Tuesday, February 4, 2014

MUNGKINKAH PARTAI DEMOKRAT PUNAH PASCA PEMILU 2014?

Walaupun secara substantif pandangan Hayono Isman (HI) benar, namun secara kultural dan pragmatis, Partai Demokrat (PD) tak mungkin bertahan lama tanpa figur SBY. Partai ini memang sejak lahirnya bukan dimaksudkan untk menjadi partai kader, seperti misalnya PKS, tetapi benar-2 partai untuk mobilisasi dukungan bagi figur Pak SBY. Kendati terdengar kurang sedap, julukan "fans club" yg sering dilontarkan orang thd partai ini tidaklah terlalu meleset. Memang 'raison d'etre' PD adalah utk mendukung Pak SBY dan, konsekuensinya, ia akan 'selesai' masa berlakunya jika beliau tidak lagi menongkronginya, pasca-Pemilu 2014. Terlepas dr segala retorika dan sesumbar yg mencoba menampilkan citra yg berbeda, PD tidak pernah tumbuh dan berkembang sebagai partai kader. Bahkan munculnya fenomen Anas Urbaningrum (AU) yg sempat sebentar meroket dlm partai ini, justru menjadi bukti lebih kuat bahwa ia bukanlah partai yg diciptakan untuk survive lebih dari masa jabatan Presiden SBY. Jika PD ingin survive, satu-2nya cara adalah dengan mencari figur yang memiliki kualitas yg mirip SBY dan tentu saja harus direstui beliau. Tanpa prasyarat itu, apa yg terjadi pada AU dkk akan berulang. Sayangnya, Ibas masih terlalu prematur utk muncul sebagai sang putera mahkota, kendati sudah dicoba dipaksakan dg memberinya posisi strategis sebagai Sekjen. Tapi semua orang tahu, alih-2 PD terdongkrak menjadi lebih kuat, justru sebaliknya. Dibawah duet Pak SBY dan Ibas, kekuatan PD malah mretheli alias rontok. Ini berarti pula bahwa kendati Pak SBY tetap sebagai 'primus inter pares' dlm partai ini, tetapi pengaruhnya pun sudah mengalami kemerosotan. Bukan karena kharisma beliau yg mengalami erosi, tetapi karena elan partai dan para elitnya berangsur pudar sementara sistem organisasi dan manajemennya tetap rapuh. PD di masa akhir pemerintahan Pak SBY kehilangan 'raison d'etre' nya, dan para fans beliau pun berlomba mencari pegangan agar selamat. Mirip tingkah para penumpang kapal yg hampir karam gara-2 ditinggal sang Nakhoda! Seandainya Pak Pramono Edhi Wibowo (PEW) lebih awal di groom (dibentuk) sebagai pewaris tahta di PD, cerita mungkin agak lain. Namun, itulah nasib kekuasaan yg berpusat dan bersumber pada kharisma. Ia tidak bisa diprediksi kesinambungannya dan acap kali mengalami kebuntuan dalam soal suksesi. Dalam kultur politik Jawa, kekuasaan itu digambarkan dengan benda yg bernama wahyu yg akan jatuh kepada siapapun yg sudah dihinggapinya dan, karenanya,  kadang tak terduga. Kekuasaan, bukanlah suatu kapasitas yang bisa dipelajari, dipelihara, diperebutkan, dan dikembangkan secara rasional, tetapi diwarisi dan diperoleh dengan kekuatan pribadi yg kharismatik. Dan ketika "wahyu" itu meninggalkan PD, maka sirna hilang kertaning partai Mercy itu juga...

Selanjutnya baca tautan ini:

http://www.rmol.co/read/2014/02/04/142549/Demokrat-harus-Hilangkan-Ketergantungan-dari-Sosok-SBY-
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS