Sunday, August 21, 2016

KECAMAN AMIEN RAIS TERHADAP AHOK: "GIMMICK" POLITIK?

Dalam kurun kurang dari setengah tahun, sudah dua kali Amien Rais (AR), Ketua Dewan Kehormatan Partai PAN, melontarkan kecaman terhadap Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama (BTP, atau Ahok terkait kualifikasinya sebagai pemimpin. Kali pertama adalah ketika AR menyikapi kasus RS Sumber Waras (RSSW) yang kontroversial karena perlawanan Ahok thd laporan BPK. AR menyatakan bhw mantan Bupati Belitung Timur itu arogan, karena dianggap meremehkan lembaga negara tsb. Karenanya, menurut AR pada saat itu (24/4/16), Ahok "... memang tidak layak menjadi pimpinan. Jangankan presiden, gubernur saja bagi saya kurang pantas." (http://news.rakyatku.com/read/1637/2016/04/25/ketika-amien-rais-vs-ahok-perang-urat-syaraf).

Respon Ahok, seperti kita ketahui, tak kalah getas. Beliau mengingatkan bhw mantan Ketua MPR-RI itu pernah melontarkan pujian terhadap dirinya pada 2006 akhir saat jadi bupati. AR sendiri yang memberikan penghargaan kepada Ahok sebagai "Aktor Demokrasi Sesungguhnya." Karena itu, masih kata Ahok, AR perlu diingatkan karena mungkin mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu "sudah pikun." (http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/25/10354791/Ahok.Kamu.Ingatkan.Amien.Rais.soal.Ini.Mungkin.Dia.Sudah.Pikun)

Empat bulan kemudian, AR kembali melontarkan kecaman yg lebih keras. Kalau dulu sang petahana itu dituding arogan, kini lebih serem lagi. Ahok adalah sosok yang "beringas, bengis dan hampir-hampir seperti bandit." Karenanya, AR menilai Ahok "tak boleh lagi jadi gubernur DKI Jakarta." (lihat tautan di bawah). Ahok belum merespon statemen AR yg terakhir ini, dan seandainya pihak yg disebut pertama akan merespon dengan "semangat" yang sama, tampaknya sangat mungkin. Yang jelas, PAN DKI sudah menyatakan bahwa pihaknya tidak akan mendukung pencalonan sang petahana, dan sampai artikel ini ditulis, belum memastikan paslon yg akan didukungnya.

Yang perlu dicermati dari sikap AR di atas adalah bagaimana dampak politiknya terhadap pencalonan Ahok dlm Pilkada 2017 yad., apakah kecaman beliau akan berhasil menggerus popularitas dan elektabilitas sang petahana itu. Ataukah sebaliknya, sikap sang Ketua Dewan Kehormatan PAN itu justru akan menghantam balik alias "backfired" partai tsb di mata rakyat DKI, sehingga malah merugikan siapapun paslon yang didukungnya. Kemungkinan ini bukan hanya hipotetis belaka. Sebab kalau sejarah bisa menjadi rujukan, sikap AR terhadap Jokowi sebagai capres pada 2014, ada kemiripannya juga dengan yang sekarang. Misalnya AR menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden Filipina, Joseph Estrada (JE) yang kendati populer tetapi tak mampu menjalankan pemerintahan dan akhirnya dimakzulkan (http://news.detik.com/berita/2368160/kritik-pencapresan-amien-rais-bandingkan-jokowi-dengan-joseph-estrada). Kecaman AR ternyata tak menyurutkan rakyat Indonesia utk memilih Jokowi sebagai orang nomor satu di negeri ini, dan faktanya capres-cawapres yang diusung PAN, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, kalah. Ironisnya PAN kini adalah salah satu partai pendukung Pemerintah Presiden Jokowi (PJ).

Akankah terjadi sebuah pengulangan sejarah PAN di DKI? Ataukah semua ini hanya gimmick politik saja? Wallahua'lam.

Simak tautan ini:

Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS