Wednesday, January 28, 2015

MEMAKNAI ISU 'PEMAKZULAN' THD PRESIDEN JOKOWI:

Bukannya melakukan konsolidasi internal agar partai lebih solid, PDIP justru seperti rumah tangga yang sedang retak. Setelah kegaduhan membentuk DPR tandingan, lalu disusul penolakan kenaikan BBM, kini ada "goro-goro" baru soal pemakzulan Presiden Jokowi (PJ) yg sumbernya dari internal PDIP sendiri. Motornya juga sama, politisi senior PDIP di DPR, Effendi Simbolon (ES). Kalau dlm masalah DPR tandingan dan BBM, barangkali publik masih melihat ada rasionalitasnya, tetapi sebaliknya dg kini mencuatkan isu pemakzulan thd PJ. Bukan saja karena kedengaran aneh, masak isu sensitif seperti ini deicuatkan oleh politisi PDIP, tetapi juga susah dinalar. Pasalnya, argumen ES tentang 100 hari pemerintahan PJ, tidak cukup utk dijadikan dasar bagi skenario yang terburuk pun ttg kemungkina sebuah pemakzulan thd PJ. Secara pribadi, ES berhak utk kecewa pada PJ dg berbagai alasan, misalnya karena pembagian kedudukan politik bagi dirinya atau kelompoknya di partai. Tetapi jika kemudian ditarik terlalu jauh, menurut saya ES cuma melakukan sebuah manuver politik yg malah memperlemah soliditas DPP PDIP dan partai secara keseluruhan.

Pemerintahan PJ jelas tidak berjalan mulus dan cincay, karena berbagai halangan struktural baik yg berasal dari dalam maupun dari luar harus beliau hadapi nyaris sendirian. Beda dg Presiden SBY sebelumnya yg solid didukung PD, selain rakyat pemilih. Bahkan sejak PJ jadi capres pun internal DPP PDIP tidak solid. Hanya karena kewibawaan Mbak Mega saja yg membuat pencapresan PJ mulus, tetapi dlm perjalanannya, kubu yg menolak mantan Gub DKI tsb masih juga keukeuh dan tak berhenti bermanuver. Apalagi setelah pembagian kue Kabinet terasa kurang nyaman bagi kubu tsb, kian terang-2an pula mereka menyatakan penolakan thd PJ. Kesempatan pun tiba dg muncul dan maraknya ontran-ontran cakapolri. Inilah pintu masuk yg terbuka utk menggembosi PJ secara frontal. Dan statemen ES ttg isu pemakzulan, hemat saya, adalah salah satu pukulan jab ke arah PJ. Isu yg sangat sensitif seperti inipun ditarik-tarik tanpa risih atau memikirkan implikasinya thd pandangan publik dan soliditas PDIP sendiri.

Saya kira, mBak Mega juga tdk diuntungkan atau terbantu apapun dg manuver vulgar ES tsb. Justru sebaliknya hasilnya adalah terciptanya citra negatif berupa terjadinya keretakan yg parah di elit DPP PDIP. Kalaulah ES berdalih bhw manuvernya ini adlh dlm rangka memuluskan Budi Gunawan (BG) sebagai cakapolri, tetapi persepsi publik justru sebaliknya: ini merugikan upaya Mbak Mega utk mencari solusi yg win-win, karena beliau harus membayar ongkos yg lebih besar, sementara belum tentu BG akan lolos. Setidaknya akan muncul pertanyaan, apakah dukungan DPP PDIP mulai kendor thd PJ yg digadang-gadang sendiri dan diperjuangkan mati-2an oleh puteri sulung alm. BK tsb?

Manuver ES adlh cermin masih adanya keretakan dlm elit DPP PDIP, karena kubu penolak PJ hilang akal setelah manuver-2 sebelumnya kandas. Ini harus diwaspadai oleh mBak Mega dkk, karena bisa jadi akan disambut oleh para penjonru di media dan publik dan digunakan sebagai peluru politik lawan. Sebuah pertanyaan menggelitik adlh, apakah model peng "Gusduran" sedang direncanakan thd PJ? Publik masih ingat bahwa dlm pemakzulan Presiden ke 4 dulu, peran orang dari partai pengusung (PKB), yaitu alm Mathori Abdul Jalil (MAJ), dlm memperlancar proses tsb juga sentral. Saya berharap semoga hal itu tak terulang kembali. Republik ini terlalu penting dan terlalu besar utk dipermainkan oleh para politisi sontoloyo (poliyo) utk memenhi ambisi dan nafsu kepentingan mereka.

Simak tautan ini:

http://nasional.kompas.com/read/2015/01/26/23140681/Hasto.Sesalkan.Pernyataan.Effendi.Simbolon.soal.Makzulkan.Jokowi?utm_campaign=popread&utm_medium=bp&utm_source=news
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS