Saturday, August 30, 2014

PILIHAN MITRA KOALISI PDIP DARI KMP HANYA TINGGAL DUA?

Mendekati bulan Oktober, upaya pendekatan PDIP kepada parpol anggota Koalisi Merah Putih (KMP) kian menngebu, tetapi hasilnya mungkin tidak akan menggembirakan, sehingga partai pengusung Presiden Jokowi (PJ) itu pun mesti memersiapkan strategi politik yang benar-2 efektif utk menghadapi dinamika Parlemen pd 2014-2019. Sementara pengamat dan politisi menduga-duga Partai-partai Golkar (PG), Demokrat (PD), PPP, dan PAN adalah kandidat-2 kuat untuk balik kanan dari KMP pasca pengumuman MK. Alasannya cukup kuat: PG yg tdk pernah punya pengalaman dan track record menjadi bagian dari partai oposisi selama lebih dari 40 th ditambah dinamika internal di DPPnya yakni kemungkinan Munas pd Oktober 2014 yg akan berdampak pergeseran kepemimpinan dari ARB kepada kubu yg pro Pemerintah baru. Demikian juga yg terjadi dg PPP yg akan segera menggelar Munas dan pergantian Ketum DPP yg saat ini jadi tersangka korupsi. PD dan PAN masih rada sulit, tetapi pendekatan-2 intensif oleh PDIP sedang terus berjalan.

Sementara itu, sebagian dari petinggi yang "die hard", baik PG, PD, PPP, dan PAN, juga tak kalah gencarnya mengumandangkan soliditas KMP dan ketidak setujuan mereka untuk bergabung dg koalisi PDIP dkk. Bahkan tak kurang dari Akbar Tanjung (AT) sendiri yg dg lantang mengatakan bhw koalisi KMP adlh harga mati. Ini tentu sangat aneh karena keluar dr mulut orang yg dikenal paling licin dlm berpolitik dan mantan Ketum parpol yg DNA-nya adlh pragmatisme. Begitu pula bbrp tokoh PD seperti Ramadhan Pohan (RP), tokoh PAN Drajad Wibowo (DW), dll. Saya kira, pandangan-2 yg menolak bergabung ke koalisi PDIP ini bukan saja merupakan indikasi kuatnya tarik menarik internal KMP, tetapi juga merupakan semacam ujian bagi PDIP dkk utk melakukan konsolidasi menghadapi dinamika di Parlemen yad.

Skenario terburuk, hemat saya, adalah PG dan PD tetap akan sulit bergabung dengan alsan berbeda. Dlm hal PG karena masih kuatnya kubu ARB yg keukeuh dg agenda penyelenggaraan Munas th 2015  yg implikasinya adlh: 1) Telatnya PG masuk dlm koalisi PDIP, itupun jika kubu ARB kalah; dan 2) Kendati PG nanti tdk 100% akan setia kpd KMP  pun, manuvernya di Parlemen dg 91 kursi yg dikuasainya, akan cukup merepotkan. PD hanya akan bisa bergabung jika Pak SBY dan Megawati rekonsiliasi, yg tampaknya sangat sulit, utk tidak mengatakan tdk mungkin, terjadi. Dengan 61 kursi di Parlemen, maka PD juga akn menjadi hambatan bagi koalisi PDIP utk memuluskan agenda-2 legislatifnya dan sangat memerlukan kecanggihan lobi-2 politik.

Dengan demikian, skenario yang terbaik adalah jika PPP (39 kursi) dan PAN (49 kursi) bisa diajak gabung oleh PDIP, sehingga total jenderal akan menguasai 295 kursi berhadapan dg sisa-2 KMP yg menguasai 265 kursi. Sementara itu PG dan PD diupayakan tidak menjadi penopang KMP yg riil, sehingga hanya Gerindra dan PKS  yg benar-2 menjadi pihak oposisi. Namun demikian, skenario ini juga masih memerlukan strategi pengendalian yg efektif. Tipisnya selisih jumlah kursi (40)  harus diwaspadai oleh PDIP dkk, mengingat pengalaman koalisi Setgab sebelumnya yg walaupun secara kuantitatif dominan, ternyata sama sekali tdk solid. Faktanya malah parpol anggotanya pun ada yg mbalelo! Itulah sebabnya, pengendalian soliditas koalisi PDIP adalah 'sine qua non' jika diharapkan PJ bisa bekerja dengan baik, sementara stabilitas di Parlemen terjaga. Untuk itulah PDIP dan PJ harus sudah menyiapkan strategi yg mampu memberikan insentif politik yg pas kepada mitra-2 koalisinya, selain dg mermbuat aturan main yg ketat dan efekktif agar disiplin di Parlemen terjaga!

Tentu saja selain insentif politik, PJ juga bisa menggunakan dukungan dari organisasi-2 masyarakat sipil (OMS) yg ditransformasikan menjadi kekuatan penekan (pressure force) thd Senayan. Strategi ini belum pernah secara nyata dan efektif diwujudkan oleh Presiden-2 sebelumnya sehingga mereka harus tetap bertumpu dan tergantung kepada manuver-2 politik di DPR. Tentu bukan berarti tidak mungkin diupayakan, mengingat munculnya fenomen Jokowi sebagai Presiden pun tak lepas dari kuatnya dukungan OMS, yg di dalamnya termasuk juga elemen-2 media dan jejaring sosial serta kelompok-2 relawan di dalam dan luar negeri.


Simak tautan ini:

http://www.tempo.co/read/news/2014/08/30/078603217/PDIP-Ingin-Demokrat-Perkuat-Parlemen
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS