Dilemma yang dihadapi Tri Rismaharini (TR)
adalah dilemma yg juga dihadapi Jokowi, Rustriningsih, Ganjar Pranowo,
dan entah siapa lagi di PDIP. Persoalan iu bersumber dari tersumbatnya
proses interaksi yg harmonis antara komponen-2 rasionalitas,
kapasitas, popularitas, loyalitas, dan kekuasaan. Sulit membantah fakta
bahwa PDIP telah menelorkan tokoh-tokoh berkualitas prima yang bisa
dibanggakan baik pada tataran daerah maupun pusat. Beberapa nama tadi
merupakan bukti yg sulit dibantah. Apakah tokoh-2 tsb muncul dari dalam
partai (Ganjar dan Rustri) atau dari luar (Jokowi dan TR), tak soal
benar. Mereka semua punya "rapport" yg bagus dan bisa dibaca dan diakui
oleh rakyat. Sayangnya, interaksi antara kelima komponen tersebut sering
mengalami kebuntuan akibat sistem manajemen politik yang tampaknya
sudah mengalami kejenuhan, atropi, serta sangat membutuhkan pembaharuan.
Akar masalahnya, hemat saya, adalah ketergantungan kepada kepemimpinan
kharismatik yg merupakan ciri kultur politik patrimonial yang masih
dominan dlm partai dan para pendukung tradisionalnya. PDIP sejak
dipimpin mBak Mega, nyaris tak pernah mengalami gerakan pembaharuan di
dalam, baik dari bawah ke atas maupun sebaliknya, yg cukup berdampak
sistemik dan membawa perubahan pada aras kultur politik dan
manajemennya. Kepemimpinan mBak Mega, suka atau tidak, merupakan
identitas dan sekaligus jangkar eksistensi partai yang paling kuat,
serta unsur pemersatu yg belum tertandingi. Akibatnya, menunggu
terjadinya perubahan nyaris seperti menunggu datangnya Godot. Taufik
Kiemas, yg mencoba melakukan berbagai terobosan, pada akhirnya harus
puas hanya berada di margin kekuasaan, kendati dianggap visioner dan
sangat dihormati. Namun kondisi seperti ini sangat beresiko. Sebab,
model kepemimpinan kharismatik sangat jarang (utk tidak mengatakan tak
pernah) mampu memelihara kesinambungan. Berarti PDIP, baik secara sistem
organisasi maupun kultur, masih belum akan berubah dan interaksi lima
komponen tersebut di atas tak pernah mulus dan harmonis. Tak pelak,
bangsa dan negara ini sangat memerlukan PDIP, partai yg telah
membuktikan dirinya sebagai organisasi politik yg kokoh dan tahan
banting selama beberapa dekade, selain telah menyumbangkan putra-putri
terbaiknya seperti kita lihat saat ini. Maka alangkah akan dahsyatnya
jika partai ini juga menjadi motor bagi akselerasi perubahan sistem, dan
bukan malah menjadi penghambatnya, untuk menuju Indonesia Raya!.
Selanjutnya baca tautan ini:
http://www.tempo.co/read/news/2014/02/21/078556190/Risma-Ingin-Sekali-Ketemu-Mega-Tapi-Tak-Berani
Saturday, February 22, 2014
Home »
» KONFLIK INTERNAL PDIP DAN DILEMMA REFORMASI INTERNAL
0 comments:
Post a Comment