APAKAH PATRIOTISME HARUS DINYATAKAN SECARA VULGAR?

Patriotisme selalu menjadi komoditi politik yang menggiurkan dan jika disampaikan secara tepat dan kontekstual, pasti akan menciptakan daya tarik yang kuat utk meraih dukungan. Tak terkecuali di Indonesia, apalagi ketika kondisi bangsa sedang membutuhkan pemimpin bangsa yang memiliki sikap tegas ketika berhadapan dengan ancaman dari luar, baik kasat mata maupun yang diperkirakan. Sayangnya ketika Pramono Edhi Eibowo (PEW) mencoba menggunakan patriotisme melalui sentimen terhadap Singapura, saya melihat cara beliau malah akan cenderung kontra produktif dan kurang strategis. Sikap tegas beliau jelas sangat terpuji apalagi sebagai sosok dengan latar belakang militer yg disandangnya. Namun ucapan "mengencingi", saya kira tidak pas dan/atau efektif dan malah mereduksi keseriusan beliau serta mencitrakan sikap yang sama dg pihak S'pura, yaitu arogan. Sebagai seorang capres, setiap gerak gerik PEW sampai yg terkecil akan terus dipantau dan ditafsirkan oleh publik baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Termasuk negara-2 tetangga kita di ASEAN yg akan bermitra dg beliau. Statemen PEW memang dilandasi patriotisme yang menggebu, plus sikap tegas terhadap Pemerintah negeri jiran itu. Tetapi karena  statemen itu tak dikemas secara lebih baik tanpa mengurangi ketajaman pesannya, ia bisa dianggap sebagai cerminan ketaksiapan PEW menghadapi dinamika lingkungan strategis ke depan yang akan cenderung makin tak menentu. Saya menyayangkan statemen itu walaupun saya juga menyadari bahwa banyak di antara anak bangsa yang akan mengatakan masih kurang keras. Hemat saya, ekspressi patriotisme perlu diletakkan secara tepat dan agar efektif ia harus ditunjukkan melalui sikap dan aksi yang substantif. Patriotisme dalam era sekarang tidak akan efektif dengan statemen-2 yang keras dan vulgar dari seorang pemimpin.

Selanjutnya baca tautan ini:

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/22/078556511/Pramono-Edhie-Singapura-Macam-macam-Kencingi-Aja