Tuesday, April 25, 2017

MARCUS AURELIUS: SINERGI JIWA DAN PIKIRAN

"Sebagaimana kebiasaan Anda dalam berfikir, sebegitu jugalah karakter jiwa yg Anda punya. Sebab, jiwa dicelup warnanya oleh pikiran."
(Marcus Aurelius, filsuf terkemuka dan Kaisar Imperium Romawi kuno, 121-180)

Biasanya orang memisahkan secara biner, dikotomis, dan malah antagonistik atau saling berlawanan antara pikiran dan jiwa. Yang pertama biasanya dianggap lebih vulgar, ketimbang yg disebut terakhir. Atau sebaliknya, pikiran lebih diutamakan ketimbang jiwa, karena yg pertama mengisyarakan kemajuan, perubahan, kekuatan, Sedang yang kedua mencerminkan kestabilan, kemandegan, status quo. Budaya Barat dikenal sebagai budaya yg mengutamakan pikiran, sedang budaya Timur adalah budaya yang menutamakan spiritual, jiwa, nilai-2 kerokhanian, dll.

Jiwa dan pikiran, bisa jadi, tidak selalu harus dipandang secara dikotomis, biner, dan bertentangan, tetapi sinergis. Keduanya saling memberi sumbangan dan karena itu saling mempengaruhi menuju suatu ketunggalan. Pikiran yang biasanya berorientasi ke luar, memiliki saham mewarnai jiwa, sedangkan jiwa, yang cenderung ke dalam, dapat mengontrol kiprah pikiran. Pikiran yang tercerahkan (enlightened) akan memengaruhi karakter kejiwaan, dan sebaliknya jiwa yg tercerahkan akan mampu mengarahkan pikiran.

Olah pikir dan olah jiwa, dengan demikian, bukan suatu hal yg harus dipertentangkan atau yg satu dianggap lebih penting dari yg lain. Suatu kejiwaan yg tenang dan kontemplatif akan mampu mengarahkan pikiran utk mengupayakan kreativitas yang positif bagi pribadi dan sosial. Suatu pikiran yang jernih dan rasional akan membantu mengarahkan dan mewarnai kejiwaan yg tenang, harmonis, dan 'sumeleh'.
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS