Wednesday, December 6, 2017

INTOLERANSI DI INDONESIA SUDAH LAMPU KUNING!


Bagaimana kondisi toleransi di Indonesia saat ini, setelah reformasi dan demokratisasi berjalan nyaris dua dasawarsa pasca-jatuhnya rezim Orba? Sangat tidak menggembirakan. Lihat kompilasi beberapa laporan hasil survei yang dipaparkan dalam Konferensi Human Rights Cities 2017 di Hotel Manhattan, Jakarta Selatan, hari ini (6 Desember 2017):

Menurut survei SETARA Institute, Jakarta adalah kota intoleran No. 1 di negeri ini. Temuan survei PPIM UIN menunjukkan bahwa 80% dosen, guru, dan mahasiswa di Indonesia SETUJU dengan pelarangan terhadap AGAMA minoritas. Hasil survei SRMC menunjukkan bahwa 39,4% respondennya merasa bahwa ancaman datang dari paham agama-agama tertentu.

Lalu laporan survei CSIS menyatakan bahwa 50% kaum muda TIDAK menerima pemimpin yang berbeda agama. Demikian pula riset INFID menunjukkan bahw 55, 6% responden menyebut Ahmadiyah, Syiah, Gafatar adalah sesat dan TIDAK BOLEH tumbuh. Sementara itu survei ALVARA menunjukkan bahwa 27,6% kaum profesional MENDUKUNG Perda Syari'ah, sedangkan 19,6% SETUJU JIHAD untuk mendirikan NEGARA Islam di Indonesia.

Dari kompilasi laporan-laporan survei tersebut tentu ada berbagai interpretasi yang bisa dihasilkan. Namun demikian, pertanyaan yang segera muncul di benak kita adalah: "Apakah dengan adanya hasil-hasil survei di atas kita masih belum merasa ada masalah serius dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam konteks NKRI yang berlandaskan Pancasila & UUD 1945, serta berciri Bhineka Tunggal Ika?"

Jawabnya tentu terpulang kepada nurani dan nalar anda masing-masing.

Sumber:
Konferensi Human Rights Cities 2017, diselenggarakan oleh INFID, 5-6 Desember 2017, di Hotel Manhattan, Jakarta.
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS