Wednesday, March 23, 2016

AHMAD DHANI, KEBENCIAN DAN XENOPHOBIA

Statemen Ahmad Dhani (AD) yg menyebut persaingan dengan Ahok dalam Pilkada Gubernur DKI 2017 sebagai perjuangan melawan asing karena "Indonesia ini tanah warisan Nusantara, warisan leluhur nenek moyang kita, bukan nenek moyang Ahok" bagi saya adalah sebuah kampanye hitam yang termasuk dalam kategori ujaran kebencian (hate speech) dan xenophobia, serta berdampak buruk bagi kehidupan kewarganegaraan dan ketatanegaraan di Indonesia. Statemen AD mesti ditolak oleh seluruh warganegara yang mencintai bangsa dan NKRI serta menginginkan tatanan kemasyarakatan dan kenegaraan yg demokratis sesuai Pancasila dan UUD 1945.

Saya menganggap statemen itu sebagai kampanye hitam, karena telah menggunakan isu SARA telah jelas dilarang oleh peraturan resmi terkait kampanye Pilkada dan Pemilu. Kampanye hitam berbeda dg kampanye negatif, karena yg disebut terakhir itu tidak dilarang. Kampanye negatif adalah kampanye yg menunjukkan berbagai kelemahan lawan namun tidak menggunakan isu-isu SARA serta melangar HAM. Sedangkan kampanye hitam merupakan upaya mendiskreditkan lawan dengan isu-isu SARA dan penyebaran kebencian dan kebohongan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan etika.

Statemen AD juga bermuatan kebencian dan xenophobia karena mengarah pada penyebaran ketakutan dan kebencian thd ras tertentu, padahal ras tersebut diakui dan termasuk bagian integral dari bangsa Indonesia dan dilindungi oleh konstitusi. Lebih jauh, dengan menggunakan tafsir ayat-ayat Al-Qur'an secara tidak kontekstual, AD telah menyebarkan pemahaman yang dapat menyulut perpecahan bahkan adu domba, khususnya antara ummat Islam dangan non Muslim di Indonesia, khususnya di DKI. Padahal, sebagai warganegara Indonesia, baik ummat Muslim dan Non-Muslim adalah sama kedudukan dan hak-haknya secara konstitusional.

Ironisnya, konon AD sering menyatakan dan mengklaim dirinya sebagai figur seniman dan pemusik yang pemikirannya sama dengan tokoh pluralis serta bapak Bangsa Indonesia, alm. KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. (http://life.viva.co.id/…/read/234281-gus-dur-di-mata-ahmad-…). Saya yakin statemen DA terkait dengan Ahok di atas, sangat betolak belakang secara total baik paradigmatik filosofis, etis, maupun pragmatis dg alm GD. Semua orang tahu bahwa almaghfurlah adalah salah sorang tokoh yg ketika masih hodup adalah pembela hak-hak asasi warganegara Tionghoa di negeri ini. Bahkan beliau juga termasuk mendukung Ahok ketika menjadi calon Bupati di Belitung Timur.

Maka itu jika nanti AD maju menjadi cagub sebagai pesaing Ahok, sangatlah layak jika para Gusdurians di DKI menolaknya. Karena tidak mungkin seorang bapak bangsa yang pluralis dan melindungi kaum minoritas akan menyetujui ajarannya diplintir dan didistorsi secara habis-habisan dan bertolak belakang 1005. Atau, bisa jadi AD memang sudah mencampakkan pemikiran GD ketika ia ingin maju menjadi cagub? Kalau demikian, maka hal itu lebih baik karena sebagai seorang Gusdurian saya akan menjadi orang pertama yg menolak kebencian, xenophobia, dan kampanye hitam yg disebarkan oleh DA.

Simak tautan ini:


https://m.tempo.co/read/news/2016/03/21/083755688/ahmad-dhani-serang-ahok-dengan-isu-sara
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS