Wednesday, September 15, 2010

WAWANCARA IMAJINER DENGAN GUS DUR (8)

Oleh Muhammad AS Hikam













Suara tadarrus terdengar lembut di kamar tempat Gus Dur. Beliau tampak sangat asyik mendengarkan ayat-ayat suci Al Qur'an yang sedang dibacakan. Saya mendekat dan sedikit berbisik menyapa beliau:

"Assalamu'alaikum, Gus.."

"Eh, Kang.. gak tahu sampean datang. Piye, waras tah... Sudah agak lama gak kesini-sini.." Sambut Gus Dur sembari memperbaiki posisi duduknya, nyender di tiang yang berwarna hijau giok.

"Iya Gus, rada banyak kerjaan akhir-akhir ini di kampus." Jawab saya setelah mencium tangan beliau.

"Gimana kabar sampean sekarang, terakhir sampean bilang mengajar ya.. Bagus lah kembali ke akademia. Gak lali tah sampean karena sudah lama jadi politisi, hehehe.."

"Ya dipaksa-paksain lah Gus, alhamdulillah kok ya lancar-lancar saja. Tapi memang perlu waktu menyesuaikan diri. Parpol gak menarik Gus sekarang, mungkin karena parta-partai makin jauh dari komitmen Reformasi..." Kilah saya

"Sabar saja, kang.. namanya juga perjuangan, perlu waktu dan konsistensi. Gak masalah dimana tempatnya, yang penting masih mau dan berani mengemukakan apa yang benar dengan jujur, tidak dibuat-buat." Kata Gus Dur menasihati.

"Suwun, Gus. Ini kebetulan sedang Ramadhan dan juga Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, kira-kira catatan panjenengan apa Gus untuk Republik?" Tanya saya

"Yah, semoga para pemimpin Indonesia makin dewasa dan menyadari beban tugas yang berat menjalankan amanat UUD dan para pendiri bangsa. Tapi saya juga khawatir kondisi bangsa kita makin jauh dari semangat para pendiri bangsa.." Gus Dur menjawab sambil menerawang.

"Maksudnya jauh dari semangat itu bagaimana Gus?"

"Kan makin ke sini tampaknya kecenderungan mementingkan diri sendiri baik di kalangan pemimpin dan rakyat semakin kuat. Akhirnya rasa memiliki dan kebersamaan jadi makin menipis dan negara RI lantas menjadi seperti tidak bertuan."

"Tapi kan tampaknya tenang-tenang saja, Gus, malah kalau saya dengar dari orang-orang di luar Indonesia, mereka memuji-muji negeri kita sebagai salah satu cerita sukses membangun demokrasi."

"Ah, itu kan ya khannu mereka saja supaya kita terbuai. Kenyataannya sekarang rakyat makin tidak punya rasa solidaritas antar sesama. Kekerasan antar-agama dan kepercayaan malah seperti menjamur, negara kita dikapling-kapling oleh asing dengan dalih investasi, sementara posisi kita di percaturan internasional kan memelas. Itu lihat saja insiden dengan Malaysia. Kan memalukan, itu... Mestinya kita ya harus tegas menghadapi intervensi di wilayah kedaulatan kita. Sejak saya tidak jadi Presiden negara seperti malaysia dan Singapur makin kurang sopan saja kepada kita." Kata Gus Dur panjang lebar.

"Kan sudah dilakukan negosiasi Gus, bahkan petugas kita yang ditahan di Johor sudah dilepas." Say mencoba memberikan argumen

"Itu kan hanya di permukaan, tetapi sebagai sebuah test case, kelihatan Indonesia kan gak siap toh dengan pendadakan seperti itu?" Kilah Gus Dur

"Iya sih.."

"Dan itu kan bukan cuma sekali kita dibodohin dan dilecehkan terang-terangan, seperti soal Ambalat dll. Kalau yang dibodohin soal lain yang tak diketahui orang banyak, wah lebih banyak lagi. Dengan Singapur, soal Telekomunikasi, dengan Malaysia soal kebun-kebun sawit dan macem-macem lah. Alhasil, Kang, kalau pemimpin Indonesia hanya meilhat kepentingan sendiri dan kelompoknya, ya memang gak ada masalah, wong mereka juga saling kerja sama kok!" Gus Dur suaranya rada meninggi

"Gus, apakah kalau begitu panjenengan sepakat kalau sebagian orang mengusulkan tindakan tegas terhadap Malaysia?"

"Ya lihet dulu, tegas itu maunya apa. Kalau main kekerasan ya jelas saya gak setuju. Para pemimpin Malaysia kan sebagian juga kawan-kawan saya seperti Datuk Mahatir, Pak Lah, dll. mereka bisa kok diajak omong dan memahami. Repotnya sekarang kan yang berkuasa ini kurang gaul, jadi kalau ada apa-apa cuma mlungker dan membela diri. Lha siapa yang mau nganggep kita? Nekakno Obama wae ora iso ngono kok (mendatangkan Obama saja tak bisa kok)." Kata beliau

"Hahahaha... " Kami berdua cekakaan

"Kalau panjenengan bisa Gus mendatangkan Obama? Kan katanya neliau khawatir serangan teroris kalau ke Indonesia"

"Alaah.. itu kan alasan pemerintah aja. Obama itu orang pemberani kok. Wong setiap hari yang namanya Presiden Amerika itu puluhan ancaman yang dilontarkan kepadanya. Kan sudah biasa itu, apalagi keamanan kepresidenan AS dengan Secret Service, CIA, FBI dlsb itu sudah punya keahlian dan pengalaman yang cukup. Ke Irak dan Afghanistan saja gak masalah kok Kang... Ya Indonesianya itu yang takut ini takut itu. Soal teroris, kan intelijen kita juga sudah tahu siapa-siapa yang di belakangnya. Tanya saja ke Pak As'at Waka BIN..hehehe.."

"Kalau begitu, kasihan juga ya Gus, mau mendatangkan Obama saja tiga kali ditunda dan yang terakhir malah gak ada time frame. Itu artinya apa Gus secara geopolitik?." Saya mencoba mendesak GD

"Artinya ya kita sebenarnya gak dianggep. Lebih penting Taliban, Al Qaeda dll yang hanya kekuatan bukan negara (non-state powers) itu. Lha gimana mau dianggap kalau kita tidak punya pendirian yang tegas dan jelas. Lihat Datuk Mahathir, lihat Ahmadinedjad, bahkan lihat itu siapa Perdana Menteri Turki.."

"Erdogan, Gus.."

"Ya, Tayep Recep Erdogan. Ketiga orang itu sangat disegani Amerika karena jelas posisinya dan tidak gapang dipengaruhi. Terlepas saya tidak sependapat dengan beliau-beliau soal konsep relasi hubungan negara dan Islam, tapi saya sangat salut. Saya sangat menghormasi tokoh seperti Ayatullah Khomeini dan Mao Zedong, bukan karena saya sepakat tetapi karena keberan dan kepemimpinan mereka membawa negara-negaranya bebas dari kolonialisme dan ketergantungan.."

"Tapi begini, Gus, kayaknya rakyat kita juga lebih suka pemimpin yang kalem-kalem seperti Pak SBY dan mBak Mega..."

"Karena rakyat sekarang makin jauh dari elan kebangsaan dan makin sibuk mengurus diri sendir, akibat kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan. Jangan dikira Pak Harto itu kalem, lho kang. Di luar kelihatan senyam senyum, tetapi kalau sudah ambil keputusan ya tegas dan tough juga. Apalagi BK. Habibie saja mendingan berani tegas sehingga reformasi berjalan di masa awal. Sayangnya baik Pak Harto dan Habibie terlalu dibujuki sama orang-orang sekitarnya yang tidak jujur.."

"Sama dong dengan panjenengan... maaf Gus.."

"Hehehe.. sampean tahu sendirilah. Maksud saya, sebenarnya kalau pemimpin tegas, rakyat juga akan mendukung walaupun barangkali tidak populer dan beresiko. Kalau kalem-kalem tapi mbulet ya gimana..?"

"Iya ya Gus, kan sekaang banyak yang kangen sama panjenengan. Di maqbaroh panjenengan sangat rame, ribuan orang tiap hari ziarah, tuh. Saya juga sempay ke sana.."

"Ya suwun Kang, saya juga tahu. Cuma saya ini repot, kok ada kabar mau bikin pembangunan makam saya pake duit ratusan miliar itu lho. Maunya Pemerintah sih baik, tapi apa ya perlu..?"

"Ooo, panjenengan sudah pirsa to Gus?"

"Kemarin kita-kita mantan Presiden RI ngobrol-ngobrol, Pak Karno, Pak Harto sama saya. Juga ada Bung Hatta.Kita-kita ngrasani soal makam yang heboh-heboh yang ternyata tidak terlalu berguna untuk orang banyak. Malah ngrepoti kalau aksesnya dipersulit birokrasi. Mbok ya sudah seperti makam para wali dan ulama yang sederhana saja, yang penting bersih dan rapi." Kata GD ngudo roso.

"Ya sudahlah Gus, kan memang maunya menghormati panjenengan. Saya sendiri lebih nyaman dengan makam yang sekarang, akrab dengan para santri dan sangat mudah diakses. Yang pelru diatur kan cuma bagaimana parkir yang tidak jauh, itu saja, hehehe..."

"Semoga tulisan sampean ada yang baca sehingga disampaikan ke Pemerintah. Saya sangat senang kalau rakyat merasa akrab dengan saya seerti dulu juga selalu berusaha tetap dekat dengan mereka."

"Insya Allah, Gus. Saya permisi dulu ya Gus.." Kata saya pamitan sambil cium tangan

"Monggo-monggo, Kang. Ngomong-ngomong sudah niliki tempat buka di Karawang, ayam bakarnya Kaji Syafi'i yang dulu suka kita singgahi?"

"Wah, masih inget ya Gus. Saya sudah lama pengen ke sana, cuma takutnya sudah berubah Gus, kan sudah lebih dari sepuluh tahun gak ke sana..?" Saya kaget juga diingatkan oleh beliau.

"Tanya saja ke Kaji Sulaiman, nanti kan diantar... hehehe..." ujar GD sambil tertawa.

"Inggih Gus, Insya Allah saya cari Kaji Sulaiman nanti...

"Assalamu'alaikum, Gus.."

"Salaam...".
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS