Tuesday, May 13, 2008

KABAR DARI LA JOLLA, CALIFORNIA (7)

080510 enhanced phoot of Mr Cooper & Mr Lipper_2  Martin Cooper dan Arthur Lipper

1. Sabtu 10 Mei 2008: Barangkali, hari ini adalah yang paling menyenangkan selama saya berada di La Jolla hampir dua minggu terakhir ini. Bukan karena cuaca berubah lebih cerah dan udara tidak lagi dingin, karena kenyataannya langit tetap kelabu dari pagi sampai petang dan dingin tetap menusuk tulang. Bukan pula karena saya jalan-jalan ke tempat rekreasi seperti kebun binatang dan  Aquarium San Diego, atau ke Taman Balboa yang kesohor di kawasan California Selatan. Bukan juga karena makan enak, walaupun harus saya akui hari ini untuk pertama kalinya, sejak meninggalkan Jakarta, saya makan nasi di restoran Cina di Ranch Market, sebuah super market yang menjual segala macam barang produk Asia. Dan seperti kita tahu, bagi orang Indonesia, kalau belum makan nasi rasanya belum makan, apa lagi lebih dari dua minggu lamanya. Yang membuat saya merasa hari ini menyenangkan adalah saya bertemu dengan dua orang tokoh bisnis dan penemu teknologi  sekaligus wirausahawan yang ternama di Amerika. Mereka adalah Arthur Lipper dan Martin Cooper. Mungkin dua nama ini tidak terlampau dikenal di Indonesia, kecuali mereka yang telah lama bergelut dalam bisnis  dan wirausaha global dan mereka yang keranjingan teknologi telekomunikasi, khususnya ponsel. Saya pun, seandainya tidak memperoleh fellowship ke UCSD, barangkali tidak terlalu tertarik, atau kalau pun tertarik hanya akan bertemu di Google atau Wikipedia dan buku-buku bisnis, wirausaha, dan teknologi informatika. Padahal, di Amerika dan dinegara-negara besar di Eropa dan Asia, sebut saja Jepang, Korea, Taiwan, dan CIna, nama kedua raksasa ini sudah jadi buah bibir, mungkin sejajar dengan Bill Gate dari Microsoft, kendati mereka berdua dari generasi yang lebih tua. Mengapa mereka berdua begitu terkenal? Saya akan coba tuturkan satu demi satu.

Arthur Lipper adalah pebisnis keuangan, penulis, pengajar, dan filantrofis kelas utama di Amerika. Saat ini, selain menjadi anggota Dewan Penasihat Internasional di IR/PS UCSD, ia memegang jabatan-jabatan mulai dari Direktur, Komisaris, anggota Dewan Penasihat dari sekitar 25 perusahaan dan lembaga-lembaga keuangan top yang tersebar di lebih 22 negara di Amerika, Eropa dan Asia. Saat ini dia dikenal sebagai Pimpinan Group British Far East Holdings Ltd., sebuah perusahaan induk untuk masalah keuangan dan konsultan bisnis. Buku-bukunya diterbitkan antara lain oleh Barron's dan tulisannya tersebar di berbagai periodikal, majalah, newsletters, dan rubrik-rubrik bisnis terkemuka seperti San Diego Business Journal, Pittsburgh Executive Report, Access Business Daily Newspaper, dsb. Buku larisnya antara lain The Franchise Advantage (1987), The Complete Guide to Venture Capital (1987), Beyond IBM (1989), Knives and Knaves of Corporate Boardrooms (1989), dan Library of Investment Banking: Capital Raising and Financial Structure (1990).Ceramah-ceramah bisnis dan kuliah-kuliahnya di berikan di Universitas-universitas besar seperti Harvard, UCLA, Yale, Boston, Northwestern, Texas at Austin, Darthmouth disamping berbagai perguruan tinggi dan kalangan bisnis di pusat-pusat korporasi seantero Amerika. Lulusan Kenan Institute of Private Entrepreneur milik Kenan Business School University of North Carolina, dan  Wharton Business School, University of Pennsylvania, ini mulai merangkak dari bawah di dunia bisnis keuangan tahun 1954. Menikah dengan Anni Lipper, migran dari Denmark lebih dari setengah abad lalu, dia melanglang buana dalam rangka mengembangkan sayap bisnisnya, termasuk di Indonesia pada tahun enampuluhan dan awal tujuhpuluhan di mana ia mendirikan PACTO bersama Hasyim Ning dan berteman akrab dengan almarhum Ibnu Sutowo, boss Pertamina di zaman awal Orba. Bisnisnya di kawasan Asia Tenggara kini diteruskan oleh anaknya, Greg Lipper, yang memiliki korporasinya sendiri dan bermarkas di Singapura. Tak puas dengan kiprah di dunia bisnis Barat yang sangat dikenalinya, Arthur pun melangkah ke dunia Arab di mana dia membantu negara-negara petro dollar seperti UAE untuk menerapkan sistem Syariah dalam kiprah ekonomi global, seperti pasar modal dan perbankan. Proyeknya yang menurutnya paling ambisius saat ini adlah membuat aturan-aturan pasar modal di Dubai yang kompatibel dan complied dengan hukum Islam! Pria yang memiliki cucu lima orang dari dua anak ini, kendati telah masuk dalam Fortune 500, toh hidupnya masih bisa disebut bersahaja. Kemana-mana menyetir mobilnya sendiri dan masih terus lalu lalang sendirian ke bagian-bagian dunia, kendati usianya sudah di ujung enampuluhan.

Martin Cooper adalah penemu dan sekaligus wirausahawan yang menekuni dunia telekomunikasi semenjak muda. Dialah penemu pertama telepon seluler pada 1973 ketika masih menjadi Direktur Riset dan Pengembangan (R & D) di Motorolla. Sejarah hidup Martin adalah sebuah perjalanan impian Amerika (American dream), seorang yang pekerja keras dan berhasil dalam dunia bisnis serta menjadi milyarder. Pria kelahiran Chicago pada 26 Desember 1928 ini, adalah lulusan Institut Teknologi Illinois pada 1950 (BE) dan 1957 (MS) sebelum bergabung dengan Bell Telephone dan kemudian pindah ke Motorolla , perusahaan dimana dia menemukan telepon selular yang dipatentkan dengan nomor US Patent 39606166 pada 17 Oktober 1973. Sepuluh tahun kemudian, telepon selular ciptaannya dipasarkan. Selama 29 tahun kemudian Martin bekerja untuk perusahaan paling depan dalam bidang telepon seluler sebelum ia mendirikan perusahaannya sendiri, ArrayComm, yang mengkhususkan diri dalam inovasi dan pengembangan teknologi antenna array pintar (smart array antenna) untuk meningkatkan kinerja jejaring nirkabel. Seperti Arthur, yang adalah sohib kentalnya dan partner bermain tenis dan berenang setiap hari minggu,  Martin juga sering melakukan perjalanan keliling dunia untuk bisnis dan memberikan berbagai ceramah dan seminar-seminar mengenai pengembangan teknologi seluler dan jejaring antenna array. Sebagai penemu dan sekaligus wirausaha, Martin sangat beruntung menikahi Arlene Harris Cooper, seorang pengusaha perempuan yang juga penemu telepon seluler yang tidak memerlukan fitur terlalu rumit, namun unggul dalam teknologi interface. Penemuan Arlene yang sekarang sedang "in" adalah ponsel "JitterBug"yang dirancangnya dan diproduksi serta dipasarkan oleh Samsung. Ponsel dengan desain lonjong, mudah dipakai  dan dengan ciri khas nomor-nomor yang besar bentuknya, sangat digemari khususnya di kalangan para manula yang tidak mau direpotkan oleh fitur-fitur terlalu banyak namun pada kenyataannya tidak terpakai itu. Martin dan Arlene, disamping menjadi pemilik ArrayComm, juga mendirikan GreatCall, perusahaan yang membuat JitterBug  pada 2006. Kalau Arthur adalah penulis handal, sebaliknya dengan Martin yang tidak mau terjun dalam tulis menulis buku, kendati sudah sering dirayu oleh Arthur dan para penerbit. Bagi Martin, innovasi teknologi adalah kerja keras dan terus menerus dan akan lebih langsung bisa dimanfaatkan apabila dapat diubah menjadi bisnis dan digunakan oleh banyak orang. Semboyan Martin yang paling dikenala adalah: "Teknologi hanya bisa benar-benar disebut 'teknologi' kalau ia berguna bagi masyarakat." Bagi Martin, manusia akan terus menciptakan sains dan memproduksi sesuatu, tetapi pada akhirnya manusia harus menciptakan teknologi. Pada saat itulah orang harus membuat kehidupan masyarakat lebih baik, katanya.

2. Sejatinya, semula saya hanya akan bertemu dengan Arthur karena kebetulan beliau adalah anggota penasehat internasional IR/PS. Pada resepsi ultah IR/PS dan acara-acara seminar, Arthur yang hadir dengan istrinya, Anni, tak sempat bicara banyak dengan saya dan karenanya ingin membuat acara khusus sendiri agar lebih nyaman ngobrol denan saya. Malam Minggu itu kami sepakat untuk makan di restoran Cina di dekat tempat tinggalnya di kawasan elit Del Mar. Ternyata, Martin dan Arlene berdua diundang ditambah kenalan saya yang juga teman lama Arthur dan Anni, yaitu Julie Hill (yang namanya pernah saya sebut di laporan sebelumnya). Julie tinggal di kawasan elite La Jolla yang lain, yaitu Rancho Santa Fe yang, sesuai namanya, dulunya dikenal dengan tanahnya yang luas untuk pemilik ranch kuda-kuda pacu. Saat ini Rancho Santa Fe adalah pemukiman jet set dan para pensiunan karena daerahnya yang sejuk dan di perbukitan nan hijau. Makan malam di restoran yang masakannya khas Tze Chuan itu berlangsung sekitar dua jam dan dilanjutkan dengan dessert fruit salad di rumah Julie sehingga bertambah sejam lagi! Kesan saya yang mendalam selama obrolan dan makan malam itu adalah penampilan mereka yang begitu bersahaja, jauh bedanya dengan para elite yang sering saya jumpai di Jakarta. Dengan reputasi dan kekayaan yang mereka punyai saat ini, juga pengalaman bisnis dan perjalanan di seluruh pelosok dunia, maka orang akan maklum jika gaya mereka akan beda dengan orang kebanyakan. Tetapi tidak demikian dengan Arthur dkk. Mereka tetap sederhana dan hanya ketahuan bahwa mereka bukan orang kebanyakan manakala mulai ngobrol soal-soal yang berkaitan dengan keilmuan, seni, dan politik global. Di sana kosmopolitanisme mereka kemudian tampak menonjol jika dibanding dengan umumnya orang Amerika yang sering tidak memiliki pemahaman cukup baik mengenai masalah-masalah di luar Amerika. Bagi saya, ngobrol dan bertukar pikiran dengan Arthur, Martin, Arlene, Anni, dan Julie adalah sebuah pengalaman batin dan intelektual yang jarang sudah begitu lama tidak saya jumpai.

Arhur banyak menyinggung mengenai problematika ekonomi Amerika yang menurutnya semakin merosot ditambah kualitas kepemimpinan politik yang tidak punya visi cukup baik untuk mengangkat kembali posisi masyarakat Amerika di dunia yang sedang berubah. Pesimisme Arthur bahkan termasuk jika Obama menjadi Presiden terpilih nanti, kemungkinan besar dia tidak akan mampu memenuhi janjinya untuk melakkan perubahan sistem yang sudah begitu rusak semenjak lama. Pemerintah terlalu dikontrol oleh kekuatan bisnis besar dan tidak mampu memberikan perlindungan terhadap kelompok miskin dan tertinggal yang jumlahnya kian besar dan makin cenderung konservatif. Perang Irak, menurut Arthur, hanya akan membuat ekonomi AS makin terkebelakang dan bisa jadi akan dikalahkan oleh Cina yang tidak memiliki problem internal dan eksternal sebesar Amerika. Ketika saya tanyakan mengenai prospek negara di Asia Tenggara di masa depan, Arthur menganggap Singapura sebagai contoh keberhasilan negara dalam mengatur masyarakat dan ekonomi. Baginya Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar, namun korupsi masih menjadi kendala utama bagi kalangan bisnis internasional untuk masuk dengan tingkat kepercayaan yang cukup tinggi. Martin yang juga pernah berpengalaman dengan pemerintah Malaysia dalam negosiasi kontrak penerapan teknologi antenna arraynya, juga berpendapat bahwa negara-negara di Asia Tenggara cenderung tidak bisa dipercaya untuk memfasilitasi bisnis dari luar. Hal ini disebabkan negara acapkali menjadi pemain langsung demi kepentingan kelompok tertentu. Akibatnya para pebisnis yang menginginkan kepastian dan efisiensi sering merasa frustrasi dan tidak jarang mengundurkan diri karena merasa tidak nyaman. Ketika saya menjelaskan bahwa Indonesia saat ini sedang berupaya melakukan pemberantasan korupsi secara lebih serius ketimbang sebelum reformasi, mereka berharap upaya tersebut akan berlanjut secara konsisten. Arthur dan Julie, yang pernah punya pengalaman bisnis dengan orang-orang yang berkuasa pada masa awal Orba, sangat khawatir apabila korupsi di Indonesia tak dapat dibasmi sampai tuntas, harapan untuk bisa berkompetisi dengan negara-negara lain di bidang investasi akan sulit terwujud karena akan membuat para pebisnis dan investor dari luar semakin menjauh.

3. Sambil menikmati fruit salad, saya diam-diam mengamati Julie dan Anni mendekor rumah mereka. Keduanya ternyata menyukai karya-karya seni Indonesia, misalnya  batik buatan Yogya dan Solo, berbagai patung dari Bali, lukisan-lukisan tenun, dan ukiran-ukiran motif batik pada lempengan tembaga. Mengenai ukiran batik di atas logam ini, yang disebutnya  batik scluptures, Anni mengatakan pada saya, dia pernah memiliki koleksi sampai 4000 keping yang dibawanya dari Yogya atau Solo (dia lupa pastinya) pada akhir tahun enampuluhan. Saking banyaknya, sampai seluruh tembok salah satu kamar rumahnya di New York City dipenuhi dengan lempengan logam berukir batik tersebut. Sering karya seni yang rumit dan indah itu dipamerkan di Museum-museum seni (karena dia juga kurator di beberapa museum seni) di berbagai kota di AS. Setelah Anni berpindah ke La Jolla dan tinggal di rumah yang agak kecil, sebagian besar ukiran tersebut dia serahkan ke Museum Balboa di San Diego. Di rumahnya mungkin kini tinggal beberapa belas saja yang dipanjang di salah satu ruang tamu. Kendati Julie Hill tidak mengumpulkan ukiran-ukiran logam seperti Anni, tetapi ia mengoleksi cukup banyak batik, baik tulis maupun cap, khususnya dari Solo. Sebagai seorang yang memiliki hobi berkeliling dunia, dia juga mengumpulkan banyak karya seni dari berbagai belahan dunia sehingga rumahnya mirim Museum seni rupa. Untung Julie memiliki selera seni yang cukup baik, sehingga penataan rumahnya tidak kelihatan riuh rendah dengan segala rupa barang seni. Anni dan Julie menjadi sahabat dekat, konon, karena keduanya menyukai batik. Latar belakang mereka yang berbeda, Anni yang Denmark dan Julie yang Yunani, toh tidak menghalangi keduanya untuk mengapresiasi keindahan seni batik dari Jawa. Sambil bercanda saya mengatakan bahwa masih ada batik yang lebih bagus, yaitu batik dari Cirebon. Kontan saja mereka meminta saya untuk mencarikan!
Jam 11.00 malam saya baru kembali ke apartemen. Perbincangan dan tukar pikiran saya dengan Arthur dkk malam ini sangat berarti bagi pemahaman saya mengenai bagaimana bangsa lain memandang Indonesia di tengah-tengah perubahan besar, bernama globalisasi. Indonesia memang dianggap memiliki potensi untuk menjadi sebuah bangsa yang besar, namun untuk aktualisasinya ternyata masih jauh dari mampu, karena kelemahan sistem dan kepemimpinan dalam politik dan kesiapan sumberdaya manusia di masyarakatnya. Kendati pandangan seperti ini sudah banyak dibicarakan dalam wacana publik di tanah air, tetapi rasanya sangat berbeda apabila ia muncul dari pihak yang berada di luar dan menaruh simpati. Semoga kita masih mau mendengar dan belajar dari orang lain.

 


(bersambung)

m.a.s.h
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS