Friday, October 17, 2014

APA MAKNA AKSI RUWATAN UNTUK AMIEN RAIS DI YOGYA?

Bagaimana memahami dan menyikapi aksi sebagian warga di Yogya yg menggelar upacara ruwatan utk Amien Rais (AR) yg dinilai telah menjadi Sengkuni, salah satu figur dlm pewayangan yg dikenal sebagai penghasut dlm konflik antara Pandhawa dan Kurawa itu? Apkh aksi ini sebuah tindakan pidana pencemaran nama baik thd mantan Ketua MPR RI, mantan Ketum PP Muhammadiyah, mantan Ketum DPP PAN, dan kini masih menjadi sesepuh partai tsb selain sebagai mahaguru di UGM? Ataukah aksi tsb merupakan sebuah protes dari warga masyarakat thd tokoh besar tsb yg merupakan hak asasi mereka?Ataukah ini hanya aksi sensasional utk mencari popularitas dg menggunakan AR sebagai sasaran dg harapan menjadi berita besar dan kontroversi di media dan jejaring sosial? Ataukah ini aksi yg bermuatan politik terkait perseteruan antara dua kubu yaitu Koalisi Merah Putih (KMP) vs Koalisi Indonesia Hebat (KIH)?. Atau masih ada motif2 lain selain itu semua, atau campuran dari sebagian atau semuanya?
Tentu tidak mudah utk memastikan mana yg paling benar dlm pengertian empiris-matematis. Yg bisa dipastikan hanyalah adanya fakta telah terjadinya aksi ruwatan dari warga, dan statemen dari koordinator ttg maksud digelarnya aksi tsb. Apkh aksi tsb akan menjadi persoalan hukum, saya kira masih harus menunggu respons dari AR atau pihak2 yg merasa dirugikan dan dilanggar haknya serta para penetak hukum. Apakah ini sekadar sensasi dan memburu popularitas belaka, juga masih perlu dibuktikan bagaimana implikasi aksi tsb trhdp pemberitaan di media dan sejauh mana respon publik atas peristiwa tsb.
Yang bagi saya menarik utk dicermati dan ditafsirkan adlh aksi ruwatan ini rasanya baru kali ini digelar bukan karena kemauan dr subyek yakni AR sendiri atau yg mewakilinya. Ruwatan tsb muncul dari luar yg seolah menganggap AR perlu diruwat agar menjadi bersih. Ruwatan ini dg demikian adlh suatu aksi yg diinisiasi oleh pihak yg menilai AR sebagai pihak yg bermasalah. Pemilihan ruwatan sebagai medium memberi pesan kepada publik bahwa aksi ini memiliki legitimasi kultural yg berakar pd tradisi Jawa di mana AR juga mengenalnya sebagai orang Jawa dan tinggal di Yogya. Namun medium ritual tsb dan alasannya belum tentu akan disetujui oleh AR dan terkesan ditentukan secara sepihak oleh para pelakunya.
Sambil menunggu perkembangan dan respons thd aksi ruwatan tsb. rasanya tak berlebihan jika saya mengatakan bhw warga masyarakat kini makin terbuka dan terang2an dlm menyampaikan gagasan dan aspirasi thd para elit. Termasuk aksi2 yg menggunakan simbol2 tradisi yg dianggap mewakili apa yg dirasakan dan harapkan. Terpulang pd para elit tsb bgmn mereka meresponnya. Apkh akan menghasilkan saling pemahaman atau sebaliknya yaitu meluasnya kesalahpahaman dan konflik dlm masyarakat.

Simak tautan ini:

http://indonesiasatu.kompas.com/…/dinilai.jadi.sengkuni.ami…
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS