penanganan kekerasan aparat yg selama ini cenderung tidak tuntas. Maka insiden yg terjadi di kantor PDIP pun bukan lagi sekadar sebuah 'kebetulan' sebagaimana dicoba diungkapkan oleh pihak TNI. Tetapi telah masuk ke ranah simbol politik, yakni pelecehan lambang n kehormatan partai. Tentu tak semua elit PDIP sepakat dg Sekjen. Taufik Kiemas, misalnya tdk sampai sejauh itu. Ia hanya menganggap insiden tsb sebagai ulah anak-anak muda belaka. Bagaimana TNI harus menyikapi masalah-2 seperti ini? Jelas ia tdk bisa lagi hanya membawanya ke pada soal jiwa korsa dan solidaritas anggota belaka. TNI, dan aparat bersenjata lain, harus makin mampu membaca tanda-2 zaman dan menyesuaikan diri dg gerak dan tuntutan zaman yg makin transparan dan menuntut akuntabilitas publik.
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS