Idiom dalam
bahasa Inggris itu dipakai utk menggambarkan suatu bantuan/upaya/usul yg
dilakukan sudah terlalu lambat sehingga nyaris tak ada gunanya. Itulah
pengumuman PKB-Imin soal koalisi dengan PDIP dalam urusan pencapresan Jokowi.
Mengapa saya katakan demikian?: 1) PDIP dan Nasdem sudah cukup untuk
mengusung Jokowi dan pasangannya pasca-Pileg, sehingga momentum keikut
sertaan PKB-Imin tidak berpengaruh secara prosedural; 2) Dari sisi
substantif, PDIP dan Jokowi tidak terlalu terikat dengan PKB-Imin soal
sosok yg akan diusulkan sebagai cawapresnya. Jokowi bisa memilih siapa
saja, karena restu partai itu tidak penting; 3) Kalaulah PKB-Imin
menyodorkan tokoh sekaliber Mahfud MD yg sangat kuat sebagai cawapres,
itu sudah terlalu terlambat dan baru muncul setelah Imin tak laku dijual
maupun ditawarkan untuk pasangan cawapres siapapun (Prabowo, Ical,
Dahlan Iskan, dll);
4) Menyodorkan nama Rhoma Irama (RhI)
hanyalah taktik Imin dkk utk menyenang-2kan dan menutupi kesan
menyia-2kan sang Raja Dangdut yg akan berpotensi diprotes oleh para
pengikutnya. Padahal harapan RhI, kendati secara realistis sulit diraih,
dia diperjuangkan habis2an oleh PKB-Imin sebagai capres; 5)
Keterlambatan keputusan PKB Imin utk koalisi dg PDIP, juga sangat
merugikan Mahfud MD (MMD), tetapi menguntungkan Imin dkk. MMD rugi
karena dirinya harus berjuang sendirian, sehingga daya tawar beliau
kurang kuat ketika harus melobi parpol-2 besar. Imin beruntung karena
posisi dirinya mengambang (floating). Jika nanti MMD gagal jadi
cawapres, Imin tinggal bilang sudah memerjuangkan (dg mengusulkan nama
MMD wlpn sangat terlambat), tetapi kalau berhasil akan mengkapitalisasi
habis-2an.
Mengapa PKB-Imin menggunakan taktik mulur itu? Bisa
jadi karena Imin dkk khawatir akan potensi ancaman dari MMD jika beliau
menjadi cawapres. Independensi MMD dan ketegasan beliau tak akan
menguntungkan secara politik bagi PKB Imin ke depan. Taktik mengulur
waktu untuk dua tujuan: pertama agar secara formal MMD dan pendukungnya
dlm PKB-Imin tersalurkan aspirasinya, kedua, MMD tidak akan terlalu kuat
posisi tawarnya jika berhadapan dg JK yg sejak awal didukung Nasdem,
atau Ryamizard Ryacudu (RR) yang sangat dekat dengan mBak Mega.
Analisis di atas tentu tak berlaku jika pada detik-2 terakhir nanti
PDIP memutuskan utk memilih MMD sebagai cawapres Jokowi. Namun sampai
status ini ditulis, pemberitaan media ttg kandidat cawapres Jokowi
cenderung menunjukkan bahwa JK dan RR lebih ungggul ketimbang MMD.
Bahkan ketika nama Abraham Samad (AS) juga diorbitkan oleh media,
tampaknya mulai menggeser nama Gurubesar Hukum tsb. Walhasil, bagi MMD
keputusan PKB-Imin utk bergabung dg PDIP dan menyodorkan nama beliau
sebagai cawapres merupakan sebuah upaya yang bukan saja terlalu lambat,
tetapi juga terlalu kecil!
Baca tautan ini:
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/10/2157004/PKB.Akan.Tawarkan.Rhoma.dan.Mahfud.sebagai.Cawapres.Jokowi
Sunday, May 11, 2014
Home »
» KOALISI PKB DG PDIP, "TOO LITTLE AND TOO LATE"
0 comments:
Post a Comment