Sunday, December 22, 2013

MENYOAL SESUMBAR PARA PENDUKUNG ATUT

Sesumbar para pendukung Atut Chosiyah (AC) untuk membela Gubernur Banten itu sampai titik darah penghabisan, adalah potret paling buram dari kondisi politik pasca-reformasi. Membela seseorang, termasuk orang yang jadi tersangka, adalah suatu kewajaran bahkan hak. Tetapi membela tanpa memakai landasan nalar dan prosedur yang tepat, bukan saja merupakan kebodohan tetapi juga akan menghancurkan demokrasi. Para pembela AC jelas punya hak membela bossnya. Namun cara pemaksaan kehendak seperti yang dipertontonkan di KPK (sehingga perlu diusir Polisi) jelas bukan sebuah cerminan prosedur demokrasi. Apalagi jika argumen mereka malah membawa-2 Tuhan dan apa yang disebut kebenaran "hakiki" itu. Apakah lalu yang mereka teriakkan itu mewakili kebenaran hakiki yang langsung dari Tuhan? Inilah bukti nalar yang tak terpakai dalam wacana publik. KPK dan para penegak hukum tidak boleh surut dengan ancaman dan intimidasi seperti ini. Hukum harus ditegakkan dan proses demokrasi harus dipertahankan dan dibela. Biarkan saja para pendukung AC melaksanakan hak mereka, asal tidak memaksakan kehendak atau melakukan kekerasan. Jika mereka menunjukkan ketidak patuhan terhadap prosedur dan aturan main yang berlaku, para aparat keamanan juga harus bertindak tegas. Dan saya cenderung meyakini, dukungan yang seperti itu akan surut ketika uang juga makin seret. Itu bukanlah dukungan yang muncul dari nalar dan nurani yang sehat. Tetapi lebih karena fanatisisme, primordialisme, dan uang belaka.

Selanjutnya baca tautan ini:

http://news.okezone.com/read/2013/12/21/339/915696/jawara-bakal-bela-atut-sampai-titik-darah-penghabisan
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS