Saturday, February 14, 2015

MENYIKAPI ANCAMAN AUSTRALIA MEMBOIKOT WISATA BALI

Menlu Australia, Julie Bishop (JB), bersuara keras kepada RI, bahwa Australia akan melakukan boikot thd pariwisata Bali jika Pemerintah mengeksekusi mati dua warga negaranya, Andrew Chan (AC) and Myuran Sukumaran (MS), yang sudah ditetapkan oleh Kejaksaan Agung RI setelah grasinya ditolak Presiden Jokowi (PJ). Tentu saja, dalam hubungan internasional ancaman seperti ini bisa ditafsirkan berbeda-beda, tergantung dari perspektif mana yg dipakai. Demikian pula dengan implikasi apa yg akan terjadi dan bagaimana RI serta Aussie akan menyikapinya.

JB mungkin hanya pamer kegagahan (posturing) biasa saja, karena memang secara politik masalah Indonesia sangat menarik utk jadi bahakan kampanye mendapat dukungan publik. Semakin sensitif urusan dg RI (eg, Papua, Timor Leste, penangkapan imigran gelap, pencari suaka, dll), maka akan semakin kuat pula daya tariknya utk digunakan sebagai alat tawar menawar para elite di Canberra. Ini berbeda dg Indonesia. Walaupun rakyat dan eloit Aussie mau jungkir balik pun, tidak akan ada makna yg signifikan utk kampanye politik nasional. Paling hanya menjadi wacana media nasional  dan elit politik sementara belaka.

Kini ketika PM Tony Abbott (TA) sedang mendapat tekanan berat dari lawan politiknya, maka isu hukuman mati thd dua WN Aussie itu pun bisa menjadi persoalan politik bagi pemerintahannya. Maka itu kendati ia pernah mengatakan hubungan negaranya dg RI akan tetap baik jika eksekusi tetap dilakukan, kini Menlunya bicara beda. JB malah ikut ngompori sebagaian penentang hukuman mati di Aussie yang ingin memboikot Bali sebagai salah satu tekanan ekonomi dan politik thd RI. Apakah ini cuma sekedar gertak sambal atau bisa serius?

Saya menganggap hal ini tidak perlu ditanggapi oleh RI secara serius, kendati JB juga mengancam akan melakukan pemanggilan kepada Dubesnya di Jakarta. Sebab dalam gambaran besar, Aussie jauh lebih memerlukan Indonesia ketimbang sebaliknya. Bali mungkin agak terganggu jika turis Aussie tida berkunjung, tetapi saya kira dalam jangka panjang juga tidak apa-apa. Jika memang turis Ausiie tdk datang, tentu masih bisa mencari cara lain utk menggantinya. Dan saya kira orang-2 Aussie yang butuh ke Bali lebih banyak ketimbang sebaliknya juga!

TA dan JB hanya sesumbar belaka dalam rangka memakai kasusu eksekusi mati tsb utk mencari dukungan politik bagi kekuasaan mereka yg sedang terancam oleh pihak oposisi. PJ tidak perlu terlalu menggubris ancaman cemen dari JB dan orang-2 Australia yang mendukung kedua bandar narkoba tsb. Indonesia harus menunjukkan kedaulatannya dan jalan terus. Karena Pemerintah RI harus lebih mementingkan perlindungan thd bangsa sendiri dari narkoba, ketimbang kepentingan JB dan TA yang sedang mengalami tekanan politik di dalam negeri mereka.

Simak tautan ini:


http://internasional.kompas.com/read/2015/02/13/11193851/Jika.Warganya.Dieksekusi.Warga.Australia.Bisa.Boikot.Pariwisata.Indonesia?utm_campaign=popread&utm_medium=bp&utm_source=news
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS