Sunday, August 31, 2014

AROGANSI DAN NALAR JEBLOG DI BALIK PENGADUAN FLORENCE SIHOMBING

LSM Jatisura (JS), bisa saja mengklaim dirinya sebagai wakil perasaan masyarakat Yogyakarta yg tersinggung gara-gara posting Florence Sihombing (FS) di flashbreak nya lewat Path yg konon dianggap menghina Yogya, rakyat Yogya, budaya Jawa, atau blah.. blah lainnya. JS juga punya hak melaporkan FS ke Polisi dengan alasan ada tindak pidana yg bisa dihukum berdasr UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), khususnya pasal ('karet') 27 yg, buat saya sangat memalukan keberadaannya itu. Polri DIY juga bisa saja berdalih sebagai lembaga yg harus menampung dan menindaklanjuti setiap laporan terkait masalah yg berimplikasi keamanan dan ketertiban umum. Sehingga ia kemudian memanggil, memeriksa, dan menahan FS untuk diproses hukum berikutnya. (http://bewara.co/read/2014/08/ini-reaksi-lsm-jatisura-yang-mempolisikan-florence-terkait-penahanan/).

Yang tidak atau gagal diperhatikan oleh JS dan para pendukung serta pemandu soraknya (baik di Yogya atau diluar daerah itu, baik di dunia nyata maupun maya), dan juga aparat Polri DIY adalah pertanyaan apakah perilaku FS itu direncanakan dan dengan niat buruk serta akan membuat kerusakan yang besar kepada masyarakat, budaya, dan gengsi Yogyakarta, DIY, dan NKRI? Ataukah yg dilakukan oleh FS merupakan sebuay ekspressi kejengkelan sesaat (outburst), ditambah dengan insensitifitas terhadap budaya dan masyarakat di mana ia berada. Kendati FS seorang terpelajar (sedang S-2 di FH UGM), tetapi ada kalanya, dan sering didapati orang punya statemen yang seperti itu. Apalagi konteksnya dalah posting di flash, atau mesin jejaring media sosial lain. Seandainya outburst yg ada di twitter, facebook, blog, dll dilaporkan ke Polri dan DILAYANI seperti yg dilakukan Polda DIY, maka saya yakin tidak ada kegiatan lain yg bisa dilakukan oleh aparat Kepolisian selain itu, karena saking banyaknya. (http://news.detik.com/read/2014/08/29/110716/2675912/10/florence-sudah-minta-maaf-lsm-jatisura-tetap-tak-cabut-laporan-polisi?nd771104bcj).

Saya bukan mengatakan statemen FS lalu oke-oke saja dan dibiarkan tanpa reaksi. Tetapi kendati ada reaksi akibat adanya kemarahan publik, tentu harus proporsional dan nalar. Sikam Rektorat UGM yg ikut-2an mengcondemn dan membawa masalah itu ke Dewan Kehormatan Universitas pun menurut hemat saya adlh lebay, ibarat menembak nyamuk dengan meriam, dan malah kesannya seperti mau cari muka saja. Sama juga pertanyaan kepada Rektor UGM, apakah dia akan bisa memantau semua outburst di jejarimh medsos yg isinya menyinggung UGM dan gengsi mereka yg berada di Universitas itu? Jika sikap lebay seperti itu diteruskan, bukan tidak mungkin malah akan berimplikasi serius yaitu hipokrisi alias kemunafikan massif ditambah runtuhnya nalar sehat dalam menghadapi masalah sosial. (http://www.sayangi.com/daerah1/read/26505/rektor-ugm-kasus-florence-akan-ditangani-komite-etik).

FS sudah minta maaf kepada bukan saja rakyat dan masyarakat Yk, tetapi kepada Ngarso Dalem/Gubernur DIY sebagai priyagung YK, dan kepada UGM. Bagi saya itu sudah cukup dan kalaupun masih perlu sanksi moral dari publik, saya kira bully dan komentar serta kritik keras thd insensitifitas budaya FS juga sudah lebih dari cukup dan sangat berat. LSM JS, dalam pandangan saya, bukanlah cerminan sebuah organisasi masyarakat sipil yang nalar dan tercerahkan, tetapi hanya organisasi yg belum mampu memahami dinamika kehidupan masyarakat yang terbuka. Saya tidak tahu dan tidak kenal siapa yg mengelola LSM itu, tetapi sebagai pengamat masyarakat sipil, saya terus terang malu kalau LSM seperti ini dianggap mewakili OMS apalagi masyarakat Yogya. Masyarakat Yogya pada umumnya dalah masyarakat yg sangat terbuka dan mampu memahami bedanya penghinaan dan sekadar ketidak sensitifan saja. Orang Yogya adalah pencetus "plesetan" yg juga bisa sangat sarkastik dan tajam. Kalau LSM macam JS mau melaporkan plesetan ke Polisi tiap hari karena merasa tersinggung dan terhina, maka saya rasa akan menjadi karikatur contoh nalar yang jeblog. Dan jelas bukan cerminan dari Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan Kota Budaya!


Simak tautan ini:

http://news.detik.com/read/2014/08/28/233049/2675617/10/pasang-status-path-hina-warga-yogya-florence-dipolisikan?nd771104bcj
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS