Keputusan mantan Presiden Megawati dan Ketum
DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri (MS), menugasi Gubernur DKI Jokowi,
sudah pasti membuat banyak pihak blingsatan. Kendati nama wong Solo itu
sudah bergulir cukup lama, apalagi hampir seluruh survei
memberikan laporan yang nyaris sama yaitu keunggulan elektabilitas
beliau, tetap saja keputusan itu menghebohkan. Lihat saja sikap jubir
Demokrat, Ruhut Sitompul (RS) yang mencak-mencak dan norak berat.
Racauan RS adalah cermin suasana galau dalam PD dan para elitnya seolah
dunia sudah kiamat menghadapi Pileg dan Pilpres 2014. Pengumuman PDIP
itu ibarat paku terakhir yang ditancapkan utk menutup peti 'jenazah' PD.
Sebelum pukulan telak PDIP ini, elit PD harus pun terpaksa mengumumkan
penundaan (alias membubarkan) audisi capres nya karena amburadul dan
tidak laku di publik Indonesia! Maka jika punakawan PD seperti RS
meracau, itulah sebenarnya 'suasana psikologis' elite partai tsb! Tetapi
harap maklum juga bhw RS dan PD tak sendirian. Para penolak Jokowi
(Jokowi Refuseniks, JR) pun sudah mengumandangkan koor dan mantera yg
isinya mendiskreditkan Gub Jokowi secara pribadi agar tercipta citra
yang negatif. Inilah kampanye para refuseniks itu: 1) Jokowi tidak
amanah karena belum selesai jadi Gub DKI tapi mau nyapres (kenapa dulu
ketika nyalon dari Solo tidak dilarang?); 2) Jokowi belum berhasil
menyelesaikan masalah-2 di Jakarta (apakah para Gubernur yang dulu sudah
berhasil menyelesaikan banjir, macet, polusi, penggusuran selama masa
jabatan mereka yg lebih dari masa Jokowi?); 3) Jokowi mengingkari janji
akan menyelesaikan masa jabatan (bagaimana dg cagub yg sebelumnya dari
Palembang itu? Lalu bagaimana dengan Hidayat Nur Wahid yg juga jadi
cagub pdhl masih anggt DPR, dll); 4) Jokowi belum level memegang jabatan
negara (apa ukurannya level itu? Apakah capres harus berpengalaman dulu
jadi Presiden?). Koor dan mantera itu lantas dicopy-paste dan
disebarkan baik oleh media yg dimiliki parpol-2 dan pihak-2 yang
menganggap Jokowi adalah 'musuh bersama' (common enemy) mereka. Sampai
tingkat tertentu, reaksi seperti itu wajar karena politik memang membuka
kesempatan untuk persaingan dan kompetisi terbuka. Tetapi masalahnya
jadi lain kalau hal itu nanti berpotensi membahayakan dan menjadi
ancaman secara fisik bagi Jokowi karena posisinya sebagai capres yang
terlalu kuat dan meniadakan "the level playing field" atau lapangan
permainan yg sama!. Keputusan PDIP, hemat saya, sangat tepat waktu dan
strategis karena dg demikian Jokowi kini memiliki pelindung yg jelas
jika terjadi inuendo, black campaign, rumor, fitnah, dan bahkan (semoga
tidak) ancaman fisik. Langkah selanjutnya, saya kira, adlh negara sudah
harus memberikan perlindungan terhadap semua aspiran capres/cawapres
(bukan hanya Jokowi saja) kendati belum ada pengumuman resmi dari KPU.
Para aspiran capres/cawapres tsb, bagaimanapun juga adalah asset bangsa
dan para calon pemimpin nasional. Sehingga sah jika negara memberikan
pengawalan dini sambil menunggu peresmian mereka setelah Pileg usai.
Selanjutnya baca tautan ini:
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/03/15/269562451/Ruhut-Jokowi-Capres-Indonesia-Tunggu-Kehancuran
0 comments:
Post a Comment