Saturday, November 23, 2019

REUNI 212, OPOSISI, & APROPRIASI UKHUWWAH ISLAMIYAH DAN WATHONIYYAH


Penyelenggaraan reuni alumni 212 pada 2 Desember depan, jika benar2 berlangsung, akan berpotensi semakin mengukuhkan keberadaan kelompok Islamis tsb sebagai kekuatan politik strategis dari masyarakat sipil Indonesia (MSI) yang menjadi salah satu kelompok oposisi terhadap Pemerintah Presiden Jokowi (PJ).

Berbeda dengan aksi serupa sebelumnya, kini kelompok alumni 212 telah melegitimasi gerakannya bukan hanya sebagai kekuatan ummat (Islam), tetapi juga kekuatan kebangsaan. Menurut panitia reuni, kegiatan di Monas nanti adalah refleksi dari dua arus persaudaraan atau solidaritas (ukhuwwah): keummatan (ukhuwwah Islamiyyah) dan kebangsaan (ukhuwwah wathoniyah). Dua dari tiga visi ukhuwwah (yang satu lagi, ukhuwwah basyariyyah, solidaritas kemanusiaan)  yang selama ini menjadi ciri khas kaum nahdlyiin, kini diapropriasi oleh kelompok Islam politik ini.

Kemampuan kelompok 212 untuk mentransformasi gerakan mereka melampaui batas keummatan dan mencakup kebangsaan tsb, tak bisa disepelekan jika dilihat dr perpsektif politik oposisi saat ini. Sebab melalui kemampuan melakukan apropriasi vis tsb, kelompok Islam politik itu makin punya kesempatan memerluas daya tarik politik dan sayap pengaruhnya, karena kalim lebih inklusif dalam berpolitik dalam rangka mobilisasi dukungan publik.

Dalam kondisi politik elektoral pasca-Piplpres yang semakin ringkih dan tidak terkelola dengan efektif dalam hal oposisi, tak pelak lagi upaya alumni 212 ini menjadi sangat menarik untuk dipantau dan dicermati. Apakah akan mampu untuk benar2 menggalang kekuatan oposisi yang lebih inklusif atau hanya menjadi slogan belaka. Apakah kelompok ini, setelah melakukan perluasan visi perjuangannya, mampu menjadi alternatif kekuatan politik Islam di Indonesia? Dsb dst.

Untuk sementara, orang bisa mengatakan bahwa gerakan reuni 212 ini masih belum beranjak dr tujuan mengembalikan Imamm Besar Habib Rizieq Syihab (HRS) pulang ke tanah air saja. Tapi bisa juga orang mengatakan bahwa reuni tsb nenjadi awal dari sebuah gerakan oposisi thd PJ yang bersifat inklusif, populis, dan, karenanya, memberi alternatif bagi kondisi politik elektoral yang makin  mlempem dan anomali bagi demokrasi, karena hanya menjadi alat kepentingan parpol dan oligarki.

Kita cermati terus bagaimana perkembangan penyelenggaraan reuni 212 dan reaksi PJ dan kelompok-kelompok masyarakat sipil Indonesia yang peduli dengan demokrasi. Dari tayangan video yang saya tautkan di bawah ini, tampak reaksi pihak PJ masih penuh retorika dan keraguan. Sebaliknya, pihak 212 terkesan yakin dan punya semangat baru dengan slogan "ukhuwwah Islamiyyah dan wathoniyyah" nya. IMHO.

Simak tautan ini:


Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS