Acara tsb berlangsung pada 22 Mei 2019 malam, saat kerusuhan terjadi di Jakarta pasce-rekapitulasi Hasil Pemilu (Pilpres) 2019. Saya bersama Ketua Pemuda Muhammadiyah, Sunanto, sebagai narsum dan dipandu oleh sdri Putri (CNN-TV). Ada beberapa hal yang saya kemukakan dalam dialog tsb, al:
1). Rekonsiliasi elite yang berkompetisi dalam Pilpres sangat
diperlukan utk cooling down, khusunya pertemuan secara FISIK antara PJ
dan PS. Statemen-statemen beliau berdua utk mendinginkan suasana tentu
sudah bagus, tetapi akan lebih efektif jika terjadi pertemuan langsung
antara keduanya.
2). Elemen perusuh memang memerlukan sikap yang tegas dari pihak aparat keamanan. Tetapi yang lebih penting adalah dibukanya akses informasi bagi publik tentang siapa mereka, siapa para aktor intelektual di belakang mereka, dan apa motif mereka. Kendati tak mungkin informasi itu dibuka total, karena ada aspek kamnas di dalamnya, tetapi tetap perlu utk memberi informasi yang jelas bagi publik.
3). Para perusuh tampaknya dipersiapkan melakukan infiltrasi ke dalam massa yang sejatinya sudah tertib dalam melakukan gelar unras. Mereka inilah yang menjadi pemicu dan pelaku kerusuhan dengan pelemparan batu, menyulut petasan, dan melempar bom molotov dan (belakangan) ada yang memakai senpi. Perusuh ini, mnrt pendapat saya, adalah orang-orang profesional sehingga memaksa respon aparat keamanan bukan saja melalui soft power (negosiasi dg korlap, himbauan kepada massa dll), tetapi juga hard power (water cannon, peluru karet, gas airmata).
4). Kerusuhan ini tak bisa hanya dilihat sebagai peristiwa mandiri, tetapi memiliki rangkaian dengan berbagai narasi dan wacana politik sebelumnya. Misalnya gagasan penolakan MK, people power, pendudukan Bawaslu dan KPU, dll.
Silakan menyinak dan memberi komentar. (MASH)
https://www.youtube.com/watch?v=1dhUDjzi7K0&feature=youtu.be
2). Elemen perusuh memang memerlukan sikap yang tegas dari pihak aparat keamanan. Tetapi yang lebih penting adalah dibukanya akses informasi bagi publik tentang siapa mereka, siapa para aktor intelektual di belakang mereka, dan apa motif mereka. Kendati tak mungkin informasi itu dibuka total, karena ada aspek kamnas di dalamnya, tetapi tetap perlu utk memberi informasi yang jelas bagi publik.
3). Para perusuh tampaknya dipersiapkan melakukan infiltrasi ke dalam massa yang sejatinya sudah tertib dalam melakukan gelar unras. Mereka inilah yang menjadi pemicu dan pelaku kerusuhan dengan pelemparan batu, menyulut petasan, dan melempar bom molotov dan (belakangan) ada yang memakai senpi. Perusuh ini, mnrt pendapat saya, adalah orang-orang profesional sehingga memaksa respon aparat keamanan bukan saja melalui soft power (negosiasi dg korlap, himbauan kepada massa dll), tetapi juga hard power (water cannon, peluru karet, gas airmata).
4). Kerusuhan ini tak bisa hanya dilihat sebagai peristiwa mandiri, tetapi memiliki rangkaian dengan berbagai narasi dan wacana politik sebelumnya. Misalnya gagasan penolakan MK, people power, pendudukan Bawaslu dan KPU, dll.
Silakan menyinak dan memberi komentar. (MASH)
https://www.youtube.com/watch?v=1dhUDjzi7K0&feature=youtu.be
0 comments:
Post a Comment