Saturday, April 12, 2014

WAWANCARA IMAJINER DENGAN GUS DUR (23): PEMILU 2014




Oleh: Muhammad AS Hikam


Suasana siang ba'da dzuhur yg damai di peristirahatan Gus Dur. Angin sepoi dari luar membawa kesejukan ditingkah harum kembang dari taman yang sesekali menyentuh hidung. Almaghfurlah baru saja selesai dengan wiridnya, ketika saya masuk ke ruangan itu. Segera saya menyalami beliau dan duduk di karpet di hadapan beliau.

=====================================================================

"Assalamu'alaikum, Gus..." Saya menalami sambil mecium tangan GD.

"Salaam, Kang... waras tah? Kok sudah agak lama tidak nongl.." Sambut beliau sambil duduk di atas bantalan sutera. Saya lihat beliau sangat fresh hari ini dan berseri-seri wajahnya. Makanya saya nyeletuk:

"Kelihatannya happy banget, Gus hari ini..?"

"Hehehe.. biasa aja Kang.. di sini selalu happy, wong tidak ada yg ngrepoti  kok..." GD menjawab sambil tertwa kecil.

"Tapi ndak biasanya lho Gus, walaupun njenengan memang jarang kelihatan bermwajah muram..""Lha rupaku yo wis ngene iki, Kang... Muram dan gembira sulit dibedakan, hahahaha...." GD ngakak, dan saya pun ikut.

"Njih, Gus.. Nyuwun pandonganipun, saya sama Sastro akan ke Kuba, Gus?" Saya mengawali obrolan.

"Kuba?.. Ada apa. Kok sama Sastro segala acara apa?" GD bertanya dg nada heran."Itu, Gus, kan saya dan Sastro akan menghadiri Konggres internasional UNIMA, organisasi pewayangan seluruh dunia, yg kebetulan diselenggarakan di Valadero, Kuba, akhir April ini." Jelas saya."Apik kuwi, Kang. Alhamdulillah kalau sampean dan Sastro ikut nguri-uri tradisi. Orang NU memang harus lebih aktif dalam urusan pelestarian dan pengembangan seni budaya tradisional, apalagi kalau sudah jadi warisan budaya dunia seperti wayang itu.." GD menyambut.

"Kalau Sastro itu memang sudah dunianya di bidang seni dan budaya, Gus. Kan dia Ketua Lesbumi NU dan mengelola grup musik Ki Ageng Ganjur segala. Kalau saya ini kan cuma penggembira, hitung-2 mengikuti jejak njenengan yang juga pendukung budaya tradisional dan pemimpin yg penggemar wayang seperti Pak Harto, hehehe...."

"Ya, apapun posisi sampeyan yang penting dijalankan saja. Ngomong-ngomong di Konggres itu nanti sampeyan dan Sastro ngapain kerjanya?" Tanya GD.

"Kami bertiga, Gus, satunya lagi Pak Dubes Samodra, akan ikut membicarakan keputusan UNIMA Internasional dan punya hak suara dalam pengambilan keputusan. Kita mau perjuangkan agar Konggres UNIMA th 2020 bisa diselenggarakan di Indonesia juga. Kan bagus Gus, lebih dari 150 negara yg punya seni pewayangan atau puppettry kumpul di negeri kita.." Kata saya menjelaskan.

"Itu Pak Dubes Samodra yang pernah jadi DCM di Washington dan Dubes di Austria ya?" Tanya GD.

"Injih Gus, beliau sangat hormat pada njenengan dan punya kenangan mendalam ketika bersama njenengan di DC tahun 2001.."

"Iya, ingat saya.. Beliau punya wawasan luas dan berprinsip. Salam saya Kang nanti buat beliau dan Ibu.." Jawab GD."Insya Allah akan saya sampaikan, Gus. Nah sekarang saya mau cerita soal hasil Pileg 2014 yg baru dilaksanakan Gus. ada kejutan buat njenengan.." Kata saya.

"Ah, kejutan opo, Kang.. Sudah tidak ada yg mengagetkan saya sekarang.. " potong beliau.

"PKB Imin meraih suara di atas seratus persen dibanding 2009, Gus. Itu dianggap banyak pihak spektakuler dan menunjukkan kehebatannya, Gus."

"Biar saja yang menilai demikian, itu hak mereka. Yang penting substansinya saja, apakah PKB masih istiqomah dengan prinsip membela yg benar, atau semakin membela yang mbayar, itu saja Kang.." GD menjawab enteng.

"Tapi memang ada kecenderungan kembalinya pemilih tradisional ke PKB Imin lho, Gus. Bahkan pimpinan PBNU dan sebagian Ulama berpengaruh di NU juga kampanye mengajak memilih. Bahkan pernah ada seorang Kyai yang membuat statemen bahwa kalau ada orang NU tidak memilih PKB Imin akan masuk neraka.. hehehe..." Kata saya.

"Lha memang di NU kan seperti itu, Kang.. kayak sampeyan gak tahu saja yg namanya spektrum NU. Inget kata Gus Hasyim Muzadi bahwa di NU itu kumpul segala macam manusia, mulai yang qori' sampai yang korak... Hehehe... nah sampeyan lihat saja sekarang spektrum mana yang mendukung Imin. Kan nanti akan terbukti siapa yang benar dan salah dalam perjalanan sejarah..." GD menjawab santai.

"Jadinya PKB kan punya posisi memimpin di antara parpol-2 Islam Gus. Malah ada spekulasi membentuk Poros Tengah Jild 2. Kalau dijumlah perolehan parpol Islam bisa hampir 29% dalam Pileg ini Gus."

"Poros Islam bisa saja dibangun, tapi yg penting apakah akan mampu menghasilkan kepemimpinan yang inklusif-demokratis, kemandirian bangsa, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Itu yang saya masih ragu. Pengalaman kita dulu, malah tokoh-2 utama poros tengah yang memelopori pemakzulan thd saya kan? Lha kalau tokoh- itu juga masih bercokol kan juga mustahil.." Jawab beliau panjang lebar.

"Nah kalau koalisi partai nasionalis dan Islam, gimana Gus prospeknya?. PDIP lho Gus sekarang yang menang Pileg dan capresnya Pak Jokowi yang sangat populer karena sederhana dan down to earth pendekatannya selama jadi Walikota dan Gubernur. Saingan terkuatnya pak Prabowo yang njenengan juga kenal baik.."

"Ya alhamdulillah Indonesia punya calon-calon Presiden yang bermutu. Tapi gini lho. Yang perlu diamati juga para pendukungnya Kang. Maksud saya, kalau parpol dan politisi di parlemennya isinya orang-2 khianat dan tidak amanah, ujungnya tdk akan mendukung dan efektif. Rakyat Indonesia itu kan cenderung mengikuti apa kata pemimpin, walaupun tahu ada kebrengsekan di atas. Nah dalam kondisi demikian, yang penting Presiden harus memahami kehendak rakyat. Walaupun tidak populer secara politik dan media, tapi rakyat akan menghargai dan mendukung kebijakannya..."

"Misalnya yang kongkrit gimana Gus?" Saya memotong.

"Ya misalnya soal kebutuah dasar rakyat berupa pangan, kesehatan, bayar sekolah anak, dan sejenisnya. Kalau itu relatif terjamin dan tidak terus menerus bergejolak, maka Presiden akan dihormati dan didukung walaupun ada kekurangannya di sana sini. Nah setelah itu, Presiden juga harus mampu bersikap tegas dan adil dalam hukum, termasuk terhadap korupsi, dan tindakan-2 diskriminatif di segala bidang. Indonesia hanya akan maju kalau rakyatnya makin tercerahkan, bukan cuma pintar dan bergelar sarjana thok. Makanya pendidikan yg mencerahkan menjadi sangat penting, bukan pendidikan yg berorientasi gelar dan lapangan kerja saja."

Kata GD menjelaskan."Jadi Gus, hasil Pileg dan Pilpres 2014 nanti belum bisa terlalu diharapkan utk memajukan Indonesia?"

"Kalau harapan ya harus ada toh Kang, dan seperti yang sampeyan bilang kan sudah ada calon-calon Presiden yang disukai rakyat karena punya karakter berani, bersih, tegas, mandiri, merakyat, dll itu. Tinggal gimana yang mendukung di Parlemen, dan parpol. Nah di situ saya masih ragu. Jangan-jangan pdho wae alias setali tiga uang dengan sebelumnya, hehehe..." Kata GD sambil tertawa.

"Injih Gus, kalau bagian parpol dan Parlemen itu memang saya termasuk sangat ragu. Soalnya belum ada perubahan mendasar dlm sistem kepartaian, sehingga output Parlemen dan politisinya mungkin malah lebih rendah mutunya ketimbang zaman Orba. Seperti guyon njenengan, gimana kalau anggota Parlemen tidak bisa membedakan antara 'internet' dan 'eternit' ?"

"Atau antara 'undang-undang' dengan 'undangan', ..."

"Hahahaha...." kami berdua ngakak bareng.

"Serius Gus, menurut njenengan bagaimana prospek Indonesia pasca-Pak SBY ini?"

"Saya percaya sama kemampuan rakyat, Kang, bukan kepada elit, bukan kekayaan alam saja. Elit boleh gonta-ganti, tapi hanya rakyat yang solid yg akan mampu membawa Indonesia bertahan dan maju. Makanya saya selalu optimis bahwa dari rakyat yg keihatannya sederhana dan biasa itu bisa muncul calon-calon pemimpin yang benar. Soal waktu, itu tergantung pada perjuangan dan kegigihan kita. Rakyat perlu lebih memperkuat dan diperkuat supaya energi mereka bisa berkembang dan diarahkan demi kemaslahatan bangsa. Pemimpin Indonesia dari dulu tugas utamanya ya itu saja. Kalau gagal ya Indonesia tetap jalan ditempat atau bisa makin terpuruk."

"Kalau soal kekayaan alam Gus?" Tanya saya.

"Kekayaan alam itu modal penting,  terutama kelautan yg jadi obsesi saya dulu. Pemimpin Indonesia harus memanfaatkan itu dg iptek yang tepat, bukan yang kelihatan hebat saja. Kehebatan dan ketepatan itu dua hal yg berbeda, dan saya memilih yang tepat. Teknologi yg tepat tidak berarti yang sederhana; tetapi termasuk yang paling mutakhir dan memang sesuai dengan kondisi dan keperluan bangsa ke depan. Harus kita kuasai dan menekan ketergantungan dengan asing. Kita ini mumpuni dari soal kapasitas intelektual, cuma yang belum kan sinergi dg industri dan bisnis nasional dan kepercayaan publik. Merekatkan dan mendayagunakan sinergi itu adlh tugas Pemerintah, kalau perlu dengan sanksi yang efektif. Kalau tidak begitu, ya impor teknologi terus terjadi. Apalagi kalau aparat pemerintahnya punya kepentingan bisnis di sektor itu, ya tambah repot.."

"Maturnuwun Gus, saya jadi punya pegangan utk tidak terlalu overdosis dalam melihat dinamika politik elektiral ini. Kalau tidak saya ini ikut-2an arus seolah-olah hasil Pemilu nanti seakan mampu memberi solusi total bagi permasalahan bangsa. Kayaknya arah yang sebaliknya bisa juga terjadi, melihat Parlemen dan parpol pemenang Pemili cuma ulangan dari sebelumnya dan kualitas orang-2nya juga sama atau malah lebih payah..."

"Makanya yang proporsional saja Kang, kalau soal berharap itu. Kalau soal doa ya yang paling pol, hehehe...."

"Suwun Gus, pamit dulu ya, mohon doanya utk tugas ke luar negeri nanti..." Kata saya sambil bersalaman dan mencium tangan beliau.

"Salam untuk mBakyu dan anak sampean ya..."

"Insya Allah, Gus, Assalamu'alaikum...."


Pamulang 12 April 2014
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS