Wednesday, November 27, 2013

RAMADHAN POHAN DAN STOCKHOLM SYNDROME

Dalam khazanah ilmu psikologi terkait dg masalah kejiwaan tawanan perang atau sandera pembajakan, ada yang disebut dengan sindroma Stockholm (Stockholm Syndrome, SS). Ini adalah sebuah penyakit mental dimana sang tawanan perang atau sandera mengidentifikasikan diri dengan pihak yang menawan atau si pembajak. Tapi SS tidak hanya terjadi pada tawanan perang saja tetapi juga bisa dipakai menjelaskan kondisi psikologis pihak yang merasa terintimidasi dan inferior dengan pihak yang lain. Sikap Ramadhan Pohan (RP) vis-a-vis Australia, terus terang, mengingatkan saya dengan gejala orang yg terjangkit SS. RP yang mula-2 galak dan nyaris lebay thd negeri Kanguru, kini berbalik total. Indikasinya, RP  menganggap surat PM Abbot "sudah mengandung unsur minta maaf". Padahal, anak SD pun kalau baca surat itu tahu bahwa PM Aussie itu terang-2an tidak minta maaf kepada RI. Sebelumnya, PM Abbot hanya menyesalkan terjadinya gegeran antara negerinya dan RI gara-gara ada penyadapan yang konangan sehingga ia menginginkan ketemu pihak Indonesia untuk berdialog memerbaiki hubungan yang sedang tegang antara kedua negara berjiran itu. Mungkin saja RP, sebagai kader PD, hanya bersilat lidah untuk meyakinkan publik bhw Pemerintah Indonesia sudah sukses membalas kelakuan Aussie yang menghina RI. Tapi, mungkin juga RP sungguh-2  dan serius anggap sikap Australia sudah pas, karena rasa inferioritasnya thd Aussie dan tak tahu apa yang harus dilakukan kecuali manut saja! Kalau yang disebut terakhir itu yang terjadi, maka RP mirip dengan kondisi mental penderita SS. Perlukah RP mendapat perawatan yang layak sehingga ia bisa lebih menghargai diri sendiri dan sadar bahwa dirinya sedang berada dalam kondisi tidak sehat? Wallahua'lam...

Baca tautan ini:

http://news.okezone.com/read/2013/11/27/337/903458/wakil-ketua-komisi-i-puji-sikap-sby-terkait-penyadapan
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS