Monday, October 11, 2010

BUNG KARNO DAN PAK HARTO SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL: WHY NOT?

Oleh Muhammad AS Hikam
President University




Bangsa yang besar,  adalah bangsa yang dapat menghargai para pahlawannya. Kata-kata alm. Bung Karno yang adalah Proklamator dan Presiden Pertama RI ini entah sudah berapa ribu kali kita dengar dan ucapkan. Tetapi faktanya, seringkali kita gagal untuk menaati atau konsisten dengan apa yang kita ucapkan tersebut. Bukti yang paling konkret adalah, tidak lain dan tidak bukan,  kegagalan bangsa ini untuk mengakui secara resmi bahwa Bung Karno, selain Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia, adalah juga berhak dan sudah seharusnya diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Alangkah ironisnya bangsa dan negara yang bernama Indonesia ini jika orang yang menjadi Proklamator dan Presiden pertamanya belum mendapat pengakuan resmi debagai Pahlawan Nasional setelah bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka selama 65 tahun. Padahal tidak ada argumen yang pantas untuk dilontarkan untuk menolaknya. Saya selalu mengatakan, sangat absurd misalnya untuk membayangkan bangsa Amerika Serikat tidak menganggap George Washington sebagai Pahlawan Nasional, selain sebagai salah satu Founding Fathers dan Presiden AS yang pertama. Kalaulah kebijakan politik BK pernah dianggap sebagai sebuah kekeliruan oleh sebagian para elite politik kita, namun apakah kemudian kekeliruan kebijakan politik tersebut lebih hebat dibanding jasa beliau memerjuangkan kemerdekaan bangsa dan mendirikan sebuah negara yang merdeka, berdaulat dan bermartabat?

Nah, kalau urusan memberi gelar Pahlawan nasional kepada BK saja masih ruwet begini, apalagi dengan Pak Harto yang mungkin juga masih memiliki banyak "lawan politik", kendati sejujurnya beliau juga pantas untuk mendapat gelar tersebut. Atau mungkin justru akan lebih banyak yang meminta Pak Harto didahulukan ketimbang BK, karena kekuatan politik yang sedang berkuasa memang lebih mendukung hal tersebut? Saya tidak dapat menjawabnya. Yang jelas jika bangsa ini tidak dapat keluar dari kontroversi ini maka kita akan menjadi bangsa yang bisa disebut tidak konsisten. (http://www.detiknews.com/read/2010/10/11/125836/1461099/10/tommy-soeharto-yakin-ayahnya-akan-jadi-pahlawan)

Bagi saya, bangsa ini sama sekali tidak akan dirugikan dengan menghargai jasa-jasa beliau-beliau yang memang sangat besar bagi perjalanan bangsa dan negara. Kita punya perbedaan pandangan dan bahkan ketidak sukaan terhadap kebijakan-kebijakan politik mereka. Namun sebagai anak bangsa, setelah dalam perjalanan menuju pendewasaan kita mampu mengoreksi beberapa kesalahan beliau berdua tersebut, apakah kita juga harus menafikan jasa besar mereka? Saya kira kedewasaan kita diperlukan dan generasi yang akan datang akan menilai kemampuan kita menghargai para pahlawannya.

Pemerintah dan para pemimpin masyarakat kiranya harus bisa melepaskan diri dari bayang-bayang trauma masa lalu, sehingga rakyat juga akan semakin memberikan penghargaan kepada mereka dan mencontoh kedewasan mereka. Ini barangkali semacam rekonsiliasi nasional dalm rangka penyembuhan psyche kita sebagai anak bangsa yang pernah terluka. Sebagaimana saya kemukakan ketika saya menulis mengenai pemberian gelar Pahlawan nasional kepada alm. Gus Dur, kiranya Pak SBY sebagai Presiden dan Pemerintah RI dapat berperan menjadi rekonsiliator bangsa, dengan mengupayakan kedua pemimpin tersebut mendapatkan kehormatan sebagaimana yang telah diberikan kepada Presiden ke IV RI tersebut. Semoga!
Share:

0 comments:

Post a Comment

THF ARCHIVE

FP GUSDURIANS