BENARKAH PENEMBAKAN BRIPTU RUSLAN "MURNI" PERAMPOKAN?

Saya tidak terlalu yakin bhw kasus penembakan polisi paling anyar, yg melibatkan Briptu Ruslan di Depok, adalah "murni" perampokan atau kriminalitas biasa. Menko Polhukam, Djoko Suyanto (DS), bisa dan sah-sah saja, menggunakan fakta perampasan motor korban sebagai buktinya. Tetapi hemat saya, insiden ini sama sekali tidak bisa dipisahkan dari rentetan penembakan anggt Polri sebelumnya. Modus Operandi (MO) bisa bermacam-2 yg merupakan kamuflase bagi pelakunya. Yang susah utk disembunyikan adalah fakta bhw para korban adlh anggota Polri dan aksi penembakan terjadi secara terus menerus. DS dan para petinggi Polri berharap dg penjelasan tsb publik tidak punya kekhawatiran bhw Polri sebagai lembaga sedang menjadi sasaran kelompok teroris, dan menganggap bhw kasus penembakan tsb adalah kriminalitas "biasa" saja. Sebab jika publik tahu bhw Polri memang menjadi sasaran teroris dan Polri tampak tidak berdaya melakukan pengungkapan (alih-alih pencegahan dan pemberantasan yg tuntas), maka dampak psikologis dan strategisnya akan sangat serius. Akan timbul kesan bahwa aparat kepolisian maksimum telah "dikalahkan" atau minimum "menjadi target mudah" balas dendam dari kelompok radikal yang selama ini menjadi sasaran operasi keamanan Polri melalui Densus 88. Sayangnya, strategi DS dan elit Polri tsb hanya akan efektif jika Polri berhasil menangkap dan mengumumkan para pelaku secara cepat, sehingga publik bisa diyakinkan bhw kasus-2 penembakan tsb berdiri sendiri-2 dan bermotif kriminal biasa. Kalau tidak demikian, apalagi jika penembakan terus terjadi tanpa henti, maka argumen DS dan elit Polri tsb akan runtuh seperti rumah-2an kartu. Pemerintah dan Polri saat ini sedang bermain api jika hanya menutup-2i kenyataan di balik kasus penembakan anggota Polri yg sedang marak di negeri ini.

Selanjutnya baca tautan ini:

http://www.rmol.co/read/2013/09/14/125564/Djoko-Suyanto-Pastikan-Briptu-Ruslan-Korban-Perampokan-