Thursday, February 12, 2015

KONGGRES UMMAT ISLAM VI: PENGAKUAN EKSISTENSI KAUM IGARAS?

Keberadaan kelompok radikal Islam di Indonesia bukannya semakin redup, tetapi semakin moncer dan, bahkan, naga-naganya juga mendapat pengakuan dari ormas-ormas Islam dan Pemerintah sendiri. Forum yang disebut sebagai Kongres Ummat Islam (KUI) ke VI, yang diselenggarakan di Yogyakarta beberapa hari lalu, menjadi indikator penting dari perkembangan tsb. Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), selama ini merupakan organisasi yang keberadaannya adalah identik dengan kelompok-kelompok garis keras. Sejarah MMI tidak bisa dilepaskan dari kelompok Jemaah Islamiyah (JI) yang menyebarkan gagasan dan ideologi Negara Islam dan Khilafah serta berada di belakang gerakan-gerakan kekerasan, termasuk terorisme di negeri ini. Tidak heran jika tokoh MMI, Irfan Awwas (IA), menolak Pancasila sebagai ideologi negara Republik Indonesia, dan tidak mau berdiri utk menghormati lagu Indonesia Raya saat dinyanyikan.

Karena itu saya justru heran dengan penyelenggara Kongres itu yg mengundang MMI, padahal yang hadir adalah Kepala Negara RI dan berbagai pejabat negara serta tamu-tamu undangan dari negara sahabat. Apakah karena namanya ada Islamnya, lalu dimasukkan ke dalam bagian ormas Islam yang diundang, atau memang ada agenda lain? Sebab, tokoh seperti Din Syamsuddin (DS), yg menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) seharusnya sudah sangat tahu bahwa ormas seperti MMI berada di luar mainstream ummat Islam yang menerima Konstitusi dan NKRI. Ormas seperti MMI, NII, JI, dan kelompok-2 pembela kekerasan dan anti Indonesia semestinya tidak boleh ada dalam forum seperti itu. Lain halnya jika forum tsb dibuat di luar Indonesia atau memang tidak mengundang Presiden, Wapres, dan pejabat Negara RI.

Sudah barang tentu MMI akan menggunakan forum tsb utk mempertontonkan eksistensinya, dan jika pameran anti Pancasila dan Konstitusi RI itu berhasil diekspose, tentu merupakan sukses utk dipamerkan kepada kelompok Igaras trans-nasional lain. Saya tak habis pikir dengan nalar dari penyelenggara dan ketidakpekaannya terhadap dinamika gerakan kelompok Igaras di negeri ini. Penyelenggaraan forum yg sejatinya bisa menjadi wahana dan langkah konsolidasi ummat Islam Indonesia untuk menanggulangi kekerasan, termasuk yg mengatasnamakan agama, malah berubah menjadi forum pameran kaum Igaras! Ini jelas bertolak belakang dengan maksud KUI VI tsb, yakni "menunjukkan komitmen umat Islam dalam kehidupan bangsa dan negara" yang antara lain bahwa "Umat Islam selalu bersama pemerintahan yang sah dan konstitusional," seperti kata DS. Ataukah forum ini hanya menjadi manuver politik sebagian elite dan ormas Islam tertentu saja?

Sungguh memprihatinkan!   

Simak tautan ini:

http://www.tempo.co/read/news/2015/02/11/078641756/Berdiri-Nyanyi-Indonesia-Raya-MMI-Pengkhianat



Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS