Monday, December 26, 2016

BALADA NEGERI YANG RAKYATNYA TERSANDERA


(Menyongsong 2017)

Oleh Muhammad AS Hikam

I
Adalah sebuah negeri di khatulistiwa
“Gemah ripah lohjinawi, tentrem kerta raharja”
Semboyannya Bhineka Tunggal Ika
Bangsa dan negara lain dibikin iri padanya

Sayang anak negeri itu seperti tersandera
Oleh para pemuja nafsu angkara murka
Menggunakan kebencian, fitnah, dan sengketa
Mengadu domba sesama rakyat dan penguasa

Bayangkan jutaan anak negeri
Seakan jadi tawanan di rumah sendiri
Kerna cemas, takut, gundah, dan ngeri
Menghantui hati, mendera diri

Para penyandera seperti para penyihir
Membuat rakyat tak lagi bisa berfikir
Demagogi setiap hari deras mengalir
Politik dan hukum habis dipelintir

Atas nama kepatuhan hukum
Mereka cabik-cabik ketenteraman umum
Dengan jumawa berorasi di atas podium
Membakar massa, mengumbar senyum

Siapa yang tak setuju dicap penghianat
Penista agama, dikutuki dunia dan akhirat
Diancam sejuta azab, siksa, dan laknat
Dituding musuh Tuhan yang wajib disikat

II

Mereka lecehkan sejarah negeri
Mereka abaikan gerak zaman kiwari
Mereka buang angger-angger abadi
Mereka kuburkan nalar dan nurani

Anak negeri yang tersandera
Saling bertanya satu sama lainnya
Apa yang salah dengan kita
Hingga Tuhan menurunkan petaka?

“Bukankah kita bangsa yang beragama
Taat beribadah, rajin menyumbang derma
Membangun Masjid, Gereja, Kelenteng, dan Pura
Merayakan perayaan agama dengan gegap gempita?

Bukankah kita punya Kementerian Agama
Bukankah kita punya Forum-forum Ulama
Juga organisasi lintas-agama
Apalagi para cerdik pandai ternama?

Konstitusi kita berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa
Hari libur keagamaan tak ada duanya di dunia
Pelajaran agama diwajibkan di seluruh Negara
Siaran keagamaan pun menyesaki media?

Dunia menyebut kita bangsa toleran
Dunia menyebut kita Negara teladan
Agama dan demokrasi menyatu dalam kebersamaan
Bangsa besar di bawah naungan rahmat Tuhan”

“Ataukah kita tlah salah mengerti
Bahwa semuanya hanya ilusi
Meninabobokkan, membuai, dan mimpi
Menutupi kenyataan yang sejati?

Kerna keberagamaan kita hanya di kulit
Kerna ummat lintas-agama sejatinya sakit
Kerna kemiskinan semakin menghimpit
Kerna ketidak-adilan kian melejit

Keberagamaan tak membuat kita semakin ramah
Keberagamaan makin membuat kita mudah marah
Keberagamaan makin membuat kita serakah
Keberagamaan makin membuat kita tak amanah

Spritualitas kian kerontang
Solidaritas kemanusiaan kian menghilang
Tanggungjawab sosial kian berkurang
Kepedulian kepada sesama kian jarang

Ajaran agama disulap menjadi ideologi
Ditafsirkan untuk kepentingan politisasi
Kasih diubah menjadi benci
Persaudaraan diubah menjadi lawan abadi

Para agamawan seakan lupa pada asih
Memilih berkolusi dengan kuasa dan pamrih
Ucapan dan fatwa menjadi pilih-pilih
Ujaran dan khotbah tak lagi jernih”

“Demokrasi yang kita perjuangkan berdarah-darah
Mulai mengalami kemerosotan dan berubah
Negeri dikuasai oligarki politisi dan penjarah
Pemimpin yang amanah tak hentinya difitnah

Koruptor yang dianggap musuh
Malah tersenyum lebar dan angkuh
Kerna penegak hukum tak cukup teguh
Melawan godaan uang dan selingkuh

Kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan
Bersikukuh menjadi sang penghalang
Sementara kekuatan dari seberang
Berpesta pora tanpa ada kekang”

III

Hanya sejarah yang akan mencatat
Cerita sebuah Negeri yang hebat
Anak negerinya selalu loyal dan taat
Namun para elitnya tak jarang malah berhianat

Negeri yang rakyatnya tersandera
Terpenjara dalam ketakutan dan putus asa
Bumi, air, dan udara tak lagi milik mereka
Tak tahu, harus berbuat bagaimana

Pahlawan dan pejuang silih berganti
Melawan kezaliman, membela negeri
Bagai Sysiphus dalam mitologi Yunani
Mendorong batu ke atas gunung tanpa henti

Sampai suatu ketika
Anak negeri itu tak lagi berputus asa
Lalu menyatu melawan para penyandera
Kembali menjadi manusia merdeka

Pamulang, 26 Desember 2016
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS