LSM Jatisura (JS), bisa saja mengklaim dirinya
sebagai wakil perasaan masyarakat Yogyakarta yg tersinggung gara-gara
posting Florence Sihombing (FS) di flashbreak nya lewat Path yg konon dianggap
menghina Yogya, rakyat Yogya, budaya Jawa, atau blah.. blah lainnya. JS
juga punya hak melaporkan FS ke Polisi dengan alasan ada tindak pidana
yg bisa dihukum berdasr UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),
khususnya pasal ('karet') 27 yg, buat saya sangat memalukan
keberadaannya itu. Polri DIY juga bisa saja berdalih sebagai lembaga yg
harus menampung dan menindaklanjuti setiap laporan terkait masalah yg
berimplikasi keamanan dan ketertiban umum. Sehingga ia kemudian
memanggil, memeriksa, dan menahan FS untuk diproses hukum berikutnya. (http://bewara.co/read/2014/08/ini-reaksi-lsm-jatisura-yang-mempolisikan-florence-terkait-penahanan/).
Yang tidak atau gagal diperhatikan oleh JS dan para pendukung serta
pemandu soraknya (baik di Yogya atau diluar daerah itu, baik di dunia
nyata maupun maya), dan juga aparat Polri DIY adalah pertanyaan apakah
perilaku FS itu direncanakan dan dengan niat buruk serta akan membuat
kerusakan yang besar kepada masyarakat, budaya, dan gengsi Yogyakarta,
DIY, dan NKRI? Ataukah yg dilakukan oleh FS merupakan sebuay ekspressi
kejengkelan sesaat (outburst), ditambah dengan insensitifitas terhadap
budaya dan masyarakat di mana ia berada. Kendati FS seorang terpelajar
(sedang S-2 di FH UGM), tetapi ada kalanya, dan sering didapati orang
punya statemen yang seperti itu. Apalagi konteksnya dalah posting di
flash, atau mesin jejaring media sosial lain. Seandainya outburst yg ada
di twitter, facebook, blog, dll dilaporkan ke Polri dan DILAYANI
seperti yg dilakukan Polda DIY, maka saya yakin tidak ada kegiatan lain
yg bisa dilakukan oleh aparat Kepolisian selain itu, karena saking
banyaknya. (http://news.detik.com/read/2014/08/29/110716/2675912/10/florence-sudah-minta-maaf-lsm-jatisura-tetap-tak-cabut-laporan-polisi?nd771104bcj).
Saya bukan mengatakan statemen FS lalu oke-oke saja dan dibiarkan tanpa
reaksi. Tetapi kendati ada reaksi akibat adanya kemarahan publik, tentu
harus proporsional dan nalar. Sikam Rektorat UGM yg ikut-2an
mengcondemn dan membawa masalah itu ke Dewan Kehormatan Universitas pun
menurut hemat saya adlh lebay, ibarat menembak nyamuk dengan meriam, dan
malah kesannya seperti mau cari muka saja. Sama juga pertanyaan kepada
Rektor UGM, apakah dia akan bisa memantau semua outburst di jejarimh
medsos yg isinya menyinggung UGM dan gengsi mereka yg berada di
Universitas itu? Jika sikap lebay seperti itu diteruskan, bukan tidak
mungkin malah akan berimplikasi serius yaitu hipokrisi alias kemunafikan
massif ditambah runtuhnya nalar sehat dalam menghadapi masalah sosial. (http://www.sayangi.com/daerah1/read/26505/rektor-ugm-kasus-florence-akan-ditangani-komite-etik).
FS sudah minta maaf kepada bukan saja rakyat dan masyarakat Yk, tetapi
kepada Ngarso Dalem/Gubernur DIY sebagai priyagung YK, dan kepada UGM.
Bagi saya itu sudah cukup dan kalaupun masih perlu sanksi moral dari
publik, saya kira bully dan komentar serta kritik keras thd
insensitifitas budaya FS juga sudah lebih dari cukup dan sangat berat.
LSM JS, dalam pandangan saya, bukanlah cerminan sebuah organisasi
masyarakat sipil yang nalar dan tercerahkan, tetapi hanya organisasi yg
belum mampu memahami dinamika kehidupan masyarakat yang terbuka. Saya
tidak tahu dan tidak kenal siapa yg mengelola LSM itu, tetapi sebagai
pengamat masyarakat sipil, saya terus terang malu kalau LSM seperti ini
dianggap mewakili OMS apalagi masyarakat Yogya. Masyarakat Yogya pada
umumnya dalah masyarakat yg sangat terbuka dan mampu memahami bedanya
penghinaan dan sekadar ketidak sensitifan saja. Orang Yogya adalah
pencetus "plesetan" yg juga bisa sangat sarkastik dan tajam. Kalau LSM
macam JS mau melaporkan plesetan ke Polisi tiap hari karena merasa
tersinggung dan terhina, maka saya rasa akan menjadi karikatur contoh
nalar yang jeblog. Dan jelas bukan cerminan dari Yogyakarta sebagai Kota
Pelajar dan Kota Budaya!
Simak tautan ini:
http://news.detik.com/read/2014/08/28/233049/2675617/10/pasang-status-path-hina-warga-yogya-florence-dipolisikan?nd771104bcj
Sunday, August 31, 2014
Home »
» AROGANSI DAN NALAR JEBLOG DI BALIK PENGADUAN FLORENCE SIHOMBING
0 comments:
Post a Comment