Monday, August 22, 2016

ADA APA DENGAN RUHUT/ PARTAI DEMOKRAT?


Keputusan Ketum DPP Partai Demokrat (PD), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), untuk menonaktifkan politisi beken Ruhut Sitompul (RH) dr jabatan juru bicara partai sejatinya tak terlalu mengejutkan. Bukan kali ini saja politisi vokal dan nyentrik itu disemprit oleh petinggi partainya sendiri karena omongannya yg sering dianggap berbeda dg beleid partainya. Sebaliknya, anggota DPR yg satu ini malah moncer di media dan ranah publik karena terus menggeber statemen2nya yg bikin para kolega separtainya merasa pusing kepala.

Bagi saya, yg menarik utk dicermati adlh fakta2 ini: 1) Keputusan SBY itu dikirimkan melalui pesan pendek kpd RH. Ini tentu tak lazim karena masalah posisi jubir partai termasuk strategis kendati, menurut RH, bukan jabatan struktural di dlm DPP. ; 2) Respon RH yg seakan 'menantang' SBY , yg tertulis dlm cuitan di twitter 'apa Pak SBY berani pecat'? (https://news.detik.com/berita/3280675/ruhut-apa-pak-sby-berani-pecat-aku); 3) Dasar penonaktifan RH, menurut sms yg beredar itu adalah bhw pernyataan2 RH tdk mencerminkan posisi PD dan SBY selaku Ketum. Dan bhw SBY sudah sering memperingatkan RH tetapi tdk diindahkan.

Dari fakta2 tsb bisa ditafsirkan bhw tindakan penonaktifan RH merupakan sebuah dinamika internal PD yg memerlukan respon serius. Ini tentunya terkait dengan persoalan2 strategis yg menurut PD memerlukan penyikapan yg solid dan tdk terpecah2 dari politisinya di DPR dan DPP. RH yg menjabat jubir partai tampaknya dipandang sebagai titik lemah sehingga perlu 'ditertibkan.' Jadi bukan karena ada pihak2 yg memanas2i mantan Presiden RI ke 6 tsb, namun lebih karena posisi RH dan peran yg dimainkannya tdk klop. Alih2 membuat PD makin solid dan moncer terapi justru hanya digunakan sang jubir utk memoncerkan diri dan kepentingan politik pribadinya. Keputusan yg dikirimkan lewat sms tsb menunjukkan bgmn suasana batin SBY dan urgensi memberikan sanksi thd RH.

Reaksi RH yg terkesan menantang itu juga bisa menjadi petunjuk bhw keputusan penonaktifan tsb di luar dugaan RH sehingga bukan saja ia menduga ada persekongkolan utk menjatuhkan dirinya, tetapi juga ia terkesan menganggap SBY kurang memahami situasi internal elit DPP sehingga membuat keputusan seperti itu. RH tampaknya sangat yakin bhw posisinya di lingkaran elit PD sangat solid karena kedekatannya dg SBY. Keputusan tak terduga tsb membuat RH kehilangan 'cool' nya sehingga muncullah cuitan yg menantang tsb.

Dari pertimbangan yg dipakai utk memutuskan sanksi tsb, tampak bhw RH telah lama dalam radar pengawasan dan pemantauan DPP. Sayangnya RH sangat pede bahwa dirinya memiliki leverage politik yg kuat sehingga semakin 'out of control' dan diluar kebijakan serta garis partai. Bahkan secara personal SBY menganggap sikap RH berada di luar garis sang Ketum.

Akankah RH melakukan refleksi dan penyesalan, lalu kembali ke dalam mainstream elite PD, ataukah ia justru memanfaatkan situasi ini utk memerkuat posisi tawarnya vis-a-vis partainya? Ataukan RH sudah pubya ancang2 utk berpindah perahu politik, kendati ia mengatakan PD adlh parpol terakhir baginya? Dalam politik tdk ada yg tak mungkin kecuali ketidakmungkinan itu sendiri, bukan? Kita ikuti saja lanjutan kisah ini...

Simak tautan ini:

Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS