Thursday, July 29, 2021

VAKSIN COVID-19 & PENURUNAN TITER ANTIBODI



Oleh Lily Hikam, PhD*)

Belakangan ini, publik dibanjiri informasi mengenai penurunan kekuatan titer antibodi (titer antibody) yang dimiliki oleh vaksin COVID-19 tertentu. Penurunan titer antibodi sebenarnya sangat umum terjadi setelah vaksinasi. Misalnya, jika kita mendapat vaksinasi tetanus, maka dianjurkan untuk mendapatkan suntikan booster setiap 10 (sepuluh) tahun untuk menjaga kekebalan karena titer antibodi yang akan berkurang dari waktu ke waktu.

Itulah sebabnya,  jika vaksin COVID-19 seperti misalnya buatan Sinovac (merek dagang: CoronaVac) ditemukan mengalami penuruan titer antibodi penetralisir setelah 6 bulan, hal ini bukan sesuatu yang luar biasa atau janggal, apalagi bahkan diduga indikasi bahwa Sinovac tidak efektif atau kurang bermutu, atau "buruk". Sama sekali bukan!

Studi yang dilakukan (meskipun belum di peer-review, jadi kita harus berhati-hati saat menafsirkan dan menarik kesimpulan dari data) cenderung menunjukkan bahwa antibodi penetral dari CoronaVac memudar setelah 6 (enam) bulan pasca-injeksi dua dosis utama, tetapi titer antibodi meningkat setelah pasien diberi suntikan ketiga CoronaVac. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa titer antibodi dapat diremajakan dengan menggunakan vaksin COVID-19 lainnya seperti vaksin AstraZeneca dan Pfizer.

Adalah sebuah fakta bahwa hampir SEMUA vaksin memerlukan booster untuk menjaga kekebalan tubuh Anda terhadap penyakit yang Anda divaksin. Tetapi mungkin salah satu penyebab mengapa kabar terkait titer antibodi vaksin Sinovac ini ramai diperbincangkan adalah karena banyak dari kita yang masih beranggapan bahwa vaksin itu sama obat yang menyembuhkan atau menghilangkan penyakit. Seolah kemudian muncul pertanyaan yg bernada keraguan: “Jika vaksin hanya "bertahan" selama enam bulan, apa gunanya divaksinasi?”

Pada kenyataannya, vaksin hanyalah salah satu bagian saja dari langkah-langkah untuk mengurangi keparahan penyakit, mengurangi angka kematian akibat penyakit, dan membatasi penyebaran penyakit sehingga varian virus yang perlu dikhawatirkan lebih sedikit. Sampai saat ini kita masih belum memiliki obat-obatan yang secara khusus mengobati COVID-19. Sejauh ini apa yang kita miliki adalah obat-obatan yang mengobati gejala COVID-19 dan vaksin-vaksin yang sangat membantu dalam mengurangi jumlah penularan dan kematian akibat COVID- 19. Tetapi itupun masih dengan catatan vaksin-vaksin ini diberikan kepada banyak orang atau bersifat massal.

*) Research manager PT. Kalbe Farma; research fellow INFID

Note:

https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.07.23.21261026v1

Share:

Wednesday, July 28, 2021

TUNISIA & KRISIS POLITIK


Republik Tunisia, negeri pemicu Arab Spring pada 2010 itu, kini sedang mengalami krisis politik. Presiden Kais Saiyed (KS), menyatakan pembekukan Parlemen, memberhentikan Perdana Menteri, dan menyatakan negara dalam keadaan darurat menurut Pasal 80 Konstitusi negara tsb.

Demokrasi di Negeri Musim Semi Arab itu bisa terancam kembali ke otorotarianisme atau, setidaknya, kegaduhan dan instabilitas nasionalnya. Para pendukung KS merayakan "power grab" ini dengan sukacita. Militer negeri tsb pun buru-buru mengamini dan menopang KS. Sebaliknya, partai politik terbesar Tunisia, An Nahda, menolak keputusan sang Presiden. Dan, tentu saja, para pendukungnya ikut menentang kudeta "konstitusional" tsb.

Krisis ekonomi, kegagalan menangani pandemi Covid19, dan pertikaian elite politik (utamanya antara KS vs Parlemen) menjadi sebab utama. Setidaknya, demikianlah menurut laporan media dan analisa para pakar. Semoga segera ada kejelasan dan Tunisia kembali menjadi salah satu negara demokrasi yg stabil. Aminn..

Simak tautan ini:

1.
https://youtu.be/CJNiYe_nDng
2. https://www.bbc.com/news/world-africa-57958555
3.
https://www.hrw.org/news/2021/07/27/tunisia-presidents-seizure-powers-threatens-rights
4.
https://youtu.be/BoTnN-GyXn8
5.
https://www.telegraph.co.uk/world-news/2021/07/27/tunisias-prime-minister-military-labour-union-accept-presidents/
Share:

Tuesday, July 6, 2021

MENYIAPKAN BANGSA MENGHADAPI COVID-19: PANDANGAN SEORANG EPIDEMIOLOG



Simak dengan baik podcast di bawah ini: Dialog antara epidemiolog UI, dr. Pandu Riono, MPH, PhD, dengan Harsubeno Arief dari FNN. Judul podcast ini sepintas terkesan bombastis, tetapi sebenarnya ingin menekankan bahwa pandemi Covid-19 ini akan berlangsung lama dan karenanya harus dihadapi dengan penuh kewaspadaan dan konsistensi dalam penerapan kebijakan publik. Sebab belum ada yang tahu kapan pandemi ini akan berakhir, terkait dengan fakta bahwa virus ini bermutasi terus dan dengan cepat. Tanpa kebijakan yang tepat dan konsisten, maka Indonesia juga akan terus menjadi negara yg menjadi sasaran penularannya.

Hemat saya, yang perlu kita simak dari dialog ini adalah pandangan dan analisa Dr. Pandu yang sangat terbuka dan kritis namun pada saat yang sama menunjukkan bagaimana langkah yang semestinya dilakukan baik dalam konteks pribadi, komunitas, dan kebijakan oleh para penyelenggara negara. Kebijakan publik yang selama ini diterapkan, menurut beliau, masih belum benar-benar mengutamakan dimensi kesehatan dan konsistensi. Beliau mengelaborasinya dalam berbagai permasalahan yang terkait dengan kasus-kasus penanganan pandemi, kapasitas dan kemampuan kelembagaan, termasuk dalam bidang komunikasi publik yg terkait dengan kebijakan penanggulangan pandemi.

Menyadari bahwa Indonesia masih akan lama menghadapi pandemi ini, seharusnya Pemerintah memiliki kebijakan publik yang tepat dan konsisten. Masyarakat juga perlu mendapat informasi yang tepat agar mereka bisa terlibat sepenuhnya sesuai dengan kapasitas mereka pada setiap level. Kondisi saat ini, masih menurut epidemiologis UI tsb, sudah pada level yang mengkhawatirkan jika dilihat dari jumlah angka peningkatan penularan Covid-19 dan korbannya. Pemerintah tak seyogyanya menutup-nutupi kenyataan tsb, karena justru akan semakin mempersulit kepercayaan (trust) dari publik yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan.

Silakan menyimak podcast ini dari awal sampai akhir secara utuh dan kemudian memberikan komentar. Trims (MASH)

https://www.youtube.com/watch?v=Y0tGelwFkdA
Share:

Sunday, July 4, 2021

IBU RACHMAWATI SOEKARNOPUTRI TELAH TIADA



Innalillahi wa inna ulaihi Roji'un
. Putri Proklamator Kemerdekaan RI dan Presiden 1, yang juga adik mantan Presiden ke 5 RI, Megawati Sokarnoputri, itu telah dipanggil di sisi Tuhan YME. Almarhumah berusia 70 th ketika wafat di RSPAD Jakarta Pusat.

Saya pernah bertemu dan berbincang dengan almarhumah dahulu, ketika saya diajak oleh almaghfurlah GD ke rumah beliau. Waktu itu GD masih Presiden ke 4 RI dan saya salah seorang angota Kabinet. Tidak ada acara ataupun undangan resmi apapun di rumah Ibu Rachma almarhumah. Hanya GD suatu sore, seingat saya, mengajak saya ke rumah Ibu Rachma dan ngobrol gayeng di sana.

Sudah menjadi pengetahuan seluruh rakyat Indonesia bahwa beliau, almarhumah mbak Rachmawati, adalah sosok yg jujur dan terbuka, serta berani menyampaikan apa yg menjadi pemikiran dan pandangannya. Kita sebagai bangsa sangat bangga dengan sosok pemimpin seperti almarhumah. Kita masih ingin mendengar pandangan dan wisdom beliau, namun Allah swt telah memanggil almarhumah lebih dahulu.

Bangsa Indonesia kembali kehilangan salah seorang putri terbaiknya, sosok yg bisa menjadi suri tauladan bagi rakyatnya. Selamat jalan Ibu Rachmawati, doa seluruh bangsa menyertai. Alfatihah...🤲🧡🌹
Share:

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS