Thursday, June 27, 2013

CALEG YANG MENOLAK RH NYA DISIARKAN, TIDAK USAH DIPILIH

Seandainya yg namanya nalar digunakan dalam politik di negeri ini, niscaya tidak perlu ada kabar penolakan 140 caleg thd penyiaran riwayat hidup (TH) mereka oleh KPU. Selain memalukan, ini menjadi sinyal bahwa politik paska Reformasi telah menjadi lelucon yang bodoh. Nalar mengatakan bhw Pemilu adalah urusan memilih wakil publik. Artinya apapun yg terkait dg si caleg/ capres/cawapres/cagub/cawagub dll., mesti diketahui seterang-2nya oleh para pemilih. Maka jika ada caleg menyembunyikan RHnya dari publik, artinya bukan pemilihan umum, tetapi pemilihan rahasia! Buat saya, inilah kemiskinan nalar politisi dan parpol Indonesia setelah reformasi bergulir lebih dr satu dekade. Politik, yg notabene adlh urusan publik, lalu menjadi semacam konspirasi rahasia. Uniknya, caleg-2 penolak ini mayoritas dari parpol Islam (PPP dan PKB). Saya langsung punya kecurigaan bhw mereka takut ketahuan rakyat sebagai poliyo atau polimer (politisi sontoloyo dan pemeras), atau kena skandal pelanggaran susila. Siapa yang salah? Sudah jelas parpol dan elite parpol yang bersangkutan. Kalau elit parpol tsb masih punya urat malu, setidaknya akan menegur (bukan membiarkan) penolakan caleg mereka. Bagimana harusnya rakyat menyikapi para penolak? Mudah. Tidak usah digubris. Anggap saja mereka tidak pernah ikut jadi caleg.

Selanjutnya baca tautan ini:

 http://id.berita.yahoo.com/140-caleg-dpr-ogah-riwayat-hidupnya-disiarkan-144215021.html
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS