BENARKAH RIWAN SAIDI SEORANG BUDAYAWAN?
Tergantung dari mana anda melihatnya. Kalau cuma dari istilah formal dan
sebutan populer, maka bisa saja dia disebut seorang budayawan, karena
suka omong budaya Betawi, atau dianggap budayawan oleh media.
Tetapi kalau memandangnya dari sisi substansi, saya kira harus
ditinjau ulang. Kata 'budayawan' setidaknya bermakna "orang yang
mengerti dan/atau ahli budaya serta perilakunya berbudaya." Namun kalau
baca statemennya mengenai Jokowi, maka saya sangat meragukan bahwa RS
ini pantas disebut sebagai seorang budayawan. Malah yang tepat adalah
sebaliknya, dia sama sekali bukan orang yang mengerti dan memiliki
budaya. Kalau dikaitkan dengan budaya Betawi, apalagi. Karena setahu
saya budaya Betawi sangat menghargai orang lain dan inklusif artinya mau
merangkul orang lain yang juga mau menghargai, menghormati, dan
mengapresiasi budaya tersebut. Omongan dan perilaku RS dalam soal
Jokowi, bertolak belakang dari sifatnya seorang yang berbudaya,
alih-alih seorang yang paham atau ahli. Bagi saya, RS tak lebih dari
seorang manipulator budaya dan kebudayaan Betawi untuk kepentingan
politik dirinya dan kelompok-2 tertentu dalam rangka mengganjal
pencapresan Jokowi. Lebih jauh, RS juga seorang yang xenophobic alias
anti orang luar, dengan statemennya yang menolak Jokowi karena beliau
bukan orang Betawi. Kalimat "(k)alau nyapres harusnya ke Pasar Klewer!"
bagi saya, bukan saja tidak pantas muncul dari mulut seorang Budayawan
Betawi, bahkan dari mulut orang biasa pun sudah sangat memalukan dan
menunjukan rendahnya keberadabannya. Kata-2 itu lebih cocok dikemukakan
oleh manusia yang punya fanatisisme luar biasa terhadap suku dan
kelompoknya. RS punya hak penuh utk kecewa, jengkel, marah atau benci
thd Jokowi dan/atau siapapun juga. Namun sangatlah tidak elok jika dia
melontarkan ucapan-ucapan yang justru merendahkan martabat budaya dan
keadaban publik seperti itu! Naúdzubillah min dzalik!
Selanjutnya baca tautan ini:
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/03/24/270564817/Ridwan-Jokowi-Harusnya-Nyapres-di-Pasar-Klewer
betul pak, sekarang gampang kl mau jd ahli..asal sering di undang di TV mengkritisi kebijakan dan situasi tertentu entah dia ngerti atau tidak atau dia punya background yang mendukung atau tidak maka langsung dilabel ahli, ahli yang dibesarkan oleh media...sedih pak, saya saja sudah kuliah dari S1, akuntan sampai S2 tidak berani mengatakan saya ahli..masih harus banyak belajar karena semua statem keahlian kita harus dipertanggungjawabkan kebenarannya dihadapan manusia dan dihadapan Tuhan
ReplyDelete