Wednesday, June 24, 2015

MENYIMAK SIKAP PLIN-PLAN PARTAI DEMOKRAT

Partai Demokrat (PD) mungkin menganggap pihaknya sedang bermain "cantik" dengan sikapnya yang abu-abu di DPR terkait dengan masalah 'proyek genthong babi' (pork barrel project) yg dinamakan "Dana Aspirasi DPR" (DA) itu. Di satu pihak, Fraksi PD di DPR menerima keputusan sidang paripurna DPR kemarin ttg DA. Namun di pihak lain, publik mencatat dengan baik cuitan Ketum PD, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di twitter yang jelas sekali menolak DA, sebagaimana beliau menolak pada masa menjabat sebagai Presiden. Tak pelak lagi, kita dibawa kembali kepada drama plin-plan PD di penghujung pemerintahan SBY ketika FPD menerima keputusan ttg Pilkada tidak langsung, tetapi di pihak lain sang Presidedn (pada waktu itu) mengatakan tidak. Hasilnya, PD memang mendapatkan jatah wakil ketua DPR-RI, tetapi kemudian dibuat Perppu yg menganulir Pilkada tak langsung itu.

Bisa jadi drama plin-plan tsb akan berulang lagi. Tujuannya juga tak akan jauh-2 dari meciptakan citra seakan-akan PD tidak menginginkan proyek genthong babi tsb, tetapi ujung-ujungnya menerima juga setelah ternyata memenuhi "syarat" yang diajukan partai berlambang Mercy tsb. Itulah sebabnya kini PD, termasuk Pak SBY mulai menggunakan dalih-2 berupa kalimat-kalimat bersayap, seperti "PD akan tetap tolak "dana aspirasi" tsb jika tak penuhi 5 faktor kritis yg akan disampaikan FPD dlm pembahasan nanti." Dengan kalimat bersayap seperti ini, bisa saja nanti FPD akan tetap menerimanya dengan alasan DPR sudah memenuhi "5 faktor kritis" yang saya sendiri tidak jelas apa maksudnya itu.

PD terus mencoba menggunakan doktrin "partai penyeimbang" menjadi semacam strategi komunikasi utk mengecoh publik. Dengan doktrin tsb perilaku inkonsisten PD diharapkan bisa diberi rasionalisasi dan pengabsahan sehingga publik bisa menerima (atau setidaknya memahami) apapun keputusan yang dibuatnya. Sayangnya cara seperti ini bisa beresiko sangat tinggi bagi kredibilitas dan integritas PD dan juga respon publik yang dicoba untuk ditarik ke pada orbitnya. Sebab publik di negeri ini semakin bisa melakukan penilaian mana yang retorika kosong dan mana yang benar-benar sebuah kenyataan.

Dan kenyataannya, kiprah PD di Parlemen lebih cenderung kepada pemihakan terhadap keputusan-2 yang tidak disukai oleh publik. Ini pada gilirannya bisa menciptakan pukulan balik (backlash). PD seharusnya masih ingat bagaimana respon publik ketika kampanye "Katakan TIDAK kepada korupsi" yg digembar-gemborkannya ternyata tidak terbukti, malah banyak diantara elitenya menjadi sasaran pemeriksaan KPK serta masuk penjara!

PD dan elitenya tampaknya masih berada di dalam hayalan, bahwa publik di negeri ini masih terbuai dengan pencitraan masa lalu dari Pak SBY. Saya kira lebih baik mereka segera bangun dari mimpi dan menghadapi realitas seerti apa adanya. Kekalahan pada Pemilu 2014 bisa jadi akan berulang atau malah lebih parah lagi jika partai yg pernah menjadi pemenang Pemilu tsb kian ditinggalkan oleh rakyat Indonesia.

Simak tautan ini:
http://news.liputan6.com/read/2258443/sby-fraksi-demokrat-tolak-dana-aspirasi-jika

Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS