Stefanus Yugo Hindarto - Okezone.com
Jum'at, 01 Maret 2013 12:06 wib
Screenshot RCTI
JAKARTA- Mantan Ketua Umum Partai Demokrat
Anas Urbaningrum sejak pekan lalu terus menjadi buruan media. Bahkan, wajah
Anas kerap menghiasi halaman pertama media-media cetak nasional, usai
ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi proyek Hambalang. Sejumlah media
televisi nasional juga melakukan wawancara ekslusif dengan mantan ketua umum
HMI periode 1997-1999 itu.
Dalam setiap wawancara dengan stasiun televisi, Anas mencoba untuk mengklarifikasi setiap tudingan yang diarahkan kepadanya, termasuk tuduhan menerima Mobil Toyota Harrier yang membuatnya menjadi tersangka. Anas terus melawan. Anas mencoba membangun opini publik, sekaligus mengirimkan pesan-pesan khusus kepada publik dan juga lawan-lawan politiknya.
Satu hal yang menarik dalam setiap wawancara Anas dengan televisi nasional, ialah kehadiran gambar wajah pendiri pesantren Krapyak, Yogyakarta KH Ali Maksum. Hampir semua wawancara Anas dengan televisi nasional terpampang wajah mantan Rais Aam PBNU itu di sampingnya. Apa pesan yang ingin Anas sampaikan lewat gambar itu?
Menurut pengamat politik AS Hikam, setelah ditetapkan sebagai tersangka Anas memang kerap menggunakan simbol-simbol tertentu. “Bagi saya, foto KH Ali Maksum itu tak perlu dimaknai macam-macam, silakan orang menafsirkannya sendiri. Tapi mungkin juga Anas ingin mengatakan ke publik tentang "Siapa Anas", atau mungkin katakanlah, ingin menunjukkan hubungan dengan Nahdliyin,” kata Hikam kepada Okezone, Jumat (1/3/2013).
Kendati demikian, Hikam mengatakan, secara pribadi dia melihat, sah-sah saja Anas menggunakan simbol-simbol seperti gambar itu. "Itu haknya Anas, terserah dia mau menggunakan simbol agama, simbol budaya. Tapi semuanya tentu ada konsekuensinya, bisa saja nantinya justru berbalik. Semua ada resikonya, konsekuensi tidak selalu akan positif," tambah mantan Menristek itu.
Ketika ditanya, apakah foto KH Ali Maksum itu digunakan Anas untuk mencari dukungan dari warga Nahdlatul Ulama (NU), Hikam menjawab,”Itu kan tafsir orang, yang jelas saya tidak bisa mengatakan itu. Ya seperti yang saya bilang, mungkin saja, Anas ingin menunjukkan hubungannya dengan Nahdliyin. Istrinya Atthiyah Laila memiliki garis keluarga dengan Pondok Pesantren Krapyak,” ujarnya.
Hikam juga mengatakan, Anas adalah seorang politikus yang piawai, cerdik, dan sangat berbahaya. Selain menggunakan foto, dia juga kerap menggunakan simbol lain seperti dunia wayang. “Dalam wawawancara eksklusif di televisi, saya melihat bagaimana Anas menggelar strategi bertahan untuk menyerang dengan bungkus etiket Jawa dengan metafora yang diambil dari kisah Bharatayuda,” kata Hikam.
Anas seolah memposisikan diri sebagai Puntadewa yang menghadapi Kurawa yang adigang, adigung, adiguna, namun memiliki kuasa dan sumber daya luar biasa.
Kata Hikam, perlawanan Anas mirip dengan kisah perlawanan Pandawa yang terusir setelah peristiwa "Bale Segolo-golo", yang merupakan kreasi Mahapatih Sengkuni. Puntadewa saat itu harus memimpin para Pandawa yang kehilangan hampir semuanya, kecuali harga diri dan keyakinan sebagai pihak yang benar dan berhak sebagai pewaris sah Kerajaan Hastinapura dalam hal ini Partai Demokrat.
“Anas menggambarkan dirinya sebagai seorang anak kecil yang harus menhadapi dengan orang yang lebih tua, lebih berkuasa, lebih berpengalaman, dan tentu saja lebih kejam. Inilah sebuah jurus merendahkan diri meninggikan mutu yang lihai, karena Anas memosisikan dan mencitrakan lawannya sebagai segerombolan para penindas,” kata Hikam.
Dengan demikian posisi Anas yang tampak tertindas, justru menjadi sebuah posisi strategis karena ia adalah pihak yang benar, tetapi dizalimi, disia-siakan melalui berbagai skenario dan konspirasi.
Dalam setiap wawancara dengan stasiun televisi, Anas mencoba untuk mengklarifikasi setiap tudingan yang diarahkan kepadanya, termasuk tuduhan menerima Mobil Toyota Harrier yang membuatnya menjadi tersangka. Anas terus melawan. Anas mencoba membangun opini publik, sekaligus mengirimkan pesan-pesan khusus kepada publik dan juga lawan-lawan politiknya.
Satu hal yang menarik dalam setiap wawancara Anas dengan televisi nasional, ialah kehadiran gambar wajah pendiri pesantren Krapyak, Yogyakarta KH Ali Maksum. Hampir semua wawancara Anas dengan televisi nasional terpampang wajah mantan Rais Aam PBNU itu di sampingnya. Apa pesan yang ingin Anas sampaikan lewat gambar itu?
Menurut pengamat politik AS Hikam, setelah ditetapkan sebagai tersangka Anas memang kerap menggunakan simbol-simbol tertentu. “Bagi saya, foto KH Ali Maksum itu tak perlu dimaknai macam-macam, silakan orang menafsirkannya sendiri. Tapi mungkin juga Anas ingin mengatakan ke publik tentang "Siapa Anas", atau mungkin katakanlah, ingin menunjukkan hubungan dengan Nahdliyin,” kata Hikam kepada Okezone, Jumat (1/3/2013).
Kendati demikian, Hikam mengatakan, secara pribadi dia melihat, sah-sah saja Anas menggunakan simbol-simbol seperti gambar itu. "Itu haknya Anas, terserah dia mau menggunakan simbol agama, simbol budaya. Tapi semuanya tentu ada konsekuensinya, bisa saja nantinya justru berbalik. Semua ada resikonya, konsekuensi tidak selalu akan positif," tambah mantan Menristek itu.
Ketika ditanya, apakah foto KH Ali Maksum itu digunakan Anas untuk mencari dukungan dari warga Nahdlatul Ulama (NU), Hikam menjawab,”Itu kan tafsir orang, yang jelas saya tidak bisa mengatakan itu. Ya seperti yang saya bilang, mungkin saja, Anas ingin menunjukkan hubungannya dengan Nahdliyin. Istrinya Atthiyah Laila memiliki garis keluarga dengan Pondok Pesantren Krapyak,” ujarnya.
Hikam juga mengatakan, Anas adalah seorang politikus yang piawai, cerdik, dan sangat berbahaya. Selain menggunakan foto, dia juga kerap menggunakan simbol lain seperti dunia wayang. “Dalam wawawancara eksklusif di televisi, saya melihat bagaimana Anas menggelar strategi bertahan untuk menyerang dengan bungkus etiket Jawa dengan metafora yang diambil dari kisah Bharatayuda,” kata Hikam.
Anas seolah memposisikan diri sebagai Puntadewa yang menghadapi Kurawa yang adigang, adigung, adiguna, namun memiliki kuasa dan sumber daya luar biasa.
Kata Hikam, perlawanan Anas mirip dengan kisah perlawanan Pandawa yang terusir setelah peristiwa "Bale Segolo-golo", yang merupakan kreasi Mahapatih Sengkuni. Puntadewa saat itu harus memimpin para Pandawa yang kehilangan hampir semuanya, kecuali harga diri dan keyakinan sebagai pihak yang benar dan berhak sebagai pewaris sah Kerajaan Hastinapura dalam hal ini Partai Demokrat.
“Anas menggambarkan dirinya sebagai seorang anak kecil yang harus menhadapi dengan orang yang lebih tua, lebih berkuasa, lebih berpengalaman, dan tentu saja lebih kejam. Inilah sebuah jurus merendahkan diri meninggikan mutu yang lihai, karena Anas memosisikan dan mencitrakan lawannya sebagai segerombolan para penindas,” kata Hikam.
Dengan demikian posisi Anas yang tampak tertindas, justru menjadi sebuah posisi strategis karena ia adalah pihak yang benar, tetapi dizalimi, disia-siakan melalui berbagai skenario dan konspirasi.
(ugo)
0 comments:
Post a Comment