Beberapa hari lalu, tepatnya tgl 16 Maret 2017, jam 6.15 WIB, KH Achmad Hasyim Muzadi (AHM), telah dipanggil ke haribaan Ilahi Robbi. Seluruh warga nahdliyyin baik di Indonesia maupun di negara-2 lain di dunia serta bangsa Indonesia pada umumnya kehilangan salah seorang putra terbaiknya. Gus Hasyim, demikian saya memanggil beliau, adalah salah satu sosok pemimpin, manajer, dan sekaligus pendekar yang lahir dari jam'iyyah nahdlatul ulama (NU). Beliau menjadi salah satu ikon ormas Islam yang anggotanya paling besar di dunia tsb dengan kiprah dan aktivisme serta pemikiran-2 berkualitas yg diberikan kepada ummat dan bangsa serta kemanusiaan.
Saya mendapat kehortmatan besar bisa mengenal beliau dan menjadi sahabat serta murid beliau (dalam pengertian yg luas), sejak tahun 1990-an ketika menemani almaghfurlah Gus Dur yg saat itu menjadi Ketum PBNU. Bagi saya Gus Hasyim memiliki selera humor yg tinggi, salah satu ciri khas para alim ulama NU, Bahkan almaghfurlah GD pun sering "kulakan" guyonan dari Gus Hasyim jika kebetulan sedang ke Jatim, khususnya di Surabaya atau Malang.
Di bawah ini adalah wawancara saya di CNN-TV mengenang almaghfurlah Gus Hasyim yang berisi pandangan saya terhadap beliau ketika masih bersama kita. Bagi saya, sosok beliau dan GD adalah gabungan dua kekuatan yang saling mengisi dan memperkuat, sehingga mampu menjadikan NU sebagai salah satu ormas yang menjadi benteng keindonesiaan, keislaman, dan kemanusiaan. Gus Hasyim adalah pemimpin dan sekaligus orgaisator mumpuni, sedang alm GD adalah negarawan, pemimpin, dan pemikir besar.
Silakan menyimak dan memberi komentar. Trims (MASH)
0 comments:
Post a Comment